- Home >
- Tante Tak Lagi Sombong Setelah Keenakan Dientot
Posted by : NashGore
Minggu, 04 Desember 2016
Cerita Seks Terbaru, Cerita Dewasa Hot, Cerita Mesum Seru - Cerita Sex Dewasa Bergambar - Udara
pagi ini terasa sejuk sekali, seakan menyambut baik datangnya hari
Minggu ini. Secerah wajah tante Ivone yg tengah bercengkrama dengan
bunga bunga ditaman. Meskipun nampak angkuh, namun kecantikan wajahnya
tak dapat disembunyikan. Aku baru saja selesai mandi dan berniat ngeteh
diteras rumah sambil mnghirup udara pagi yg segar. Akan tetapi mataku
melihat tante Ivone tengah asyik menikmati keindahan bunga ditaman depan
rumah. Dengan gaya ala petani bunga Cibodas, tante Ivone nampak srius
mmperhatikan tanaman itu. ” Pagi tan ” sapaku. ” Hmm… ” balasnya tanpa
berpaling dari rumpunan bunga. ” Mau aku buatin minum nda tan!? ”
tanyaku lagi setengah menawarkan jasa. ” Nda usah!! ” jawabnya juga
seraya membelakangiku. Aku tak melihat tante Rita, Hendri ataupun Nita
pagi ini. ” Ach, pada lari pagi kali? ” fikirku dalam hati. Aku kmbali
mmperhatikan tante Ivone yg mmblakangiku. Mulai dari betisnya yg putih
mulus mskipun nampak kurus, pahanya yg lebih mulus dari betisnya,
bokongnya meskipun terbalut clana pendek, namun trlihat jelas
lekukannya. ” Coba dia bisa aku tiduri sperti tante Rita ya? ” gumanku
dalam hati. Belum habis lamunanku,tiba tiba kulihat tubuh tante Ivone
trhuyung lemah ingin trsungkur. Dengan cepat aku mloncat dan mmegangi
tubuhnya yg nyaris trsungkur itu, mninggalkan sisa lamunan cabulku.

Tante Tak Lagi Sombong Setelah Keenakan Dientot
Kurangkul
tubuhnya yg mulus dan trlihat lemas sekali. “Ga papa kan tan??” tanyaku
penuh rasa khawatir, sraya mmapah tubuh tante Ivone. “Kpalaku trasa
pusing Fad” jawab tante Ivone lemah. “Ya udah, istirahat aja didalam”
saranku sambil terus memapahnya ke dalam rumah. “Akhirnya aku bisa
mrangkulmu Vone” ucapku dalam hati. Ada sjuta kebahagian dihatiku karna
mampu mrangkul tubuh si angkuh trsebut. Stelah brada didalam rumah,
dengan perlahan kududukan tante Ivone disofa ruang tamu. Dengan mnarik
nafas tante Ivone duduk dan brsandar pada sandaran sofa. Stelah itu aku
melangkah mninggalkannya sendiri. Tak brapa lama aku kembali dngn sgelas
air hangat dan mnghampiri tante Ivone yg tengah brsandar disandaran
sofa. “Minum dulu tan, biar enakan!” ujarku sambil mnyerahkan gelas
brisi air hangat yg kubawa. Tante Ivone pun mminum air hngt yg
kuberikan. “Makasih ya Fad” ucapnya lemah sambil mletakan gelas dimeja
yg ada didepannya. “Kpalanya masih pusing ga tan!?” tanyaku. Tante Ivone
hanya mnganggukan kpalanya. “Mau dipijatin ga!?” tanyaku lagi. “E, em”
jawab tante Ivone prlahan seakan tengah mnahan sakit. Aku pun sgera
memijat mulai dari kpalanya dngn prlahan lahan, kmudian dahinya yg dia
bilang mrupakan pusat rasa sakitnya. “Wah, knapa tante Fad!?” tanya Nita
yg baru saja pulang. “Tadi si tante hampir jatuh, kpalanya pusing Nit!”
jawabku. ” Trlalu capek kali!? ” ujar Nita sambil mlangkah kedapur.
“Dah aga mndingan Fad” jelas tante Ivone dngn mata terpejam, menikmati
pijatan pijatan jariku. Terasa hangat dahinya brsamaan dngn rasa hangat
yg menjalari tubuhku. Harum aroma tubuh tante Ivone trasa mnusuk kedua
lobang hidungku. Mmbuat aku ingin lebih lama lagi memijat dan dekat
dngnnya. “Masuk angin kali tan, dahinya aga anget ne!? ” jelasku,
brupaya memancing agar niatku tercapai. “Iya kali? “ujarnya pula, seakan
mngerti akan arti ucapanku. Membuatku makin brani lebih jauh. “Mau
dikerikin ga!?” tanyaku dngn penuh haraf kepadanya. “Memang kamu bisa!?”
tante Ivone balik brtanya. Membuat hatiku trasa brdebar tak karuan. “Ya
bisa… ” jelasku dngn cepat, takut tante Ivone brubah fikiran lagi. “Ya
udah, tapi dikamar ya…, ga enak disini” pinta tante Ivone. Mmbuat hatiku
brdebar makin cepat. Dengan prlahanku papah dia mlangkah mnuju
kamarnya. Akupun brusaha untuk menahan dan menenangkan hatiku. Yang
mulai dirasuki niat dan fikiran kotorku. Setelah brada didalam kamar,
kusarankan agar dia istrahat diranjangnya. Tante Ivone pun mrebahkan
tubuhnya sraya brnafas panjang. Seolah olah ada beban berat yg
dibawanya. Aku sgera brlalu mngambil obat gosok dan coin untuk mengerik
tubuh tante Ivone. Stelah kudapati smua yg kubutuhkan, aku kembali
mnghampiri tante Ivone yg tengah menanti. Dengan mmbranikan diri aku
memintamya agar dia mlepaskan pakaian yg dipakainya. Dia pun prlahan
melepaskan pakaian atau baju yg dipakainya. Shingga tante Ivone kini
hanya mngenakan bra yg brwarna pink dan clana pendek saja. Ada getaran
hangat mnjalari sluruh tubuhku, saat menyaksikan tante Ivone mmbuka
bajunya. Hingga mmbangunkan kjantanan dan hawa nafsuku. Yang memang
telah mngendap dibenakku sejak awal, ketika memprhatikan dia ditaman.
Dengan prasaan yg tak mnentu dan dibayangi nafsu dibenakku. Akupun mulai
mngusap … ..usap punggung mulus yg mmblakangiku, dngn hati hati sekali.
“Tali branya dibuka aja ya tan??” pintaku pnuh haraf sambil trus
mngusap dan mengerik punggung bagus dihadapanku. “Iya… ” jawabnya lirih.
Menahan kerikan dipunggungnya, entah sakit atau geli aku tak tau. Yang
pasti tanganku sgera melepaskan kait tali branya, sehingga mmbuat branya
mlorot mnutupi sbagian payudaranya yg bulat dan berisi. Sperti payudara
milik gadis kebanyakan. Stelah tiada lagi penghalang dipunggungnya,
akupun membalurinya dngn minyak gosok. Dan jari jemarikupun menari
mmbentuk garis dipunggung tante Ivone. Sambil sekali kali mataku melirik
kearah payudaranya yg brusaha ditutupi dngn bra dan kedua tlapak
tangannya. Tapi hal trsebut mmbuatku smakin terangsang didorong rasa
pnasaran yg tramat. Smentara tante Ivone hanya trdiam sraya mmejamkan
matanya yg bulat dan indah. ” Pelan pelan ya Fad!? ” pintanya masih dngn
mata yg trpejam. Tiba tiba pintu kamar prlahan terbuka, nampak Nita
tengah brdiri dimuka pintu. “Tan aku mo kerumah tman dulu ya!?” ujar
Nita brpamitan sraya matanya mlirik kearahku. “Iya Nit… ” balas tante
Ivone tanpa brpaling kearahnya. Kmudian scara prlahan Nita mnutup pintu
kembali dan brlalu pergi. Jari tanganku mulai nakal trhadap tugasnya,
jariku trkadang nyelinap dibawah ketiaknya brusaha meraih benda yg bulat
dan padat brisi yg ditutupinya. Tapi tangan tante Ivone terkadang
brusaha mnghalanginya, dngn merapatkan pangkal lengannya. “Jari kamu
nakal ya Fad!? ” ucap tante Ivone stengah berbisik seraya mlirik ke
arahku. Membuatku trsipu malu. “Habis ga kuat sich, tan…” jawabku jujur.
Tapi tante Ivone malah melepaskan branya shingga kini payudaranya
nampak polos tanpa plindung lagi. Dan langsung menjadi santapan kedua
mataku tanpa brkedip. Langsung mmbuat hatiku brdebar debar mnyaksikan
pemandangan trsebut. “Sekarang bisa kamu plototin pe puas dech!!” ujar
tante Ivone tak lagi mnutupit buah dadanya dngn kedua tlapak tangannya
lagi. Jantungku trasa bgitu cepat brdetak dan mmbuat lemas sluruh
prsendianku. Kontolku brlahan tapi pasti mulai brdiri tegak mngikuti
dorongan hasratku. “Memang dah selesai ngeriknya Fad!?” tegur tante
Ivone mngingatkanku. Mmbuat aku sgera mlanjutkan prkerjaanku yg trtunda
sesaat. Hampir sluruh bagian belakang tubuh tante Ivone telah kukerik
dan brwarna merah brgaris garis. Hanya bagian bokongnya yg luput dari
kerikanku karna trhalang dngn clana pendek serta CD yg dikenakannya.
Tapi belahan bokongnya telah puas kuplototin. Akhirnya pekerjaanku
selesai juga. Kemudian dngn prlahan jari jariku memijati pundaknya.
Tante Ivone mnundukan kpalanya, sekali sekali trdengar suara dahak dari
mulutnya. “Sudah Fad!” printahnya, agar aku mnyudahi pijatanku. Dengan
prasaan malas akupun mnghentikan pijatanku dan sgera mmbrsihkan sisa
sisa minyak dikedua tlapak tngnku. ” Cuci tanganmu dulu biar bersih
sana!!” pinta tante Ivone skaligus printah. Akupun branjak pergi kekamar
mandi yg memang ada didalam kamar trsebut. Stelah usai mncuci sluruh
tanganku hingga bnar bnar bersih. Akupun kembali menghampiri tante Ivon
yg tengah telentang diatas ranjang masih dngn keadaan sparuh bugil.
Sperti saat aku tinggalkan kekamar mandi. Hingga payudaranya yg bulat
dan brisi nampak mmbusung besar didadanya, dngn puting yg brwarna coklat
susu. “Ayo Fad, kamu mau mainin ini kan!?”. “Aku juga mau kok!?” ucap
tante Ivone sambil mremas salah satu payudaranya hingga putingnya
mnonjol kearahku. Akupun mndekat mnghampirinya dngn perasaan nafsu.
Membuat kontolku kian brdiri dan mngeras kencang dibalik clanaku. Akupun
tak mnunggu lebih lama, sgeraku remasi payudaranya yg mnantang. Tante
Ivone brgelinjang saat tlapak tanganku mndarat dan meremas kedua
payudaranya. ” Achh.., iya Fad trussss ” rintihnya prlahan. Jari
jemariku kian liar mremasi sluruh daging bulat yg padat brisi. JariQ
juga memainkan putingnya yg mulai mngeras. ” Iya,.., ayo diisep Fad..,
aaaayooo “pinta tante Ivone dngn nafas taj tratur. Akupun sgera mnjilati
dan mengisapi puting payudaranya. “Aduhhh…, enaaaak, trusss….” desah
tante Ivone sraya mmegangi kpalaku. Aku smakin brnafsu dngn puting yg
kenyal sperti urat dan mnggemaskan. Smentara tante Ivone smakin mndesah
tak karuan. Tangan kananku meluncur kearah slangkangan dibawah pusar,
trus mnyusup masuk diantara clana dan CD tante Ivone. Hingga jari jariku
trasa mnyentuh rumput halus yg cukup lebat didalamnya. Tante Ivone
mmbuka pahanya tak kala jari tlunjukku brusaha masuk kedalam lobang yg
ada ditengah bulu bulu halus miliknya. “Aowww…” jerit kecil tante Ivone
saat tlunjukku brhasil memasuki lobang memeknya. Dia pun mnggeliatkan
tubuhnya penuh gairah nafsu. Smentara kontolku smakin mngeras hendak
kluar dari bahan yg mnutupinya. Cukup lama jari tlunjukku kluar masuk
didalam memek tante Ivone, hingga lobang itu mulai trasa basah dan
lembab. Sampai akhirnya tangan tante Ivone menahan gerakan tanganku dan
mminta mnyudahinya. “Aaaachhh.., udaahhh., Faddh.., aaachh” rintih tante
Ivone. Akupun menarik tanganku dari balik clananya dan mlepaskan
putingnya dari mulutku. “Buka pakaianmu dong, Fad!!” seru tante Ivone
sraya bangkit dan mlepaskan clana pendek serta CDnya. Shingga dia bugil
dan nampak rumput hitam ditengah slangkangannya yg baru saja ku obok
obok. Akupun mlepaskan smua pakaianku dan bugil sperti dirinya. Dengan
senyum manis kearahku, tante Ivone mendekat dan brjongkok tepat didepan
slangkanganku. “Aouw, gede banget..!!” seru tante Ivone sraya tlapak
tangannya mraih kontolku yg telah brdiri dan keras. Dngn tangan kanan
dia mmegang erat batang kontolku, sedangkan tlapak kirinya mngelus elus
kpalanya. Hingga kpala kontolku trasa brdenyut hangat. Kmudian dimasukan
kontolku kedalam mulutnya sraya matanya mlirik ke arahku. “Agghhh… “aku
mlengguh tak kala sluruh kontolku tnggelam masuk kedalam mulutnya.
Darahku brdesir hangt mnjalari sluruh urat ditubuhku. Aku hanya dapat
memegangi kpala tante … …Ivone, mremas serta mngusap usap rambutnya yg
ikal sebahu. Smentara tante Ivone smakin liar, sbentar mngulum dan
mngemud seakan dia ingin melumat sluruh kontolku. Trnyata dia lebih buas
dari tante Rita. Trkadang dia mnjilati dari batang hingga lobang
kencing dikpalanya. ” Aaaaaaa… ” erangku menahan rasa nikmat nan tramat.
Trasa tubuhku melayang jauh tak menentu. Entah brapa lama tante Ivone
mngemut, mnjilat dan mngulum kontolku. Yg jelas hal ini mmbuat tubuhku
brgetar dan hampir kejang. ” Gantian dong tan, aQ juga mau jilatin
memekmu! ” rengekku, hampir tak mampu mnahan nafsuku. Ingin rasanya
memuntahkan keluar sebanyak banyak. Agar tante Ivone mandi dngn air
maniku. Tante Ivone sgera bangkit brdiri meninggalkan kontolku yg masih
brdiri tegak. Kmudian aku mminta agar dia duduk dikursi tanpa lengan yg
ada. Akupun brjongkok mnghadap memeknya yg dihiasi bulu lebatnya. Kedua
kaki tante Ivone trtumpu pada kedua bahuku. Maka mulutku mulai mnjarah
memek yg tlah mnganga terkuak jari jemariku, hingga nampak jelas lobang
memek yg brwarna merah dan lembab. Lidahku pun mulai mnjelajahi dan
mnjilati lorong itu. “Aaaaowwh…, aaaa…, iyyyaaa.., trussss, aassstttssh”
desah tante Ivone saat lidahku brmain mnjilati lobang memeknya.
“Aduuuhh,…, truuusss, lebihhh daallaaamm, aaah,… enaaakhh, agh, agh,
aghhhh” rintihnya pula sambil mremas dan mnjambaki rambut dikpalaku.
Lidahkupun smakin liar dan brusaha masuk lebih dalam lagi. “Aaaaghh,..,
gilaaaa…, enaaaksss,.., ubss,.., aaaaachghhh” suara tante Ivone tak
karuan. Lidahku brhenti mnjilati dinding lobang memek, kini brpindah
pada daging mungil sbesar biji kacang hijau. Ku jilati itil yg brwarna
merah dan basah dngn air mazinya dan air liurku. “Aughh…..” suara tante
Ivone sperti tersedak sambil mrapatkan kedua pahanya, hingga mnjepit
leherku, ketika ku isap itilnya. ” Aaaaa.., auwghhh…., yaaaaa ” ucap
tante Ivone lirih. ” Udahhh…, Fad…, udddaah Faadd ” rengek tante Ivone
sraya mndorong kpalaku dngn kakinya yg trkulai lemas dibahuku. Akupun
mlepaskan isapan mulutku pada itil tante Ivone dan bangkit brdiri
dihadapannya dngn kontol yg masih tegak dan keras. Kemudian mminta tante
Ivone agar bangkit dari duduknya. Kini aku yg mnggantikan posisinya
duduk dikursi. Tante Ivone naik keatas pahaku dan tubuhnya mnghadap
kearahku, hingga tubuh kami saling brhimpitan. Kmudian tante Ivone
mmbimbing kontolku masuk kelobang memeknya dngan jarinya. ” Aagghhsss.. ”
rintih kecil tante Ivone ketika kontolku masuk menusuk memeknya. Tak
lama kmudian bokongnya mulai turun naik, mngesek gesek kontolku
didalamnya. Aqpun mngimbanginya dngn mmegangi pinggulnya mmbantu
bokongnya turun naik. ” Aachhh.., yaaaa, oohhh, enaaak Fadd “. ”
Auwwghhh…., aaaaaa…, oohhhh, yaaa ” racau tante Ivone tak karuan jika
tubuhnya turun mnenggelamkan kontolku dimemeknya. ” Aauwww, aku ga tahan
ne Fadd,…, aaaauwww, yessss ” rintih tante Ivone sraya mnggerakan
bokongnya dngn cepat. Akupun mmbalas reaksinya, dengan melumat lagi
payudaranya .”Aaaaaawhhh……..”erang tante Ivone sambil mnekan bokongnya
lebih rapat dengan slangkanganku. Akupun mengejang mnahan tekanan bokong
tante Ivone. “Aaaachhhh…….” akhirnya aku tak mampu lagi mmbendung
cairan kental dari dalam kontolku. Kamipun saling brpelukan dngn erat
beberapa saat dngn brcampur peluh masing masing. Stelah cukup lama kami
brpelukan, kamipun bangkit dngn malas, enggan branjak dari suasana yg
ada. Stelah itu kamipun mandi mmbrsihkan tubuh kami masing masing yg
basah dngn peluh syurga. Akhirnya aku bisa menidurimu dan menaklukan
keangkuhanmu Ivone Gienarsih. END
Navigation