- Home >
- Cerita Dewasa Ibu Tiri Yang Merangsang
Posted by : NashGore
Senin, 18 Januari 2016
![]() |
Cerita Mesum Ibu Tiri Yang Merangsang |
Sekitar tiga puluh menit menunggu, Bu Erna keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju kamarnya, hanya mengenakan selembar handuk yang dililitkan ditubuhnya. Sehingga Fian sekilas dapat melihat paha mulus Ibu Tirinya.
Sebagai laki-laki normal dan sudah biasa bersetubuh dengan wanita, nafsu birahi Fian bergejolak disuguhi pemandangan seperti itu. Tanpa berpikir panjang lagi Fian mengikuti langkah ibu tirinya ke kamar.
Bu Erna yang sedang berdiri sambil melepaskan handuk yang melilit ditubuhnya sama sekali tak menyangka kalau Fian ikut masuk ke kamarnya. Bu Erna sangat terkejut saat Fian memeluk dengan kuat tubuhnya yang telanjang bulat sambil menciumi lehernya dari belakang. Bu Erna berteriak keras, tetapi dengan cekatan tangan Fian yang kuat membekap mulutnya.
Fian mendorong tubuh ibu tirinya keranjang hingga jatuh dan terlentang lalu menindihnya. Bu Erna memberontak tapi sia-sia, Fian terlalu kuat baginya. Dengan mudah Fian meringkusnya. Fian menyumpal mulut Bu Erna dengan handuk yang tadi dikenakannya. Fian menelikung kedua tangan Bu Erna kebelakang dan menahan dengan kuat kedua kaki Bu Erna dengan kakinya.
Bu Erna mulai putus asa dan menangis. Fian tahu kalau Bu Erna sudah kehabisan tenaga, dengan santai Fian melepaskan seluruh pakaiannya. Kemudian Fian mulai menciumi dan menjilati kedua buah dada Bu Erna, secara bergantian.
Cukup lama Fian menjilati kedua buah dada ibu tirinya, kini wajahnya merangkaki perut Bu Erna, dengan mulut yang terus menjilati, tangannya meraba-raba selangkangan dan mencucuk-cucuk lubang vagina Bu Erna yang menggunduk. Sesaat kemudian Fian memindahkan jilatannya keselangkangan Bu Erna. Kedua tangannya membuka lebar-lebar kedua paha Bu Erna.
Bu Erna hanya pasrah saat Fian menjilati pangkal pahanya. Bahkan Bu Erna yang sangat jarang disentuh suaminya, ayah Fian, mulai terangsang dan mendesah-desah, saat lidah Fian menyapu dan menjilati bibir vagina yang merah merekah dan berbulu lebat.
Perlahan Bu Erna merasakan lubang vaginanya mulai basah. Fian yang tahu kalau Bu Erna sudah terangsang, semakin bersemangat menjilati dan menyedot-nyedot klitoris Bu Erna.
Nafas Bu Erna ngos-ngosan menahan nafsu birahinya. Fian sangat lihai merangsang Bu Erna. Membuat suasana menjadi terbalik. Kini Bu Erna sudah tak sabar lagi menunggu Fian untuk segera menyetubuhinya.
Beberapa saat kemudian Fian menyudahi jilatannya pada vagina Bu Erna. Dia kemudian berjongkok diselangkangan Bu Erna. Bu Erna yang sudah tak sabar lagi meraih dan mengocok-ngocok penis Fian, kemudian Bu Erna mengarahkan penis Fian ke lubang vaginanya.
Bu Erna menjerit saat merasakan kepala penis Fian mendesak gerbang vaginanya. Fian semakin keras mendorong pantatnya hingga seluruh batang penisnya yang besar dan panjang masuk ke lubang vagina Bu Erna.
Bu Erna menjerit dan mendesah-desah saat penis Fian menggesek-gesek lubang vaginanya.
Bu Erna menyodok-nyodokkan dan meliuk-liukkan pantatnya menyambut gerakkan naik turun pantat Fian.
Sambil terus menggoyang-goyangkan pantatnya, Fian melepaskan handuk yang menyumpal mulut Bu Erna. Kemudian dia mendekatkan mulutnya ke mulut Bu Erna dan melumat mulut Bu Erna. Bu Erna menyambut lumatan Fian dengan pagutan-pagutan yang tak kalah hebatnya.
“Oohh… Ziss… teruss… genjott… akuu,” desah Bu Erna tanpa malu-malu. Bu Erna semakin cepat menyodok-nyodokkan dan meliuk-liukkan pantatnya, saat dia merasakan seluruh otot-otot tubuhnya menegang.
Dan merasakan sesuatu yang mendesak-desak ingin keluar dari lubang vaginanya. Tangannya mencengkeram kuat pinggang Fian saat saat orgasmenya datang. Cairan hangat merembesi dinding-dinding vaginanya.
Beberapa saat kemudian Fian merasakan hal yang sama, dia seperti orang gila, tubuhnya bergerak liar dan dia semakin cepat menyodok-nyodok lubang vagina Bu Erna. Mulutnya meracau, mengeluarkan kata-kata kotor.
Fian menekan dada Bu Erna dengan kuat dan menyusul menyemprotkan spermanya ke dalam lubang vagina Bu Erna. Kemudian tubuh Fian terkulai lemas, menindih tubuh Bu Erna.
Setelah beristirahat sekitar tiga puluh menit, Bu Erna merasakan nafsu birahinya bangkit lagi. Bu Erna mendorong tubuh Fian yang menindihnya hingga terlentang diranjang. Kemudian Bu Erna duduk di samping Fian yang masih tertidur pulas.
Tangannya meraba-raba selangkangan Fian dan mengelus-elus penis Fian. Perlahan penis Fian mulai menegang. Tanpa melepaskan penis Fian dari genggamannya, Bu Erna menundukkan tubuhnya dan mendekatkan wajahnya keselangkangan Fian.
Mulut Bu Erna terbuka dan mulai menjilati dan mengulum batang penis Fian. Dari kepala hingga pangkal penis Fian dijilati dan dikulumnya. Buah pelir Fian juga diseruputnya. Fian terbangun dari tidurnya dan tersenyum ke arah Bu Erna yang sedang asyik mengulum penisnya.
Sesaat kemudian Bu Erna menyudahi kulumannya pada penis Fian.
Kemudian Dia berjongkok di selangkangan Fian, diraihnya penis Fian dan ditempelkannya kebibir vaginanya. Sedikit demi sedikit Bu Erna menurunkan pantatnya.
Hingga seluruh batang penis Fian amblas tertelan lubang vaginanya. Fian mendesah-desah penuh nikmat saat Bu Erna mulai menggerakkan pantatnya naik turun diselingi gerakkan berputar.
Keadaan sudah sangat terbalik, Bu Erna yang tadi menolak disetubuhi kini lebih agresif. Dan Bu Erna semakin cepat menggoyang pantatnya saat dia merasakan puncak kenikmatan benar-benar sudah dekat. Dibarengi teriakkan panjang Bu Erna mencapai orgasmenya.
Bu Erna sebenarnya sudah sangat lelah saat Fian menyuruhnya berdiri menghadap ke dinding kamar. Tapi karena tidak mau membuat Fian kecewa dan marah, maka Bu Erna menuruti permintaan Fian. Fian kemudian mendekat ke arah Bu Erna yang sedang berdiri lalu berjongkok dibelakang Bu Erna.
Fian meraba-raba dan meremas-remas pantat Bu Erna yang padat dan kenyal. Kemudian Fian memasukkan jari telunjuknya ke lubang anus Bu Erna. Bu Erna mendesah saat Fian menciumi dan menjilati lubang anusnya.
Jilatan lidah Fian pada lubang anusnya, membuat Bu Erna merasa geli dan perlahan nafsu birahinya bangkit lagi. Bu Erna menggelinjang saat lidah Fian mencucuk-cucuk lubang anusnya. Puas menjilati lubang anus Bu Erna, Fian kemudian berdiri sambil mengarahkan penisnya ke lubang anus Bu Erna.
Bu Erna menjerit keras saat penis Fian memaksa menembusi lubang pantatnya. Bu Erna merasakan bibir dan dinding anusnya panas dan perih.
Bu Erna melolong lebih keras saat Fian mendorong dan menarik pantatnya, membuat penis Fian keluar masuk dari lubang anusnya. Fian sangat menikmati sempitnya lubang anus Bu Erna yang memang belum pernah disodomi.
Dengan memegang erat pinggang Bu Erna, Fian semakin cepat mendorong-dorong pantatnya saat dirasakannya orgasme sudah dekat. penis Fian berkedut-kedut, otot-otot tobuhnya menegang, nafasnya memburu. Dan Fian menjerit keras dan panjang saat mencapai orgasme.
Dia menyemprotkan sperma yang sangat banyak dilubang anus Bu Erna. Sambil mencabut penisnya dari lubang anus Bu Erna, Fian menyuruh Bu Erna berjongkok di depannya. Fian mendekatkan penisnya kewajah Bu Erna. Bu Erna mengeleng-gelengkan kepala, menolak permintaan Fian, untuk menjilati sisa-sisa spermanya. Fian tak kehilangan akal. Fian mencekek leher Bu Erna dan memencet hidungnya.
Saat Bu Erna yang kesulitan bernafas terpaksa membuka mulutnya, Fian langsung menyodokkan penisnya dan menjejalkannya ke mulut Bu Erna.
Bu Erna merasa mual dan mau muntah tetapi dia tak berani menolak permintaan Fian.
Bu Erna menggerakkan bibirnya dan menjilati sisa-sisa sperma Fian sampai bersih tak tersisa. Fian tersenyum bangga bisa menundukkan Bu Erna, ibu tirinya yang selama ini kurang menyukainya dan sangat Judes.
Dan sejak saat itu Bu Erna sangat baik padanya. Bu Erna tak pernah menolak apapun yang diinginkan Fian termasuk kalau Fian ingin menikmati kemolekan tubuhnya. Bahkan Bu Erna yang seringkali merayu agar Fian mau menyetubuhinya. Kehebatan Fian memuaskannya di atas ranjang, membuat Bu Erna betul-betul ketagihan merasakan nikmatnya sodokkan penis Fian yang besar dan panjang.
Bersama Fian, anak tirinya, Bu Erna betul-betul menemukan dan merasakan kenikmatan yang sangat jarang dia dapatkan dari Pak Broto, suaminya yang juga ayah Fian. Fian membuatnya tergila-gila dan dia mau melakukan apa saja yang Fian inginkan.
Jika nafsu birahi sedang memuncak, Bu Erna tak segan-segan datang kerumah Fian untuk meminta Fian menyetubuhinya. Dia sudah tak perduli lagi kalau Fian adalah anak tirinya.
Bahkan sebulan kemudian dengan alasan suasana kampung yang semakin rawan, Bu Erna meminta kepada Pak Broto agar mengijinkan Fian tinggal bersamanya. Tujuan sebenarnya tak lain, agar dia bisa lebih sering bisa mereguk kenikmatan bersama Fian.
Dan tanpa curiga sedikitpun Pak Broto meluluskan keinginan istri termudanya. Pak Broto sama sekali tidak tahu kalau istri mudanya disetubuhi anak kandungnya. Diusianya yang sudah tua, dia tidak mampu lagi memuaskan nafsu istri mudanya yang sedang meledak-ledak.
Demikianlah kisah Fian si Pejantan Kampung, yang benar-benar perkasa dan berhasil menyetubuhi wanita-wanita dikampungnya, terutama istri-istri yang kesepian.