- Home >
- Cerita Dewasa Kegilaan Seks Bersama
Posted by : NashGore
Senin, 18 Januari 2016
![]() |
Cerita Mesum Kegilaan Seks Bersama |
Hanik adalah seorang gadis yang cantik dan ramah. Usianya sudah 17 tahun dan ia tak dapat lagi meneruskan sekolahnya karena orang tuanya tidak mampu. Wajahnya oval dan sangat bersih, kulit gadis itu kuning langsat.
Mata Hanik bersinar lembut, bibirnya kemerahan tanpa lipstik. Hanik mempunyai rambut yang panjang sampai dadanya, berwarna hitam, tubuhnya seperti layaknya gadis kampung seusianya. Buah dada Hanik membusung walaupun tidak dapat dikatakan besar namun Hanik memiliki pantat yang indah dan serasi dengan bentuk tubuhnya. Pendek kata Hanik seorang gadis yang sedang tumbuh mekar dan selalu dikagumi setiap pemuda dikampungnya.
Tiara seorang wanita yang sudah berusia 32 tahun. Ia seorang janda ditinggal cerai suaminya. Sudah 3 tahun Tiara bercerai dengan suaminya karena laki-laki itu main gila dengan seorang pelacur dari Jawa Tengah. Tiara bertubuh montok dan bahenol.
Semuanya serba bulat dan kencang, wajahnya cukup manis dengan rambut sebahu dan ikal. Bibir Tiara sangat menggoda setiap laki-laki, walaupun hidungnya agak pesek. Kulit Tiara berwarna coklat tua karena ia sering ke pasar dan ke sawah sebagai buruh tani kalau sedang musim tanam atau panen. Tiara dulunya adalah seorang pelacur daerah Tretes, Jawa Timur.
Dulu uang begitu gampang diperoleh dan laki-laki begitu gampang dipeluknya, sampai akhirnya hukum karma membuat ia menjanda karena sesama teman seprofesinya juga. Banyak orang dikampung yang diam-diam mengetahui sejarah kelam Tiara dan banyak juga yang mencoba hendak memanfaatkan dia.
Tapi selama ini Tiara terlihat sangat cuek dan sinis terhadap orang-orang yang menggodanya. Buah dada Tiara besarnya bukan main, sering ia merasa risih dengan miliknya sendiri. Tapi ia tahu buah dadanya menjadi buah-bibir baginya.
Dan sedikit banyak ia juga bangga dengan buah dadanya yang besar dan kenyal itu. Tiara juga memiliki pantat yang besar dan indah, nungging seperti meminta……. tubuh Tiara sering menjadi mimpi basah para pemuda dikampungnya.
“Han, kamu sudah punya pacar belum?” Tiba Tiara berjongkok didepan Hanik dan mulai membantu gadis itu mencuci pirng-piring kotor. Hanik terkikik dan menggeleng.
“Belum tuh”
“Lho? Gadis secantik kamu pasti banyak yang naksir” kata Tiara sambil memandang Hanik. Hanik tertawa lagi.
“Payah.?? semuanya mikir kesitu melulu” Jawab Hanik.
“Memang.?? laki2 itu kalau melihat perempuan pikirannya langsung ingin ngewe” kata Tiara tanpa merasa risih berkata kasar.
“Ah mbak, jangan suka ngomong gitu ah” timpal Hanik.
“Kan nggak ada yang dengar ini” Jawab Tiara. Mereka terdiam lama.
“Mbak…….” suara Hanik menggantung. Tiara terus mencuci.
“Mmmm?” Jawab wanita itu.
“Ngggg………”
“Ngomong aja susah banget sih” Tiara mulai hilang sabar. Hanik menunduk.
“Ngg…… anu…….. ngewe itu enak nggak sih?” Akhirnya keluar juga. Tiara memandang gadis itu.
“Yaaa…….. enaak banget Han, apalagi kalo yang ngewein kita pinter” jawab Tiara seenaknya.
“Maksud mbak?” Hanik penasaran.
“Iya pinter………. bisa macam-macam dan punya kontol yang keras!” kata Tiara sambil terkikik. Hanik merah padam mendengarnya. Tapi gadis itu makin penasaran.
“Bisa macam-macam apa sih, Mbak?” tanya Hanik. Tiara memandangnya sambil menimbang. Ah……. toh nanti gadis kecil ini harus tahu juga. Dan Hanik sungguh cantik sekali, sekilas mata Tiara tertumbuk pada posisi Hanik yang sedang berjongkok. Tiara melihat gadis itu mengangkang dan terlihat celana dalam gadis itu berwarna coklat muda.
“Macam-macam seperti tempik kita diciumin, dijilat bahkan ada yang sampai mau ngemut tempik kita lohh….” jawab Tiara. Entah kenapa Tiara merasa sangat terangsang dengan jawabannya dan darahnya mendidih melihat selangkangan Hanik yang bersih serta mulus.
“Idiiiih…… jorok ihhhh….. kok ada yang mau sih?” Hanik sekarang melotot tak percaya.
“Lho…… banyak yang doyan ngemut memek Han. Ngemut kontol juga enak banget kok” jawab Tiara masih terus melihat selangkangan Hanik.
“Astaga……. masak anunya lelaki diemut?” Hanik merasa aneh dan jantungnya berdebar, ia merasa ada aliran aneh menjalar dalam dirinya. Gadis itu tidak mengerti bahwa ia terangsang.
“Oh enak banget Han, rasanya hangat dan licin, apalagi kalo ehm…… ehmm………”
“Kalo apa mbak?” Hanik makin penasaran. Tiara merasa melihat bagian memek Hanik yang tertutup celana dalam krem itu ada bercak gelap, tapi Tiara tidak yakin.
“Yaaa…….. malu ahhh….!” Tiara sengaja membuat Hanik penasaran.
“Ayo doong mbak” rengek Hanik. Tiara sekarang yakin bahwa memek gadis itu sudah basah sehingga terlihat bercak gelap di celana dalamnya. Tiara sendiri merasa sangat terangsang melihat pemandangan itu.
“Kalo pejuhnya menyembur dalam mulut kita, rasanya panas dan asin, lengket tapi enak banget!” bisik Tiara didekat telinga Hanik. Hanik membelalakkan matanya.
“Apa itu pejuh?” tanyanya. Tiara merasa tidak tahan.
“Pejuh itu seperti santan yang sering bikin memek kita basah lho” Jawab Tiara. Ia melihat bagian memek Hanik makin gelap, wah gadis ini banjir, pikir Tiara.
“Idiiihhh amit-amit, jorok banget sih”
“Lho kok jorok? Laki-laki juga doyan banget sama santan kita, apalagi kalo memek kita harum, tidak bau terasi”
“Idiiihh mbak saru ah!”
“Tapi aku yakin memek kita pasti wangi, soalnya kita kan minum jamu terus”
“Udah ah, lama2 jadi saru nih” kata Hanik. Tiara tertawa.
“Kamu udah banjir yaaa?” goda Tiara. Hanik memerah, buru-buru ia merapatkan kedua kakinya.
“Ahhh….. Mbaakk!!!” Tiara tersenyum melihat Hanik melotot.
“Nggak usah malu, aku sendiri juga basah nih” Kata Tiara. Ia lalu membuka kakinya sehingga Hanik bisa melihat celana dalam putih dengan bercak gelap ditengah, Hanik terbelak melihat bulu-bulu kemaluan Tiara yang mencuat keluar dari samping celana dalamnya, lebat sekali, pikirnya.
“Ihhh….. mbak jorok nih” desis Hanik. Tiara terkekeh.
“Mau merasakan bagaimana tempik kamu diemut?” bisik Tiara. Hanik berdebar.
“Ngaco ah!”
“Aku mau emutin punya kamu, Han?” Tiara mendekat. Hanik buru-buru bangun dan mundur ketakutan. Tiara tertawa.
“Kamu akan bisa pingsan merasakannya” bisik Tiara lagi.
“Ogah ah….. udah deh…… jangan nakut-nakutin akhh” Hanik mundur mendekati pintu kamar mandi dan Tiara makin maju.
“Nggak apa-apa kok…. cuman diemut aja kok takut?”
“Masak mbak yang ngemut?”
“Iya… supaya kamu tahu rasanya”
“Malu ahhhh…….”
“Nggak apa-apaaa……” Tiara mendekat dan Hanik terpojok sampai akhirnya pantatnya menyentuh bibir bak mandi. Dan Tiara sudah meraba pahanya. Hanik merinding dan roknya terangkat ke atas, Hanik memejamkan matanya.
Tiara sudah berjongkok dan mendekatkan wajahnya ke memek Hanik yang tertutup celana dalam. Tiara mencium bau memek Hanik, dan Tiara puas sekali dengan harumnya memek Hanik. Dulu ia sering melakukan hal-hal seperti ini, malah pernah ia bermain-main bersama 4 pelacur sekaligus untuk memuaskan tamunya.
Tubuh Hanik gemetar dan seluruh bulu kuduknya meremang, gadis itu merasa suhu tubuhnya meningkat dan perasaannya aneh. Tiara mulai menciumi memek Hanik yang masih tertutup. Pelan-pelan tangannya menurunkan celana dalam Hanik dan Tiara terangsang melihat cairan lendir bening tertarik memanjang menempel pada celana dalam gadis itu ketika ditarik turun.
Tiara menjulurkan lidahnya memotong cairan memanjang itu dan lidahnya merasakan asin yang enak sekali. Memek Hanik sungguh indah sekali, tidak terlihat bibir kemaluannya bahkan bulu-bulunya pun masih halus dan lembut.
Tiara mencium dan mulai melumat memek Hanik. Gadis itu mengerang dan menggeliat-liat ketika lidah Tiara menjalar membelai liang memeknya. Hanik benar-benar shock dengan kenikmatan aneh yang dirasakannya, ada perasaan geli dan jijik, tapi ada perasaan nikmat yang bukan alang kepalang.
Gadis itu merasakan keanehan yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Bulu kuduknya berdiri hebat tatkala lidah Tiara menyapu dinding memeknya, Hanik menggeliat-liat menahan perasaan nyeri nikmat bagian bawah perutnya.
“Aahhh…. Mbak… uuuhhhh….. ssshhhhh…. ja…. jangan mb….. mbbak! Ji…. jijikhh…. aahhhh” Tiara tidak memperdulikan rintihan dan erangan Hanik. Lidahnya bergumul dan menembus liang memek Hanik dengan lembut,
Tiara tahu Hanik masih perawan dan ia tak ingin merusak keperawanan Hanik, lidahnya hanya menjulur tidak terlalu dalam, namun Tiara sudah dapat merasakan cairan asin hangat yang mengalir membasahi lidahnya dan Tiara mengendus-endus bau khas memek Hanik dengan sangat menikmatinya.
Tiara perlahan-lahan menyelipkan jari-jarinya kesela-sela bokong Hanik, dengan lembut dan dibelai-belainya liang anus Hanik, dan Hanik sedikit tersentak tapi kemudian menggelinjang geli, tapi Hanik membiarkan dirinya pasrah terhadap Tiara. Ia percaya sepenuhnya pada Tiara dan sekarang ia benar-benar merasakan kenikmatan yang selama ini belum pernah ia rasakan bahkan dalam mimpipun!
“Enak Han?” desah Tiara dengan mulut berlumuran lendir Hanik. Hanik memandang ke bawah dan mengangguk, tubuhnya bergetar hebat, ia tak menyadari bahwa itu yang dinamakan klimaks kenikmatan seorang perempuan. Tiara merasakan liang memeknya berdenyut dan ia meraba serta menusuk-nusukkan jarinya sendiri keliang memeknya dan merasakan cairan licin membasahi jarinya.
Ia merintih dengan wajah tersuruk diselangkangan Hanik, lidahnya kini menjulur dan membelai liang dubur Hanik dan membuat gadis itu terlonjak-lonjak kegelian serta terpana mendapatkan perlakuan yang tidak pernah dibayangkannya. Hanik merasa liang duburnya ditekan-tekan oleh benda lunak dan sesekali terselip masuk kedalam dan ia akan terlonjak kaget becampur geli, tapi lebih banyak merasakan kenikmatannya.
Entah bagaimana awalnya, tapi kenyataannya Hanik dan Tiara telah saling memeluk dalam keadaan telanjang bulat dilantai kamar mandi. Tiara mencium mulut Hanik, mulanya gadis itu menolak tapi permainan jari-jemari Tiara diitilnya membuat gadis itu mabuk kepayang dan kepalanya dipenuhi nafsu berahi yang memuncak dashyat.
Tiara melumat mulut Hanik dengan penuh nafsu, Hanik membalasnya dengan malu-malu tapi mereka berdua memang saling melumat juga akhirnya. Terdengar bunyi mulut mereka ketika lidah mereka saling mengait dan saling menghisap. Hanik berkelojotan berkali-kali dan Tiara merasakan memeknya berdenyut-denyut nikmat, ia membayangkan Hanik menjilati dan mengemuti kemaluannya.
Perlahan-lahan Tiara mulai menjilati leher gadis itu dan terus menciumi ketiak Hanik, gadis itu menggelinjang kenikmatan dan makin mengerang keras ketika Tiara mulai menghisap puting tetek Hanik. Perlahan Tiara menggeser posisinya sehingga Hanik dapat membelai memeknya, tapi gadis itu hanya menggeliat saja.
Tiara tidak sabar, diambilnya tangan Hanik dan ditaruhnya di memeknya, Hanik mulai membelai dengan canggung. Ketika jarinya tidak sengaja masuk keliang memek Tiara, segera saja wanita itu memajukan pinggulnya dan memompa jari Hanik.
Hanik mulai mengerti dan ia mulai memainkan itil Tiara dan membuat wanita itu terlonjak-lonjak nikmat. Lalu perlahan Tiara sudah mengangkangi Hanik dan ia menciumi memek Hanik kembali, lidahnya kembali menggumuli liang kemaluan gadis itu.
Hanik kembali merasakan terjangan gelombang kenikmatan manakala memeknya digumuli Tiara, Hanik membiarkan wajahnya basah karena cairan memek Tiara berjatuhan, menetes dan membentuk lendir panjang, tapi Hanik tidak berani menjilat lendir yang jatuh dibibirnya.
Ia memandang liang memek wanita itu dengan heran. Memek Tiara dengan bibir tebal kehitaman, bulu kemaluan yang lebat bukan main tapi tidak menutupi liang itu. Hanik melihat memek Tiara lain dengan miliknya. Dan memek itu makin turun sehingga nyaris menyentuh hidungnya. Hanik mencium bau memek Tiara dan dirasakannya sama baunya dengan memeknya.
Hanik menjerit tertahan ketika mencapai klimak, tanpa sadar ia menarik bokong Tiara sehingga wajahnya terbenam dalam memek wanita itu, Hanik gelap mata, ia menjulurkan lidahnya dan menggumuli liang penuh lendir bening itu. Hanik bahkan menghisap lendir itu seperti kelaparan. Hanik mengemut itil Tiara yang besar dan menonjol.
Tubuh Tiara kaku seperti kayu dan bergetar hebat, pinggulnya kejang-kejang merasakan orgasme yang luar biasa ketika itilnya dihisap dan dijilat Hanik. Tiara menjerit keras dan ia menekan memeknya sehingga ia dapat merasakan hidung Hanik terselip dibelahan liang memeknya dan ia menggoyang2kan pinggulnya maju mundur dan dirasakannya itilnya bergesekan dengan hidung Hanik dan gadis itu malah menambahkan kenikmatan.
Tiara dengan menjulurkan lidahnya sehingga setiap kali Tiara memajukan atau memundurkan pinggulnya selalu bergesekan dengan lidah serta hidung Hanik. Tiara berkelojotan hebat sekali, ia meliuk-liuk seperti menahan nyeri, matanya berputar sehingga menampakan putihnya saja dan mulutnya mengeluarkan desahan kenikmatan.
“Hanik!!!!……. aaaaaaarrrrgggghhhhh!!!!…..” Tiara merasakan bagian bawah perutnya nyeri dan ngilu. Orgasme yang ternikmat yang pernah dirasakannya sejak ia meninggalkan dunia hitamnya.
Hanik merasa puas karena berhasil membuat Tiara menjerit-jerit minta ampun karena kenikmatan. Hanik merasa, ternyata ia suka sekali dengan rasa dan bau memek Tiara. Ia berpikir apakah memeknya juga seenak itu.
Ia merasakan hangatnya liang memek Tiara dan ia merasakan kasarnya bulu-bulu kemaluan Tiara kala menggesek diwajahnya. Hanik tersenyum lemah karena lelah. Tiara ambruk diatas tubuhnya dan Hanik membiarkan, dan gadis itu iseng membuka pantat Tiara dan memperhatikan liang anus Tiara.
Hanik melihat liang dubur Tiara seperti bintang berwarna kehitaman dan sangat indah. Hanik penasaran, ia mencium serta mengendus liang itu…. tidak berbau apa-apa. Tiara diam saja membiarkan Hanik berbuat sesukanya.
Hanik menjulurkan lidahnya dan menyentuh liang dubur Tiara dengan perlahan, kemudian ia menempelkan hidungnya lagi dan merasakan kehangatan liang itu. Dan Hanik mulai menekan-nekan lidahnya ke liang itu dan membuat Tiara menggelinjang geli.
“Aduh Han, enak…. terus Han… jilat… jilat terus… ya.. ya… aaakkhhhh…” Tiara merasakan lidah Hanik kaku menusuk liang duburnya. Tiara bangkit lalu berjongkok diatas wajah Hanik dan ia mulai menurun naikkan bokongnya sehingga lidah Hanik yang kaku dirasakannya menembus sedikit kedalam liang duburnya.
Tiara menggeram pelan…… Hanik merasakan perasaan aneh ketika lidahnya melesak masuk kedalam liang dubur Tiara, ia menyukai permainannya itu dan merasa senang dengan apa yang diperbuatnya. Lidahnya tidak merasakan apa-apa, yang dirasakan cuma perasaan anehnya saja.
Tiara tidak ingin Hanik terus melakukan untuknya. Ia menggulingkan Hanik sehingga gadis itu terlentang, lalu kedua kakinya diangkat oleh Tiara sehingga liang dubur gadis itu mencuat keatas wajahnya. Dijilatnya liang dubur Hanik dengan rakus, lalu setelah licin oleh air liurnya dimasukkannya jarinya kedalam liang itu.
Hanik menggigit bibir, ia merasa mulas tapi sekaligus nikmat. Kemudian dilihatnya Tiara mengeluar masukkan jarinya lalu setelah beberapa lama Tiara menjilati jari itu dengan nikmat, bahkan lidahnya terbenam jauh kedalam liang duburnya.
Hanik mengeluh, belum pernah itu membayangkan apalagi merasakan perbuatan seperti itu, gadis itu mabuk kepayang dan sangat terangsang dengan perbuatan Tiara. Ia merasa seolah-olah Tiara adalah pembersihnya, Hanik memejamkan mata dan merasakan memeknya berdenyut mengeluarkan cairan.
Tiara benar-benar tergila-gila dengan perbuatannya itu, ia tidak pernah menjilat liang dubur pria dan ia tak pernah ingin, tapi liang dubur Hanik begitu merangsang, begitu lembut dan begitu nikmat.
Tiara tidak mau membayangkan apa yang biasa keluar dari lubang itu, ia cuma ingin merasakan lidahnya terjepit diliang itu dan bagaimana rasanya. Ia tahu Hanik gadis yang sangat bersih, sama dengan dirinya. Tiara tidak kuatir dengan hal itu. Yang diinginkannya saat ini hanyalah membuat Hanik betul-betul puas dan dewasa. Tiara kemudian memompa liang memek Hanik dengan lidahnya dan membuat gadis itu meraung-raung serta kejang-kejang.
“Mbaakkkk… sudah mbaakkk…. ampuuunnn…… ooohhhhh!!!” Hanik sudah tidak kuat lagi menanggung kenikmatan yang datangnya bertubi-tubi melanda tubuh dan perasaannya. Ia menjambak rambut Tiara dan berusaha membuat wajah itu jauh dari memeknya. Dan akhirnya mereka berbaring lelah dilantai kamar mandi. Tiara memandang Hanik.
“Bagaimana? Sudah mau pingsan keenakan belum?” tanya Tiara. Hanik membuka matanya dan memandang wanita itu.
“Bisa gila aku mbak…. aahhh benar-benar bisa gila!” Desah Hanik. Tiara tersenyum.
“Mau lagi?”
“Jangan! Bisa semaput benaran aku nanti…”
“Ya sudah tak mandikan yuk!” Kata Tiara. Mereka bangkit dan kemudian saling memandikan. Sejak itu Hanik mengetahui apa yang harus dilakukannya jika berahinya datang melanda. Kejadian pertama itu membuatnya tahu apa sebenarnya yang dapat membuatnya nikmat dan puas. Hanik belajar banyak dari Tiara. Dan ia memuja wanita itu.
Malam itu Hanik tidak dapat memejamkan matanya, ia teringat perbuatannya dengan Tiara. Terbayang olehnya perbuatan Tiara terhadap dirinya, Hanik merasa seluruh bulu ditubuhnya berdiri dan ia merasa agak demam. Ia mengeluh karena merasa ingin sekali mengulangi lagi dengan wanita itu.
Hanik bangun dan berjalan kemeja kecil tempat ia biasa merias diri. Dikamar sebelah terdengar suara2 aneh, itu kamar Supriati, teman sesama kostnya. Hanik mencoba mendengar, antara kamar dengan kamar hanya dibatasi dinding papan tipis.
Hanik kadang suka kesal dengan Supriati yang bekerja di pabrik karena wanita itu suka menendang-nendang dalam tidurnya dan itu membuat Hanik kaget setengah mati ditengah malam. Tapi suara sekarang lain, bukan suara yang keras, suara yang samar-samar dan sepertinya ada suara lain.
Hanik menempelkan telinganya dan ia mendengar suara rintihan Supriati. Hanik berdebar, ini malam minggu….biasanya pacar wanita itu suka datang menginap. Sedang apa mereka?
Hanik berjingkat keluar kamar. Diluar sepi sekali, sekarang sudah jam 1 pagi, pasti Supriati sedang berasyik-asyik dengan pacarnya. Hanik tegang, ia berjalan kebalik kamar Supriati yang bersebelahan dengan ruang televisi.
Hanik tahu disana dindingnya tidak sampai atas dan dinding itu yang menyekat kamar Supriati. Pelan-pelan Hanik naik keatas bangku, lalu naik lagi keatas lemari pendek dan ia berjongkok disana. Ia ragu hendak berdiri, takut terlihat, tapi keingin tahuannya membuatnya nekad.
Dan pelan-pelan kepalanya menyembul dan pandangannya menatap kedalam kamar Supriati. Penerangan kamar itu agak redup tapi Hanik bisa melihat dengan jelas Supriati sedang ditindih oleh pacarnya! Supriati mengerang sambil menggeliat-geliat menggoyang pinggulnya, kedua kakinya terlipat dan menekan pantat pacarnya.
Pacarnya menggenjot Supriati dengan cepat. Hanik merasa meriang, matanya terbelalak dan tubuhnya gemetar. Laki-laki itu sedang meremas buah dada Supriati dan wajah mereka menempel satu sama lainnya. Mereka sedang berciuman dengan liar.
Supriati menggumam dan melihat tangan Supriati meremas-remas pantat pacarnya dengan keras. Hanik terangsang sekali, belum pernah ia melihat pemandangan orang yang sedang bersetubuh dan sekarang ia merasa aneh, ia merasa perutnya ngilu dan dengkulnya gemetar tak keruan.
Pacar Supriati berteriak tertahan dan mengangkat bokongnya. Hanik melihat tangan Supriati masuk kebawah dan terlihatlah kontol yang besar sekali didalam genggaman Supriati dan kontol itu menyemburkan cairan putih ke perut Supriati.
Supriati mengocok kontol pacarnya dengan cepat dan laki-laki itu nafasnya mendengus-dengus hebat dengan tubuh bergetar. Hanik merinding melihat benda yang besar dan panjang seperti itu, Hanik ngeri melihat kontol yang begitu besar.
Dia tahu bahwa itu besar sekali karena sebelumnya Hanik belum pernah membayangkan kontol dapat membesar dan sepanjang itu! Hanik melorot turun dengan lutut lemas, ia berjingkat kembali masuk kedalam kamarnya lalu merebahkan diri diranjang.
Mengerikan sekali kontol lelaki, pikirnya. Mana mungkin benda sebesar itu muat dimemeknya? Hanik merinding membayangkan lubang memek Supriati yang pasti luar biasa besar. Dan Hanik akhirnya terlelap.
Seminggu lewat sudah dan Hanik bingung memikirkan Tiara. Wanita itu tidak masuk seminggu sejak pergumulan mereka. Nanti sore ia akan menanyakan pada pemilik warung mengapa Tiara tidak masuk. Selama seminggu ini Hanik tidak bergairan dalam pekerjaan, memeknya basah terus kalau mengingat Tiara atau mengingat pemandangan adegan Supriati dengan pacarnya.
Hanik tidak bersemangat, apalagi sehari-hari teman-temannya selalu bergunjing mengenai laki-laki dan mereka tidak segan-segan membicarakan hal-hal yang paling pribadi dan selalu berakhir dengan cekikikan panjang.
Hanik merasa terkucil karena teman-taman lainnya semua sudah menikah dan usia mereka jauh diatasnya, sehingga mereka selalu terdiam kalau Hanik mendekat, padahal ia ingin sekali turut mendengar gunjingan mereka. Hanik lebih banyak menghabiskan waktunya dengan menyibukkan diri didapur membantu pemilik restoran.
Malam itu Hanik merasa tidak bersemangat bekerja, hatinya sedih memikirkan Tiara. Ia sudah menanyakan pada majikannya dan ternyata Tiara telah berhenti bekerja karena mendapatkan pekerjaan di Jakarta. Hanik diam-diam menangis memikirkan Tiara yang tega meninggalkannya tanpa pesan sedikitpun.
Akhirnya Hanik hanya pasrah dan menjelang tutup restoran ia pulang kekostnya yang berada tidak jauh dari tempatnya bekerja lalu masuk kedalam kamarnya dan menangis kembali memikirkan Tiara. Ia menangis sampai akhirnya terlelap dan bermimpi bertemu dengan Tiara dan wanita itu membelai rambutnya dengan sayang, Hanik menyusup dalam ketiak Tiara dan menangis sesunggukan, wanita itu mengucapkan kata-kata hiburan padanya dan gadis itu menangis makin keras.
Tidak terbayangkan oleh Hanik ketika memandang wajah wanita itu didepan pintu restoran. Tubuh Hanik bergetar dan jantungnya berdebar keras sekali. Air mata mengambang dipelupuk matanya yang indah. Bibir Hanik terbuka dengan mata terbuka seolah melihat hantu.
Wanita itu berjalan masuk dan tersenyum padanya…….sudah setahun lewat sejak kepergiannya dan Hanik merasa waktu setahun berlalu seperti siput, tiada malam tanpa tangisan dan tiada hari ceria lagi selama setahun itu baginya dan kini wanita itu berdiri dihadapannya dan sungguh cantik bukan main!
Wanita itu mendekat dan Hanik tiba-tiba saja sudah menghambur dalam pelukannya. Semerbak wangi tercium oleh Hanik, wanita itu membelai rambutnya sambil memeluk erat tubuhnya. Hanik merasakan debar jantungnya menghantam dada wanita itu.
Tangisan sedih terdengar dari dalam pelukan Tiara. Wanita itu merasakan aliran hangat jatuh dari matanya. Ia berusaha menahan air matanya tapi mengalir juga setetes dan jatuh dirambut Hanik.
“Mbak… oh….” Hanik tak kuasa berbicara. Ia menyusupkan wajahnya makin dalam dipelukan Tiara.
“Han, sudah lama sekali yaa….” Bisik Tiara. Hanik mengangguk-angguk. Hanik merasakan lembutnya buah dada Tiara dan ia tidak ingin melepaskan pelukannya.
“Aku rindu sekali mbak…. ja… jangan pergi lagi…..” Suara tercekat dari Hanik membuat Tiara sangat terharu. Dadanya terasa sesak dan ia ingin menjerit tapi kedewasaannya membuatnya bertahan.
“Aku juga rindu Han, sudah, sudah…..” Wanita itu mendorong Hanik pelan dan membawanya duduk disalah satu kursi. Restoran itu sedang sepi sekali dan Tiara memang sudah mengamatinya sejak satu jam yang lalu. Ia tidak ingin ada orang yang dikenalnya melihatnya datang dengan penampilan seperti itu, apalagi bermobil.
“Mbak cantik sekali….” Bisik Hanik, ia menatap Tiara kagum. Tiara memang terlihat cantik dan menawan, make up wajahnya tipis sehingga kehalusan kulitnya terlihat nyata, matanya masih seperti dulu, bersinar nakal dan genit, bibirnya yang penuh juga makin terlihat merangsang.
Hanik menelan ludah, ia melihat pakaian Tiara yang sangat indah, ia melihat potongan tubuh Tiara yang juga tidak berubah, montok dan kencang. Hidung peseknya tidak terlihat lagi dan penampilan keseluruhan wanita itu membuat Hanik rindu bukan main.
“Kamu kelihatan makin cantik dan matang Han….” Bisik Tiara lalu dibelainya pipi Hanik yang kemerahan. Kulit gadis itu masih betul-betul halus sekali, jari Tiara merayap menyentuh bibir Hanik, Hanik membiarkan jari Tiara menyentuh bibirnya, ia membuka mulutnya dan menjilat jari itu, jantungnya berdegup, Tiara membiarkan jarinya dihisap oleh Hanik.
“Aku rindu sekali Han dan aku kesini untuk mengajak kamu ikut aku” Kata Tiara. Hanik terkejut.
“Kemana?” Tanya Hanik.Tiara tertawa.
“Ikut saja aku, pokoknya kamu akan hidup enak denganku” Kata Tiara.
Hanik memandang wanita itu, hatinya gundah, apa yang harus dilakukannya? Apakah memang ia akan hidup lebih enak? Tapi kalau sekali ini ia tidak ikut dengan Tiara maka kemungkinan wanita itu tidak akan menemuinya kembali, Hanik sungguh bingung.
“Jangan kuatir Han, aku nggak bakalan menelantarkan kamu. Justru aku selalu ingat sama kamu, makanya aku nggak tahan lagi untuk mengajak kamu ikut denganku” Kata Tiara sambil membelai tangan Hanik.
“Lagipula kamu dan aku sudah seperti…. seperti…. kekasih….” Suara Tiara berbisik dan bibirnya bergetar. Hanik ingin sekali memangut bibir wanita itu tapi ia agak jengah. Ia menunduk saja.
Kemudian dirasakannya belaian tangan Tiara dibawah meja menjamah pahanya dan mengelus serta meremas lembut pahanya, Hanik merinding, ia ingin merintih tapi ia hanya menatap saja wanita itu. Tiara memandangnya sendu dan bibirnya terbuka.
“Baiklah mbak…. ka.. kapan kita berangkat?” Bisik Hanik bergetar.
“Besok kamu temui aku dihotel M, malam ini aku tinggal disana” Jawab Tiara “Jangan membawa barang terlalu banyak, nanti aku belikan disana” Hanik mengangguk.
Gadis itu memandang Tiara, ia haus sekali akan belaian wanita itu, tapi Hanik tahu Tiara tidak dapat berlama-lama, lagipula sepertinya wanita itu bukan lagi Tiara yang dulu.
“Jaga diri kamu baik-baik, Han…..sampai besok” Bisik Tiara. Hanik merasa pahanya diremas oleh Tiara dan wanita itu bangkit sambil tersenyum. Hanik memandang kepergian Tiara dan ia merasa ada sesuatu yang terbang meninggalkan jiwanya. Tiara menghilang dalam mobil dan pergi meninggalkan halaman restoran itu.
Hanik memandang pemilik restoran, seorang pria berusia pertengahan. Restoran sudah sepi karena sudah agak malam dan teman-teman Hanik juga sudah pulang, beberapa yang tinggal dibelakang restoran telah masuk dan mungkin sudah tidur.
Hanik sengaja memilih waktu setelah semuanya telah sepi, karena ia ingin pamit dan meminta upahnya selama bekerja disana pada sang pemilik restoran. Perjanjiannya memang begitu, semua karyawan wanita hanya dapat mengambil upahnya enam bulan sekali atau sewaktu ia ingin berhenti. Dan sekarang Hanik hendak berhenti karena besok ia sudah akan di Jakarta.
“Mengapa kamu tolol sekali hendak ikut dengan sundal itu?” Sergah pak Mohan dengan wajah mengeras dan kelihatannya marah betul. Hanik membisu, tubuhnya tegang karena takut.
“Kamu tidak tahu dia itu jadi lonte disana? Hah?” Desis laki laki itu. Ia memandang Hanik dan terus memandang gadis yang menunduk diam itu. Matanya tertumbuk pada seonggok daging yang membusung di dada Hanik yang ditutupi kaus tipis kumuh berwarna putih kekuningan.
Pak Mohan terkesiap merasakan berahinya tiba-tiba memuncak melihat keremajaan gadis itu, laki-laki itu menahan napas dan menelan ludah, matanya tidak lepas dari dada Hanik dan mulutnya terkunci. Hanik tidak tahu majikannya memandangnya seperti seekor serigala yang sedang menatap domba yang tak berdaya.
“Baik, kamu boleh keluar dari sini dan sekarang kamu ikut aku untuk mengambil uangmu!” Suara serak pak Mohan terdengar aneh di telinga Hanik, tapi gadis itu merasa lega karena tidak ada lagi nada kemarahan dalam suara itu.
Ia mengikuti laki-laki itu menuju kebelakang terus kebelakang berlawanan dengan mess tempat tinggal para karyawan restoran. Hanik tahu ia menuju kantor Pak Mohan, atau tepatnya tempat biasa Pak Mohan membereskan bon-bon dan beristirahat kalau sedang capek. Rumah majikannya itu jauh dari sini jadi ia suka berleha-leha diruang itu kalau sedang capek melayani tamu.
Pak Mohan menyalakan lampu kamar dan Hanik disuruh duduk di dipan yang biasa ditiduri oleh laki-laki itu. Hanik duduk dan Pak Mohan berjalan mendekatinya, tiba-tiba tangan laki-laki setengah baya itu terjulur dan meremas teteknya dengan keras, Hanik menjerit tertahan dan beringsut kesudut, ketakutan.
“Kamu mau uang kamu khan? Kamu akan ke Jakarta khan? Dan kamu toh akan jadi lonte juga nanti, sekarang kamu layani aku dululah, dan kamu akan menjadi lebih pengalaman nanti” bisik Pak Mohan dekat sekali dengan wajahnya. Hanik mencium bau rokok menyembur dari mulut laki-laki itu, sehingga membuatnya ia ingin muntah.
“Saya akan menjerit pak….. jangan pak…… malu!” bisik Hanik. Pak Mohan menerkam Hanik dengan tiba-tiba dan Hanik terhimpit oleh tubuh laki-laki itu, Hanik membuka mulutnya hendak menjerit, tapi tangan pak Mohan dengan sigap menutup mulutnya. Hanik terbelalak, ia benar-benar kalah tenaga dengan laki-laki itu, yang ternyata kuat sekali.
“Sekali kamu bersuara, maka kamu tidak akan bisa menemui sanak saudaramu lagi, kamu bisa tunggu mereka semua di neraka!” Desis Pak Mohan, wajahnya sungguh kejam sekali, membuat gadis itu merasa takut setengah mati.
Perasaannya mengatakan percuma melawan laki-laki itu, ia akan sangat menyesal nanti. Lagi pula siapa yang tidak takut dengan Pak Mohan? Hanya sang isteri yang baik pada karyawan, sedangkan laki-laki ini sudah terkenal suka judi dan membuat onar. Hanik menangis tanpa suara, ia takut sekali, dan sekarang ia merasakan tubuhnya digerayangi oleh tangan lelaki itu.
“Ikuti apa yang aku suruh, maka kamu akan mendapatkan uangmu dan yang penting kamu akan selamat dan bisa jadi lonte di Jakarta, mengerti?” Ancam Pak Mohan, Hanik menggigit bibir menahan sakit ketika teteknya kembali diremas oleh laki-laki itu, ia cepat-cepat menganggukkan kepalanya dalam bisu.
Pak Mohan menarik kaki Hanik sehingga gadis itu terlentang di dipan kayu yang beralaskan tikar. Kemudian Hanik melihat Pak Mohan dengan gugup melepaskan pakaiannya. Hanik memejamkan matanya ketika melihat kontol Pak Mohan bergoyang-goyang seperti ketimun.
Ketika ia membuka matanya kembali, Hanik melihat pak Mohan sudah duduk disampingnya dan tangannya mulai menarik kaus Hanik, gadis itu tidak bergerak. Tiba-tiba pipinya ditampar oleh Pak Mohan, Hanik menjerit pelan merasakan pipinya panas, tamparan yang tidak begitu keras tapi sangat menyakitkan hatinya.
Hanik mengangkat tubuhnya membiarkan kausnya lolos begitu saja dan kemudian membiarkan juga roknya diloloskan dengan mudah oleh Pak Mohan. Hanik bisa merasakan napas panas membara dari hidung laki-laki itu, Pak Mohan berusaha menciumnya tapi Hanik memalingkan wajah, tapi laki-laki itu memaksa dan Hanik terpaksa membiarkan bibirnya dikulum mulut laki-laki itu, Hanik merasa mual.
“Pegang ini, awas jangan macam-macam kamu!” bentak Pak Mohan. Tangan Hanik dituntun untuk menggenggam kontol Pak Mohan. Hanik merasa jijik, kontol yang tidak begitu besar dan dalam keadaan layu, keriput dan hitam.
“Kocok!” perintah Pak Mohan. Hanik belum pernah melakukannya. Ia meremas-remas pelan, kenyal dan licin seperti berlendir, Hanik merasa jijik.
“Kocok seperti ini goblok!” desis laki-laki itu sambil mengocok kontolnya sendiri. Hanik berusaha menurutinya dan Hanik sedikit terkejut mendapati kontol itu bangun perlahan. Pak Mohan tidak sabar, ia harus cepat-cepat karena sang isteri menantinya dirumah. Ia menyodorkan kontolnya kemulut Hanik, gadis itu menghindar.
“Sialan kamu! Cepat hisap dan jilat! Atau kubunuh kau!” bentak Pak Mohan seperti kalap. Hanik menggenggam kontol laki-laki itu dengan tangan gemetar, dipandangnya benda yang lembek dan setengah tegang, ia memejamkan matanya dan sebelum sempat berbuat sesuatu, dirasakannya benda itu menerobos masuk kedalam mulutnya dan bergerak maju mundur.
Hanik ingin muntah tapi ia ketakutan. Laki-laki itu memompa mulut Hanik dengan tergesa-gesa, dari mulutnya keluar lengkuhan-lengkuhan aneh dan tiba-tiba Hanik mendengar Pak Mohan mengerang tertahan lalu mulutnya tiba-tiba terasa asin dan penuh dengan cairan lengket dan berbau aneh.
Hanik menahannya supaya tidak tertelan, ia mual sekali, ia berpikir itu pasti yang dikatakan Tiara sebagai pejuh. Jijik sekali, pikirnya. Hanik memejamkan matanya erat-erat dan membiarkan kontol Pak Mohan terus bergerak maju mundur dan makin pelan. Lalu benda itu ditarik keluar dari mulutnya. Dan Hanik segera memuntahkan cairan kental itu, ia memandang Pak Mohan yang kelelahan dengan perasaan benci bukan main.
“Hhh……. bagus……. memang punya bakat lonte kau! Ini uangmu dan ini bayaran pertama buat seorang lonte!” Desis pak Mohan lalu melemparkan lembaran-lembaran uang kewajah Hanik. Hanik terkulai tak berdaya dan Pak Mohan bergegas hendak keluar tapi sebelumnya sekali lagi laki-laki itu meremas teteknya dan Hanik terbelalak kesakitan.
Sekejab kemudian bayangan laki-laki tua itu sudah lenyap dari pandangannya. Hanik menangis pelan, ia tidak berani lebih keras, ia malu dan takut terdengar oleh teman2 yang tinggal diseberang tempat ini. Lalu pelan-pelan gadis itu bangun, ia meraba teteknya dan meringis nyeri, lalu ia memungut uang-uang yang jatuh berserakan.
Dihitungnya dan ia merasa senang juga menerima lebih dari yang diperkirakannya, ia menerima kelebihan dua puluh ribu rupuah! Jumlah yang lumayan untuknya. Hanik dengan jijik mengusap cairan mani yang menempel di dadanya dengan bhnya.
Ia melepaskan benda itu dan memutuskan tidak akan memakainya. Ia memakai rok dan kausnya lalu berjingkat-jingkat keluar dari kamar itu. Diluar gelap dan kelam, sunyi, entah sudah jam berapa sekarang.
Hanik berjingkat masuk kedalam kamar mandi, rumah kostnya sudah sepi dan ia tidak ingin membangunkan semua penghuninya. Ia mulai membersihkan badannya dan ia menggosok teteknya kuat-kuat, ia tak perduli nyeri yang ditimbulkan, ia hendak melenyapkan jejak remasan Pak Mohan.
Hanik menangis tanpa suara, ia tidak menyangka malam terakhir merupakan malam jahanam baginya. Ia berkumur dan menusuk-nusuk kerongkongannya sampai muntah, ia tak perduli mulutnya terasa pahit dan ia terus hendak mengeluarkan semuanya, ia tak yakin apakah tadi cairan Pak Mohan tertelan atau tidak dan ia tidak ingin cairan itu berada diperutnya.
Hanik menggosok giginya berkali-kali dan akhirnya dengan pelan ia masuk kedalam kamarnya. Ia telah mencuci bersih bhnya dan pakaiannya juga, ia akan meninggalkan pakaian itu disini saja. Lalu Hanik berbaring berusaha untuk tidur……diam-diam ia bersyukur dirinya masih perawan, entah mengapa laki-laki keparat itu tidak menyetubuhinya, Hanik menghela napas dalam lelap.
“Ini kamar kamu Han, suka?” bisik Tiara sambil memandang gadis itu. Hanik ter-nganga tidak dapat berkata apa-apa. Keletihan berjam-jam dalam perjalanannya dengan Tiara seakan lenyap begitu saja. Kamar yang untuknya sangat luas, ia membadingkan mungkin 3 kali dari kamar kostnya di kampung.
Luar biasa, ranjangnya besar dengan sprei putih bersih, ada radio kaset disamping ranjang lalu ada meja rias dan Hanik heran melihat ada kamar mandi dalam kamar tidur, ia belum pernah tahu mengapa ada orang yang membuat kamar mandi dalam kamar tidur.
Sangat membuang uang sekali, pikirnya. Tapi gadis itu sudah dapat membayangkan betapa nikmatnya dengan fasilitas seperti itu, kapan saja ia ingin mandi, ia tidak usah lagi mengantri sambil menimba air, oh menyenangkan sekali, batinnya.
“Ada air panasnya lho Han…” kata Tiara. Hanik memandang wanita itu dengan penuh sayang. Ia memeluk Tiara dan berterima kasih padanya dengan air mata mengalir. “Kamu berhak mendapatkannya sayang…” bisik wanita itu.
“Indah sekali mbak! Bagaimana aku harus membalas semua ini?” kata Hanik dengan suara serak. Tiara tersenyum, lalu ia memanggil supir yang membawa mereka tadi untuk memasukkan barang-barang Hanik.
Hanik sangat kagum dengan rumah Tiara. Besar, bersih, mewah dan berkesan anggun sekali. Tembok-temboknya dicat dengan warna kuning beras, indah bukan main. Ruang tamu yang besar dengan lantai marmer dan perabotan yang menurut gadis itu tentu sangat mahal harganya,
Lalu ruang makan dengan meja makan yang besar lengkap dengan kursi-kursi berderet, tirai-tirai yang mewah seperti membuang-buang kain saja. Kemudian Hanik melihat ruang keluarga yang luar biasa besarnya, dengan TV yang juga seperti layar bioskop, seprangkat sofa yang besar pula menghias ruangan itu. Ada kolam renang dipekarangan belakang, kolam yang besar bukan main, Hanik tidak dapat membayangkan berenang di kolam itu, ia belum pernah berenang dikolam renang, ia hanya pernah berenang disungai.
“Kamu istirahat saja dulu Han. Nanti sore baru kita ngobrol-ngobrol lagi” kata Tiara. Lalu ia berjalan keluar kamar meninggalkan Hanik. Gadis itu duduk di atas ranjang, wah empuk sekali! Ia tersenyum sendiri membayangkan nasibnya, sungguh beruntung sekali ia disayangi seperti itu oleh Tiara. Ia merebahkan dirinya lalu dalam sekejab ia sudah terlelap.
Hanik terbangun oleh belaian Tiara. Jari-jemari Tiara membelai pipinya, Hanik memegang tangan Tiara kemudian menciumnya dengan lembut.
“Terima kasih mbak” bisiknya. Tiara tersenyum.
“Ah tidak apa-apa sayang, aku memang selalu teringat akan kamu dan akhirnya aku nggak tahan lagi. Aku berkata pada suamiku bahwa aku tidak dapat merasakan keriangan tanpa kamu Han” kata Tiara. Hanik mengecup lagi telapan tangan yang membelainya.
“Kok mbak kimpoi nggak bilang-bilang sih?” tanya Hanik. Tiara tertawa. Ia mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir gadis itu dengan lembut. Tiara rindu sekali dengan hembusan napas Hanik dan ia sudah tidak tahan ingin merasakan lidah serta mulut gadis itu.
Sudah lama ia rindu pada Hanik, selama ini ia selalu melayani ‘suami’nya dengan baik. Dan sang ‘suami’ juga kelihatan sangat sayang padanya, maka itu ia memberanikan diri untuk meminta ijin mengajak gadis itu tinggal dengannya. Tiara menceritakan semuanya kepada ‘suaminya’ dan tak disangka ‘suaminya’ sangat menyetujui.
“Jadi kamu suka bermain dengan cewek juga?” tanya ‘suaminya’, yang sebetulnya adalah laki-laki yang bernama Rahman dan selama ini memelihara hidup Tiara dan diam-diam mereka melangsungkan pernikahan tanpa sepengetahuan isteri pertama laki-laki itu.
Tiara mengangguk, ia pasrah jika Rahman meledak marah dan mendampratnya. Tapi yang ia lihat hanya pandangan terpesona saja.
“Ya mas, aku selalu teringat kepadanya, aku sangat mencintainya mas” Jawab Tiara.
“Jadi selama ini kamu tidak cinta padaku?” Tanya Rahman menyelidik.
“Aku mencintaimu melebihi segalanya, semuanya kuberikan dan semuanya kulakukan. Tapi selama mas tidak denganku, aku sering merasa sepi dan…..”
“Dan apa?”
“Dan membayangkan gadis itu” Tiara menjawab terus terang.
“Boleh saja kamu ajak gadis itu, aku akan sangat senang sekali kalau……” Rahman tidak meneruskan kata-katanya. Tiara tersenyum. Ia tahu apa yang dipikirkan Rahman.
“Aku akan mencobanya sayy…. aku juga ingin sekali kalau kamu bisa menikmati keperawanan gadis itu” bisik Tiara. Rahman lega dan merasa tegang sendiri membayangkan ia digumuli oleh dua wanita, wah tentu lebih luar biasa,
Selama ini saja ia sudah sangat puas dengan pelayanan Tiara yang sampai kemanapun belum pernah dirasakannya. Tiaranya yang begitu hebat diatas ranjang, didalam kamar mandi, dimanapun dan kapanpun ia membutuhkannya, wanita itu selalu akan membuatnya terkulai dalam lautan kenikmatan.
“Mbak…… kok melamun?” bisikan Hanik menyadarkan lamunan Tiara. Wajahnya dekat sekali dengan Hanik dan gadis itu rupanya menanti dari tadi. Tiara tertawa geli lalu tiba-tiba ia memangut bibir Hanik dan melumatnya. Hanik terengah-engah membalas lumatan gadis itu.
Ia merasa tangan Tiara mengelus-elus buah dadanya dan ia pun membalas, ia meremas-remas tetek Tiara dengan gemas dan membuat wanita itu merintih-rintih, tak dibutuhkan waktu lama untuk membuat mereka berdua berbugil ria dalam pergumulan panas.
Hanik tidak tahu bahwa dilangit-langit kamar ada sebuah bintik hitam sebesar uang logam. Dan semua kejadian dikamar itu dapat disaksikan dari lantai dua rumah itu. Diruang kerja Rahman! Dan sekarang Rahman sedang menahan napas memandang kearah layar besar didalam ruang kerjanya.
Tubuhnya tegang dan dirasakan daging dicelananya membengkak. Ia bisa melihat Tiara melucuti pakaian Hanik dan ia bisa melihat bagaimana wanita itu menggerayangi tubuh Hanik dengan penuh nafsu.
Rahman tersengal-sengal menahan nafsu, ia melihat Hanik memangut tetek Tiara dan menyedotnya seperti bayi, dan Tiara dengan kalap menyuruk keselangkangan Hanik dan mulai menggumuli memek gadis itu dengan mulutnya.
Rahman tak kuasa menahannya, ia juga ingin merasakan bau memek gadis itu dan bagaimana lendir gadis itu lumer dalam mulutnya, lendir perawan! Ia mengendap-endap turun dan menghampiri kamar Hanik, ruangan sepi sekali dan dibukanya pintu itu, dilihatnya wajah Hanik sedang ditindih oleh bagian bawah tubuh Tiara dan Tiara asyik menjilat-jilat memek Hanik, Rahman dapat melihat dengan jelas bagian dalam memek gadis itu yang kemerahan dan berkilat karena lendir.
Ia merangkak masuk dan dengan sebelah tangannya ia mengambil celana dalam Hanik yang tergeletak diujung ranjang. Rahman membawa benda itu kewajahnya dan menciumnya, oohh…. nikmat sekali baunya, bau pesing bercampur dengan bau khas memek seperti punya Tiara, Rahman menjilat bercak kuning dicelana dalam itu dan merasakan rasa asin.
Dia menjilat terus sampai bercak itu menjadi licin dan berubah menjadi lendir. Tapi ia takut ketahuan, ia segera melemparkan benda itu dan merangkak mundur keluar dari ruangan. Semuanya dilakukan tanpa mereka mengetahuinya, Rahman berdebar-debar membayangkan kapan Tiara dan Hanik akan siap melayaninya bersama-sama.
“Aduh mbaakk, aku keluar lagi mbak…. aduh duh…..” Hanik berkelojotan, memeknya terangkat dan menekan-nekan wajah Tiara, Tiara tidak mau kalah dan mengulek memeknya dengan goyangan yang membuatnya merasa hendak kencing.
“Hann…. mati aku Han… ooohh…. terus Han, terus!” desah Tiara dan Hanik mempercepat tusukan lidahnya dalam memek Tiara, ia menghujamkan mulutnya dan lidahnya menjulur dalam sekali, berkelana disekitar dinding memek wanita itu dan Hanik merasakan cairan masuk kedalam mulutnya dengan mudah, Hanik tidak perduli bahwa itu adalah air kencing yang keluar sedikit dari memek Tiara karena gadis itu membuatnya seperti gila dan entah mengapa ia merasa ingin kencing terus setiap Hanik menjalarkan lidahnya didalam memeknya.
Tiara merasa pinggangnya nyeri karena menahan nikmat yang membuatnya tanpa sadar meliuk-liuk seperti ular, apalagi dirasakannya lubang anusnya ditusuk-tusuk juga oleh jari-jemari gadis itu, ternyata gadis itu sekarang pandai sekali memuaskan dirinya.
Tiara juga tidak mau kalah dan ia membuat Hanik berguling sehingga gadis itu sekarang yang berada diatasnya dan dengan leluasa Tiara menjilati cairan bening yang jatuh dari liang memek Hanik, cairan lengket dan hangat terasa asin itulah yang selalu dirindukan Tiara.
Enak bukan main rasanya dan Tiara seperti gila menghisap lubang memek gadis itu, lidahnya dengan kaku memasuk kedalam memek Hanik dan membuat gadis itu mengerang, kadang malah Hanik tersentak kesakitan karena lidah Tiara masuk terlalu dalam dan Tiara cepat-cepat mengeluarkan lidahnya, ia lupa bahwa gadis itu masih perawan dan ia ingin Rahman yang memerawani gadis ini, kalau bisa nanti malam.
“Mbakhh…. aah… enak sekali mbak…. aaaaa…. keluar lagi mbak…… aduuuuhhh” Hanik mengerang panjang dan Tiara merasakan cairan bening makin banyak masuk kedalam mulutnya. Tiara menggosok-gosokkan hidungnya di lubang anus Hanik, ia merasa terangsang sekali melihat liang itu dan dijilatinya lubang anus Hanik, Tiara memasukkan jari telunjuknya, membuat Hanik mengerang lagi.
Lalu dikocok-kocoknya telunjuk itu di dalam anus Hanik. Gadis itu tersentak-sentak sambil merintih, Hanik merasa mulas tapi ada perasaan nikmatnya juga. Ia mengejan agar jari Tiara lebih mudah masuk kedalam anusnya, Hanik merasa enak sekali dan ia merasa memeknya banjir besar.
Sedangkan Tiara dengan lahap menjilati lubang anus Hanik dan bahkan ia menjilati jarinya yang baru keluar dari dalam anus Hanik, ia mencium bau yang baginya enak sekali dan ia menghisap jari itu.
Hanik melakukan hal serupa, ia memasukkan jarinya dan buat Tiara yang sudah terbiasa, kocokkan jari-jari Hanik di dalam anusnya membuatnya orgasme. Apalagi Hanik dengan tanpa jijik menjilat anusnya dan menusuk-nusuk lubang itu dengan lidahnya, Tiara merasakan kenikmatan yang membuat tubuhnya panas dan gemetar.
Dengan rintihan panjang Tiara mencapai orgasme lagi dan terkulai lemas. Hanik juga lemas diatas tubuh Tiara. Mereka merasa rindu mereka telah terobati sementara dan Hanik diam-diam memohon agar kejadian seperti ini terus akan terjadi, ia tak ingin kehilangan Tiara lagi, ia tak akan kuasa hidup tanpa wanita yang dapat membuatnya merasakan kenikmatan seperti ini.
Hanik menyusukkan kepalanya disela-sela ketiak Tiara, ia sangat merindukan kejadian seperti ini dimana ia merasa terlindungi dan Hanik sangat suka sekali bau ketiak Tiara yang sedang berkeringat dan dengan bernafsu Hanik menjilati keringat yang membasahi bulu-bulu ketiak wanita itu.
Hanik mengendus dalam dan menikmati bau khas yang sangat disukainnya, bau khas ketiak wanita kampung, tapi baginya bau ketiak Tiara sungguh merangsang.
Tiara cekikikan kegelian karena jilatan lidah Hanik tapi ia merasa nafsunya bangkit kembali. Tiara memandang lidah Hanik membelai ketiaknya dan menjilati keringatnya dengan lahap, ia terangsang sekali melihat bagaimana gadis itu menghisap-hisap bulu ketiaknya yang lebat, seperti dikeramas saja, pikirnya.
Tiara menarik wajah Hanik dan melumat mulutnya, dirasakan bau ketiaknya ada dimulut Hanik dan Tiara melumat habis mulut Hanik, gadis itu pasrah membiarkan lidah Tiara menjalar dan menyelusup kemana suka. Ia merasa jari-jari Tiara mengocok-ngocok didalam liang memeknya dan memeknya licin sekali karena banjir, wanita itu tidak menusuk terlalu dalam dan Hanik merasa nyaman sekali.
Tiara membawa jari-jarinya yang berlumuran lendir itu kemulutnya dan kemulut Hanik dan mereka menjilati lendir itu dengan lahap seolah-olah itu adalah tajin yang biasa dimakan bayi. Mereka saling berpelukan dengan mesra dan terlelap dalam rengkuhan kenikmatan.
Ketika bangun, hari sudah senja dan mereka mandi sama-sama dalam kamar Hanik. Tiara mengangumi tubuh Hanik yang benar-benar sedang ranum, matang dan sangat indah, semuanya mulus tanpa cacat. Bulu kemaluannya yang halus, buah dadanya dengan puting merah muda sangat kontras dengan tubuhnya.
Tubuhnya sendiri memang masih padat dan serba kencang, tapi ia tak dapat menghindari kegemukan di perutnya, padahal ia sudah senam mati-matian, mungkin inilah karena umur, pikirnya. Sebaliknya Hanik sangat iri melihat tetek Tiara yang begitu besar dan kenyal, walaupun puting susunya juga besar dan kehitaman tapi Hanik tahu banyak sekali laki-laki dikampungnya yang tergila-gila ingin menikmati tubuh Tiara.
“Mbak teteknya besar sekali, kapan aku bisa punya tetek sebesar itu?” Kata Hanik, Tiara tertawa terkekeh-kekeh.
“Ini dulu salah urus, sebenarnya tetekku dulu tidak sebesar ini, tapi ada gara-gara digosok dengan minyak bulus jadi gede kayak gini” Jawab Tiara. Ia tak memberitahu Hanik bahwa dulu germonyalah yang menyuruhnya menggosok teteknya dengan minyak itu.
“Memang bisa?”
“Entahlah, tapi kupikir gara-gara itu sih” mereka terkikik.
“Selesai mandi nanti kita kekamarku yuk” ajak Tiara.
“Ah nanti ada suami mbak” jawab Hanik.
“Ah mungkin dia pulang malam hari ini” jawab Tiara. Ia tak mau Hanik mengetahui rencananya.
“Wah kamar mbak hebat sekali!” seru Hanik kagum melihat kemewahan kamar Tiara. Tiara tertawa dan mengajak gadis itu duduk diatas ranjang besar.
“Heh kamu mau nonton film?” tanya Tiara. Hanik menggeleng.
“Film?”
“Iya film yang hebat deh” kata Tiara lalu berjalan ke lemari TV yang terletak pas dikaki ranjang. Tiara memasukkan sesuatu ke dalam kotak alat dan kembali duduk bersama Hanik. Ia memeluk Hanik dan gadis itu membalas pelukannya.
Tiba-tiba Hanik melotot ketika melihat adegan dalam film itu. Ia melihat dua wanita sedang disetubuhi oleh beberapa lelaki. Ia melihat kedua wanita itu sedang disetubuhi sambil menghisap kontol pria lainnya. Hanik menahan napas, jantungnya berdebar kencang, tubuhnya meriang dan hangat. Tiara merasa gadis itu gemetar.
“Lho…. kok.. kok…. ih mbak! Idiihh besar sekali mbak!” desis Hanik. Tiara diam.
“Jijik mbak…. aduh jijik sekali!” seru gadis itu tatkala melihat salah seorang pria itu menyemprotkan air mani kedalam mulut sang wanita dan wanita itu dengan lahap menjilatnya sambil merengek-rengek manja. Hanik teringat malam jahanamnya dengan Pak Mohan, ternyata ada wanita yang suka sekali dengan itu.
“Oh enak sekali Han, wah rasanya luar biasa!” kata Tiara. Ia membelai tengkuk Hanik. Hanik bergidik melihat wanita itu kembali menjilati kontol yang baru keluar dari memeknya dan kontol itu dengan ganas menyemburkan cairan kental kedalam mulutnya lagi.
“Aduuhh… geli amat. Kok mau sih…” Suara Hanik bergetar, diam-diam ia merasa ada perasaan aneh merambati tubuhnya. Ia merasa berahinya naik dengan cepat, apalagi Tiara membelai-belai tengkuknya.
“Mbak! Gila ihhh!” Hanik melotot melihat laki-laki lain menusuk lubang pantat wanita itu dan laki-laki lainnya lagi menusuk dari bawah dan dimulut wanita itu tetap tertusuk sebuah kontol hitam. Semua lubang ditubuh wanita itu telah terisi.
“Wah itu yang paling enak Han, kamu harusnya merasakan bagaimana memek kamu dimasuki kontol Han… enaknya luar biasa!” Desis Tiara. Wanita itu juga merasa terangsang. Ia melirik ke pintu yang dibiarkan tidak terkunci.
Di televisi terlihat adegan dua wanita itu saling memangut kontol hitam dan mereka saling menjilat dan menyuapi satu sama lain. Hanik mendesah, ia merasa meriang sekali dan memeknya banjir besar, Hanik merasa terangsang bukan main melihat bagaimana kedua wanita itu saling membagi air mani laki-laki itu dan laki-laki itu bergantian memompa mulut wanita-wanita itu.
“Mbaakk….. aduh mbak….. nggak tahan aku” Bisik Hanik manja sambil menatap Tiara. Tiara melumat bibir gadis itu.
“Nafsu yaaa….?” Bisiknya. Hanik mengangguk lalu menyurukkan wajahnya ke ketiak Tiara lagi.
Tiba-tiba pintu terbuka dan….. “Wah ada tamu nih?” Suara besar dan berat menyengat Hanik. Ia melompat berdiri dan membenahi roknya yang tersingkap. Tiara tersenyum manis pada laki-laki itu.
“Oh mas, lho kok sudah pulang? Ini kenalkan keponakanku Hanik” Kata Tiara sambil mendorong Hanik mendekat kepada laki-laki tinggi besar itu. Laki-laki yang bertampang seram dengan brewok diwajahnya.
“Ini suamiku Han, kamu panggil saja Oom Rahman” Kata Tiara.
“Oh Haloo! Wah aku tidak menyangka keponakan kamu cantik begini” Kata Rahman sambil menjabat tangan Hanik. Hanik tersipu menundukkan wajahnya. Rahman duduk diatas ranjang dan membuka sepatunya, matanya menatap televisi.
“Lho kok putar film begitu?” Tanyanya berpura-pura. Tiara tersenyum, Hanik tidak berani memandang, ia malu bukan main.
“Ya iseng saja, lagian aku ingin kasih tahu Hanik bagaimana punya laki-laki itu lho!” Kata Tiara manja sambil membantu melepaskan dasi Rahman.
“Mbaakk….” Hanik melotot.
“Lho? Nggak apa-apa kok Han. Mas Rahman orangnya sangat terbuka kok. Lagian kami sudah biasa dengan adegan-adegan seperti di film itu” kata Tiara sambil menarik Hanik supaya mendekat. Kemudian ia memeluk Hanik dan mencium mulutnya.
Hanik merasa malu dengan perlakuan Tiara tapi ia juga tak ingin menghindar, ia takut Tiara marah. Malah sekarang Tiara meremas buah dadanya dengan perlahan.
“Mbaaakk… malu ah” rengek Hanik.
“Ah tidak apa-apa kok Han, oom sudah biasa kok” kata Rahman sambil menelan ludah. Ia merasa lidahnya kaku dan sepertinya ia sudah merasakan cairan memek Hanik lumer dimulutnya.
Lalu Tiara membuka celana Rahman dan sekaligus memelorotkan celana dalamnya, maka meloncat keluar kontol yang sudah agak tegang. Hanik menutup mulutnya melihat kontol yang lumayan besar dan panjang itu. Wajahnya bersemu merah, ia tidak dapat berkata apa karena malu, ia ingin lari tapi ia takut Tiara tersinggung.
“Nih lihat ini Han. Ini yang namanya kontol enak? bisik Tiara sambil mengocok pelan kontol Rahman dan Hanik bisa melihat ada lendir bening di kepala kontol itu seperti lendir memeknya. Lalu ia terbelalak melihat Tiara dengan lahap mengulum kontol itu, bahkan Hanik bingung melihat kontol itu lenyap dalam mulut Tiara.
Dan Rahman mendengus-dengus sambil memompanya dalam mulut wanita itu. Hanik gemetar menyaksikan pemandangan yang tidak pernah dibayangkannya. Sungguh mengerikan, pikirnya. Apakah begitu enaknya sampai Tiara mau menghisap kontol itu demikian dengan lahapnya?
“Mau cobain Han? Enak banget….” Tiara menarik gadis itu supaya berlutut juga. Rahman berdiri dan tersenyum pada Hanik. Ia menyodorkan kontolnya yang sudah agak keras itu. Tiara mengambil tangan Hanik dan dipaksanya tangan itu menjamah kontol suaminya. Hanik berusaha menahan tangannya dengan setengah hati.
Ia bingung dan gundah, ia merasa memeknya seperti hendak meledak karena berahi yang memuncak tapi ia juga malu dan ia tak ingin berselingkuh dengan suami Tiara, tapi sekarang malah Tiara memaksanya menjamah daging yang seperti dodol itu.
“Nggak apa-apa Han, suamiku milik kamu juga kok….” bisik Tiara. Kemudian Hanik merasakan daging itu ditangannya, lumayan besar dan kenyal, ada lendir bening keluar dari ujung kontol Rahman, dan Tiara mengusap lendir itu dan memasukkannya ke mulut Hanik, Hanik merasa jijik, tapi ia hanya merasakan asin seperti pejuh Pak Mohan.
Lalu Tiara mendekatkan mulut Hanik sambil menekan kepalanya supaya mendekati kontol Rahman. Dan entah bagaimana Hanik pasrah saja ketika kontol itu sudah dalam mulutnya dan bergerak maju mundur. Hanik merasa daging itu hangat dalam mulutnya dan memang kalau dirasa-rasakan enak sekali, seperti mengemut es krim tapi tidak dingin melainkan hangat, hanya sesekali lidahnya merasa