- Home >
- Cerita Sex Lesbi Sedarah : Gairahku dan Kakak Kandungku
Posted by : NashGore
Senin, 13 April 2015
Ini mungkin sebuah
pengalaman yang paling gila
(menurutku), karena orang
pertama yang mengajarkan seks kepadaku adalah kakak
kandungku sendiri. Aku adalah
seorang gadis berumur 18 tahun
(sekarang), dan kakakku sendiri
berusia 23 tahun. Sudah lama aku
mengetahui kelainan yang ada pada diri kakakku. Karena ia sering
mengajak teman perempuannya
untuk tidur di rumah, dan karena
kamarku berada persis di sebelah
kamarnya, aku sering mendengar
suara-suara aneh, yang kemudian kusadari adalah suara rintihan dan
kadang pula teriakan-teriakan
tertahan. Tentu saja meskipun
orang tuaku ada di rumah mereka
tak menaruh curiga, sebab
kakakku sendiri adalah seorang gadis.
Ketika aku mencoba
menanyakannya pada awal
Agustus 1998, kakakku sama sekali
tidak berusaha menampiknya. Ia
mengakui terus terang kalau ia masuk sebuah klub lesbian di
kampusnya, begitu juga dengan
kekasihnya. Waktu itu aku merasa
jijik sekaligus iba padanya, karena
aku menyadari ada faktor
psikologis yang mendorong kakakku untuk berbuat seperti itu.
Kekasihnya pernah
mengecewakannya, kekasih yang
dicintainya dan menjadi tumpuan
harapannya ternyata telah menikah
dengan orang lain karena ia telah menghamilinya. Kembali pada
masalah tadi, sejak itu aku jadi
sering berbincang-bincang dengan
kakakku mengenai pengalaman
seksnya yang menurutku tidak
wajar itu. Ia bercerita, selama menjalani kehidupan sebagai
lesbian, ia sudah empat kali berganti
pasangan, tapi hubungannya
dengan mantan-mantan pacarnya
tetap berjalan baik. Begitulah kadang-kadang, ketika ia
kembali mengajak pasangannya
untuk tidur di rumah, pikiranku
jadi ngeres sendiri. Aku sering
membayangkan kenikmatan yang
tengah dirasakannya ketika telingaku menangkap suara
erangan dan rintihan. Aku tergoda
untuk melakukannya. Pembaca,
hubunganku yang pertama dengan
kakakku terjadi awal tahun 2000,
ketika ia baru saja putus dengan pasangannya. Ia memintaku
menemaninya tidur di kamarnya,
dan kami menonton beberapa CD
porno, antara tiga orang cewek
yang sama-sama lesbian, dan aku
merinding karena terangsang secara hebat mengingat kakakku sendiri
juga seperti itu. Awalnya, aku meletakkan
kepalaku di paha kakakku, dan ia
mulai mengelus-elus rambutku.
“Aku sayang kamu, makasih ya,
mau nemenin aku”, katanya
berbisik di telingaku. Mendengar hal itu, spontan aku
mendongakkan wajah dan kulihat
matanya berlinang, mungkin ia
teringat pada kekasihnya. Refleks,
aku mencium pipinya untuk
menenangkan, dan ternyata ia menyambutnya dengan reaksi lain.
Di balasnya kecupanku dengan
ciuman lembut dari pipi hingga ke
telingaku, dan di sana ia menjilat ke
dalam lubang telingaku yang
membuat aku semakin kegelian dan nafsuku tiba-tiba saja naik.
Aku tak peduli lagi meski ia adalah
kakakku sendiri, toh hubungan ini
tak akan membuatku kehilangan
keperawanan. Jadi kuladeni saja
dia. Ketika ia menunduk untuk melepaskan kancing-kancing
kemejaku, aku menciumi
kuduknya dan ia menggelinjang
kegelian.
“Oh.. all..”, desahnya.
Aku semakin liar menjilati bagian tengkuknya dan memberi gigitan-
gigitan kecil yang rupanya disukai
olehnya. Ketika kusadari bahwa kemejaku
telah terlepas, aku merasa
tertantang, dan aku membalas
melepaskan T-shirt yang ia
kenakan. Ketika ia menunduk dan
menjilati puting susuku yang rupanya telah mengeras, aku
menggelinjang. Kakakku demikian
lihai mempermainkan lidahnya,
kuremas punggungnya.
“Oohh.. Kaakk, ah.. geli”, Ia
mendongak kepadaku menatap mataku yang setengah terkatup,
dan tersenyum.
“Kamu suka?”.
“Yah..”, kujawab malu-malu,
mengakui. Ia kembali mempermainkan
lidahnya, dan aku sendiri mengusap
punggungnya yang telanjang
(kakakku tak biasa pakai bra
ketika hendak tidur) dengan
kukuku, kurasakan nafasnya panas di perutku, menjilat dan mengecup.
Aku memeluknya erat-erat, dan
mengajaknya rebah di peraduan,
lantas kutarik tubuhku sehingga ia
berada dalam posisi telentang,
kubelai payudaranya yang kencang dan begitu indah, lantas kukecup
pelan-pelan sambil lidahku terjulur,
mengisap kemudian membelai
sementara jemariku bermain di
pahanya yang tidak tertutup. Aku
menyibakkan rok panjang yang dipakainya kian lebar, dan kutarik
celana dalamnya yang berwarna
merah sementara ia sendiri
mengangkat pantatnya dari kasur
untuk memudahkanku melepaskan
CD yang tengah dipakainya. Ketika aku meraba ke pangkal
pahanya, sudah terasa begitu basah
oleh cairan yang menandakan
kakakku benar-benar sedang
bergairah. Aku sendiri terus
menggelinjang karena remasannya di payudaraku, tapi aku ingin lebih
agresif dari pada dia, jadi kubelai
lembut kemaluannya, dan
merasakan jemariku menyentuh
clitorisnya, aku membasahi
jemariku dengan cairan yang ada di liang senggamanya kemudian
kuusap clitorisnya, lembut pelan,
sementara ia mendesah dan
kemudian meremas rambutku
kuat-kuat.
“Oh.. Yeahh.. Ukkhh, ahh, terus, teruss, ahh”, celoteh kakakku
dengan ributnya. Aku terus
mengusap clitoris kakakku, dan
tiba-tiba kurasakan tubuhnya
mengejang kuat-kuat, jemarinya
meremas punggungku, lantas ia merebah lemas. Aku memandang ke wajahnya
yang bersimbah keringat, “Sudah
Kak?” Ia mengangguk kecil dan
tersenyum.
“Thanks yah”, aku mengedik.
Aku belum puas, belum. Kukeringkan jemariku sekaligus
kemaluan kakakku, kemudian aku
turun, dan menciumi pahanya.
“Ohh.. teruskan terus.. yeah..
terus..”, aku tak peduli dengan
erangan itu, aku mendesakkan kepalaku di antara kedua pahanya
dan sementara aku mulai menjilati
selangkangannya, kulepaskan
ritsluiting rok kakakku, dan
menariknya turun. Aku juga
melepaskan sendiri celana jeans pendek yang tengah kupakai,
kemudian aku memutar badanku
sehingga kemaluanku berada tepat
di atas wajah kakakku. Ia mengerti
dan segera kami saling menjilat,
pantat serta pinggul kami terus berputar diiringi desahan-desahan
yang makin menggila. Aku terus
menjilati clitorisnya, dan
kadangkala kukulum, serta kuberi
gigitan kecil sehingga kakakku
sering berteriak keenakan. Kurasakan jemarinya bergerak
mengelusi pantatku sementara
tangan kirinya merayap ke pinggir
dipan. Sebelum aku menyadari apa yang ia
lakukan, ia menarik tanganku dan
menyerahkan sebuah penis silikon
kepadaku.
“Kak?”, bisikku tak percaya.
“Masukkan, masukkaan, please..” Ragu, aku kembali ke posisi semula
dengan ia terus menjilati clitorisku,
kumasukkan penis buatan itu
perlahan-lahan, dan kurasakan ia
meremas pantatku kuat-kuat,
pinggulnya berputar kian hebat dan kadang ia mendorong pantatnya ke
atas, aku sendiri menyaksikan penis
itu masuk ke lubang kemaluan
kakakku dan asyik dengan
pemandangan itu, kusaksikan
benda tersebut menerobos liang senggamanya dan aku
membayangkan sedang bersetubuh
dengan seorang lelaki tampan yang
tengah mencumbui kemaluanku. Lama kami berada dalam posisi
seperti itu, sampai suatu ketika aku
merasakan ada sesuatu di dalam
tubuhku yang membuatku seolah
merinding seluruh tubuh karena
nikmatnya, dan tahu-tahu aku menegang kuat-kuat, “okh..
kaakk.. ahh.. ahh!” Tubuhku serasa
luluh lantak dan aku tahu aku telah
mengalami orgasme, kucium paha
kakakku dan kumasukkan penis
silikon itu lebih cepat, dan pada ritme-ritme tertentu, kumasukkan
lebih dalam, kakakku mengerang
dan merintih, dan terus-terang, aku
menikmati pemandangan yang
tersaji di depanku ketika ia
mencapai orgasme. Terakhir, aku mencium clitorisnya, kemudian
perut, payudara dan bibirnya.
Lantas ketika ia bertanya, “Nyesel
nggak?” aku menggeleng dengan
tegas. Malam itu kami tidur dengan
tubuh telanjang bulat, dan sekarang kami kian sering melakukannya.