- Home >
- Yuli Gadis Manisku
Posted by : NashGore
Jumat, 20 Maret 2015
Aku Kiky. Penampilanku tomboy sehingga kebanyakan orang sering
beranggapan aku ini adalah seorang cowok, usiaku menginjak 21 tahun, aku
kuliah Di PTS yang amat terkemuka di kota Semarang. Aku sendiri anak
tunggal dan juga tak kekurangan materi. Aku sejak kecil selalu didik
untuk disiplin, karena maklumlah Opaku seorang anggota TNI juga. Aku
sejak SMP sudah mempunyai ketertarikan dengan sesama jenisku (cewek),
terutama cewek yang manja, centil, asyik diajak ngobrol dan rata-rata
mereka manis wajahnya (menurut penilaianku sich..)
Awal perjalanan cintaku tak semulus yang aku bayangkan. Setelah beberapa
kali pacaran dalam dunia maya, akhirnya kusadari bahwa cinta tak
selamanya dapat berjalan mulus yang kita inginkan. Setelah aku putus
dengan My The First Love.. (sebut saja Dinda, karena aku sering
memanggil dengan sebutan itu) aku selalu mancoba dan mencoba untuk
mengisi hati ini dengan cewek lain, tapi aku masih belum bisa
melupakanya. Ternyata aku baru benar-benar baru bisa melupakanya dalam
waktu 2 tahun lebih, walaupun saat ini aku masih sayang padanya.
Setelah aku jalani 2 tahun hidup tanpa adanya cinta , walau selalu saja
mencoba untuk mencinta, akhirnya aku dipertemukan oleh dua pilihan. Ada
dua cewek yang aku kenal dari sebuah majalah yang memang khusus bagi
seorang lesbian dan gay. Mereka berdua telah bekerja. Yang pertama: Yuli
(dia berusia 24 tahun, keturunan Jawa China juga seperti aku) manis,
perhatian, baik dan lain-lain (walau Yuli lebih kelihatan masih China
kalau aku sudah seperti orang jawa. Yah.. May be karena gen Bokapkulah
Jawa yang lebih menang dari pada gen Nyokap China). Yang kedua: Ainun
(Andro juga, 21 tahun, jawa, manis, perhatian, baik, agak cuek dan
lain-lain.
Setelah 1 bulan kita (aku dan Yuli ; Aku dan Ainun) berkomunikasi lewat
telepon dan SMS. Akhirnya aku lebih tertarik dengan Yuli. Karena hanya
Yuli lah yang selalu rutin SMS dan ngasih perhatian ke aku, awalnya aku
biasa-biasa saja, namun entah mengapa aku jadi suka sama dia.
Ya.. Mybe karena dia amat perhatian and care sama ku dibandingkan dengan
Ainun. Waktupun berjalan dengan sendirinya, akupun masih enggan untuk
suka padanya.
Akhirnya kita (Aku dan Yuli) untuk saling bertukar pick/foto. Dan akulah
yang memulainya karena aku tahu aku ini sebagai cowoknya. Ternyata
ketertarikanku tak hanya bertepuk sebelah tangan, karena Yuli sendirilah
yang menyatakan untuk melanjutkan hubungan ini lebih serius
(pacaran/Gfan). Kitapun akhirnya sepakat untuk pacaran/Gfan dan Yulipun
memanggil aku dengan sebutan Papa, begitu juga sebaliknya aku panggil
dia Mama. Sebenarnya saat itu aku masih ragu setelah tahu wajahnya, Mama
cewek yang manis, putih, dan dalam penilaianku Mama amatlah sempurna,
sedangkan aku hanya seorang cewek yang yah.. bisa dikata jauh banget
dengan wajahnya.
Akhirnya.. waktupun yang menjawabnya, akupun akhirnya amat menyayanginya
dan amat mencintainya. Kitapun sepakat untuk bertemu dan dia yang
berkeinginan ke kotaku menemui aku. Akupun setuju, hari H pun terjadi
dengan perarasan takut, seneng, gugup and campur aduk rasanya saat itu.
Mamapun akhirnya tiba di Semarang, saat itu hari sudah malam dan akupun
diperbolehkan Oma jemput dia ke terminal hingga aku berkesimpulan untuk
menunggu Mama di rumah Oma saja (kenapa aku menunggu di rumah Oma?
Hemm.. Itu karena aku juga belum siap untuk mengenalkan Mama ke ortuku).
Akhirnya pukul 21.00 Mamapun tiba dengan taxi. Hati inipun seneng dan
gugup pertama kali liat dia. Sempurna sekali aku rasa, dia baik, dan
berface manis.
Karena hari sudah malam maka kamipun minta izin ke kamar untuk
istirahat, setelah aku perkenalkan Mama ke Oma sebagai temanku. Tibanya
di kamar kamipun ngobrol dan untungnya apa yang aku khawatirkan tak
terjadi (tak bisa bicara satu sama lainya). Setelah kita ngobrol
sejenak, akupun mengambil nasi untuk makan Mama. Mulanya Mama enggak mau
makan namun.. setelah aku rayu akhirnya mau juga. Disaat Mama makan
akupun sempat memandanginya hingga hati ini tak percaya "Apakah benar
Mama Yuli telah menjadi milikku? Dan untuk waktu yang lama?" dan seraya
bersyukur miliki dirinya.
Setelah makan kitapun lanjutkan pembicaraan sambil rebahan dan Mamapun
menyuapinku dengan jeruk yang dibawanya. Hem.. Sungguh indah saat itu
romantis banget.. Mama pun akhirnya merebahkan tubuhnya didadaku ini..
Hem.. Dak Dik duk jantungkupun berdegup dengan cepatnya. Dengan
bisikan-bisikan sayang Mamapun aku terlena dan dibuai suasana yang
begitu dingin.
Akhirnya Mama menaruhkan kepalanya ke lenganku, dan tak lama akupun
mulai mengusap-usap dadanya yang berukuran 34 yang masih menggunakan
kaos. Dengan sedikit takut bila Mama tak suka aku perlakukan seperti
itu, namun karena Mama diam aku semakin berani mengusapnya dan akupun
merasakan tonjolan puting susunya sudah semakin lama semakin mengeras
dibalik bra dan kaosnya yang masih dikenakan.
Setelah itu kami pun saling tatap dan entah siapa yang mulai duluan,
kitapun berciuman. Akupun mulai melumat bibirnya yang masih meras itu,
kumainkan lidah ini dimulutnya, kamipun saling membelitkan lidah dan
lidah kira menari-nari.
"Hheemm.. Mmmuuaacchh.. Mmmuuaacchh.."
Aku akhirnya merasakan desahan nafasnya yang semakin memburu. Akupun tak
tahan sehingga tangan ini telah berada di pingangnya, punggungnya,
dadanya, dan meremas-remas dengan lembut payudaranya yang cukup padat
dan berukuran 34 itu.
"Aacchh.. Ah.. Oocchh.."
Desahannyapun terdengar lembut dan semakin membangkitkan gairahku.
Begitu kenyalnya bukit itu dan masih padat, seakan belum terjamah siapa
juga. Disaat aku menyelusupkan tangan ini ke kaos yang Mama kenakan,
Mama memintaku untuk memadamkan lampu yang saat itu masih menyala. Maka
akupun beranjak matikan lampu itu dan kembali ke pembaringan.
"Muuaacch.. Muuaacch.. Muaacch.."
Kitapun berpangutan kembali seraya tanganku sudah menyelusup ke dalam
kaosnya. Meremas-remas lembut payudaranya.
"Mmm.. Aaacchh.. Oocchh.. Pa.."
Itu desahan yang dikeluarkan Mama saat itu akupun jadi lupa bahwa
mungkin bisa saja anak kos disebelah kamar mendengar desahan Mama.
Sambil masih berciuman dan memainkan lidah kita masing-masing di mulut
dan saling membelit, aku melepaskan kaos yang masih ada ditubuhnya.
"Wow.."
Dengan samar-samar akupun dapat melihat betapa mulus dan putihnya
tubuhnya Mama. Dengan payudara padat berisi yang masih terbalut bra
putihnya, Ciumanku pun mendarat dipayudara indah itu yang masih
mengenakan bra. Hem.. Wangi sekali tubuh Mama hingga saat ini masih
sering tercium samara-samar dikamar itu dan dikamar rumahku. Tubuhnya
yang putih, payudara yang indah dan masih tempak padat berisi dan dengan
puting pink yang sudah menjulang tinggi dan keras.
Oh.. Tuhan begitu sempurnanya diriMu menciptakannya. Tangankupun mencari
dimana tali pengait Bra itu. Akupun melepasnya.. Aku pandangi sesaat
payudara dan oh.. Betapa indahnya.
"Mmmuuacchh.. Mmmuuaacchh.. Mmuuaacchh.. Hem.."
Akupun mulai menghisapnya dan kumainkan lidahku tepat diputingnya.
Saatku menghisap putingnya Mamapun semakin mendesah
"Oohh.. Aacchh.. Hem.. Em.. Ooh.. Enak sayang.. Truss.. Ooocchh.."
Jilatan pun semakin membuat putingnya menjulang tinggi, mengeras dan
desahan-desahan Mamapun semakin keras terdengar.
Akhirnya tangakupun mulai bergerilya ke bawah pingulnya. Terus ke bawah
selangkanganya yang masih mengenakan celana panjangnya. Dengan adanya
buaian itu pun selangkannya dibukanya lebar-lebar sambil masih terus
mendesah dan mulutku tetap bermain-main dengan kedua payudara yang indah
itu. Tangan Mama kinipun mulai aktif meremas-remas payudaraku dan
dengan tak sabaran Mama melepaskan kaos yang aku pakai.
Akhirnya akupun bertelanjang dada karena aku memang sering tak memakai
bra saat tidur. Mamapun kembali meremas dan memainnkan jri lentiknya
memilin-milin putingku..
"Ooocchh.. Enak sayang.. Terus honey.."
Akupun membisikkan kata ke Mama
"Maa sayang.. Celananya di buka yah? Boleh kan honey?".
Mamapun mengangguk tanda setuju, maka akupun mulai membuka resliting
celana dan melepas celana panjangnya dan sekaligus Cdnya..
Pandangan akupun kemudian tertuju ke bawah tubuhnya. Hem.. Mulus putih
dan bersih.. Akupun akhirnya masih menciumi bagian payudaranya,
menjilatnya, menghisapnya dan sesekali menggigitnya kecil-kecil.
Tangankupun akhirnya mengusap-usap pahanya dan Mamapun telah memberikan
lampu hijau untuk memperbolehkan aku mengusap vaginanya karena
selangkangannya telah dibukanya lebar-lebar. Akupun tak menyia-nyiakan
kesempatan itu, aku raba dan gesek-gesekkan jari-jariku ke vagina bagian
luar. Ternyata sudah benar-benar basah. Akupun lalu mencari barang
nikmat yang ada di bagian dalan atas vaginanya, yaitu klitorisnya.
Dan di saat aku sudah menyentuh klitorisnya diapun mengerinjal dan
"Ooocchh.. Paa.. Enak.. Aacchh.. Ooocchh.. Trus.. Sayang.. Ooocchh..
Sayang.."
Itu lah desahan-desahan Mama.
"Mmmuucchh.. Mmuuaacchh.. Mmmuuaacchh.."
Ciuman-ciumankupun akhirnya bersarang ke vaginanya yang sudah teramat
basah Hem.. Wangi sekali, lain dari vagina milik Mamy Annita (mantan/Ex
Gfku dulu).
"Ooocchh.. Aaacchh.."
Erangnya saat pertama kalinya aku luncurkan lidah ini ke kelitorisnya.
"Heemm.. Eeemm.."
Akupun menjilatinya, menghisapnya dan sesekali menggigitnya kecil-kecil.
Akupun sebakkan mulut vaginanya agar aku dapat menjilatinya lebih dalam
ke vaginanya.
"Ooochh.. Pa.. Sayang.. Hem.. Aachh.. Terus.. Say.."
Akupun akhirnya memasukkan perlahan-lahan jari telunjukku ke dalam
vaginanya. Wah.. Masih sempit ternyata. Dan Mamapun sempat mengaduh
kesakitan, aku sempat berfikir sapa Mama masih perawan? Ah.. Bila iya
beruntung sekali aku. Dengan jilatan, isapan gigitan-gigitan kecil dan
jarikupun mulai mengocok perlahan dulu vaginanya.
"Occhh.. Acchh.. Hem.. Say.. Ach.. Ooocchh.. Aaacchh.. Sayangg.."
"Ssshh.. Oooacchh.. Oooaacchh.. Ooocchh.."
Desahannya semakin menjadi disaat kocokankupun mulai aku percepat.
Tangan kananku pun meremas-remas dadanya dan memilin-milin puntingnya
sesekali mencubit dengan gemesnya.
"Aaacchh.."
Desahan panjangnya pun keluar dibarengi dengan jepitan pahanya ke
kepalaku dan cairan orgasme yang begitu banyak keluar dari liang
segamanya. Hem.. Em.. Akupun jilati habis cairan itu.. Asin, gurih dan
manis, amat lebih nikmat dibanding milik Mamy Annita. Ah begitu indah
dunia ini terasa. Kamipun akhirnya sama-sama puas, walaupun aku saat itu
sedang mangalami datang bulan sehingga Mama tak bisa menjamahku. Namun
akupun bisa mengalami orgasme tanpa adanya sentuhan-sentuhan, akupun
merasakan puasan dan kebahagiaan karena telah membuat kepuasan kepada
Mamaku.
Kitapun habiskan malam-malam kebersamaan yang ada dengan variasi-variasi
sex yang berbeda-beda.
E N D