- Home >
- Gairah Birahi Liar Tante Dewi
Posted by : NashGore
Minggu, 04 Desember 2016
Kisah ini
terjadi beberapa waktu yang lalu, saat saya masih kuliah, ini adalah
awalnya kenapa saya lebih menyukai wanita yang lebih tua, mungkin karena
mereka lebih matang dan berpengalaman dalam hal bermain sex, tetapi
saya selalu berhati-hati dalam memilih wanita/ Tante untuk menghindari
hal-hal yang tidak diinginkan. Nah! semoga para pembaca dapat menikmati
cerita saya. Saya bernama Andre (22 tahun) mahasiswa, sedang
menyelesaikan mata kuliah terakhir dan bersiap untuk mengambil skripsi,
karena hanya tinggal 2 mata kuliah yang masih harus kuperbaiki nilainya
jadi aku sudah mulai jarang ke kampus, hanya seminggu 2 kali, sekarang
aku akan mulai menceritakan kejadiannya. ***** Matahari bersinar sangat
terik hari ini aku ada kuliah, tetapi rasanya udara sangat panas, ruang
kuliah yang biasanya sejuk menjadi terasa pengap. “Wah enaknya selesai
kuliah pergi ke Mall,” pikirku. Setelah kuliah yang membosankan selesai,
aku langsung berangkat ke Mall PondOk Indah, “Seharian suntuk
mendengarkan dosen berceloteh, tapi setelah berada disini, ahh.. rasanya
segar sekali.”

Gairah Birahi Liar Tante Dewi
Kunikmati
berjalan-jalan di PIM dan tanpa terasa perutku sudah merasa lapar, aku
berjalan menuju ke food court, setelah duduk dan memesan makanan,
tiba-tiba mataku tertuju kepada 3 orang Tante yang berada diseberang
mejaku. “Sexy dan cantik juga,” pikirku. Mataku tidak bisa lepas dari 3
Tante tersebut, terutama yang memakai baju ketat warna merah,
kuperkirakan umurnya 35-40 th, tingginya kurang lebih 1.60, rambutnya
dicat warna, dengan payudara yang besar serta pantat yang bulat
ditunjang dengan tubuhnya sexy. “Waduh jadi pusing kepala atas dan
bawah, nih,” kataku. Setelah selesai makan aku langsung menuju ke tOko
buku karena takut tambah ‘pusing’, selesai membaca sebuah buku, aku
ingin keluar dari tOko buku. Eh.. ternyata Tante-Tante yang tadi, mau
masuk ke tOko buku juga, aku langsung mengurungkan niat untuk keluar
dari tOko buku, kulihat Tante berbaju merah itu sedang mencari buku
sedangkan teman-temannya sedang memilih buku tulis (mungkin untuk
anak-anak mereka) kemudian kudekati Tante tersebut dengan sOk yakin.
“Halo Tante Mila apa khabar.” Tante itu terkejut mendengar suaraku.
“Maaf ya, kayaknya kamu salah orang.” Aku pura-pura terkejut, “Aduh maaf
Tante, habis dari belakang persis kaya Tanteku sih.” Kemudian Tante itu
hanya tersenyum dan berkata, “Tante atau Tante?” Aku kemudian tersenyum
dan langsung kualihkan pembicaraan, “Lagi cari buku apa Tante? ee..
saya boleh tahu namanya enggakk?” “Tante Dewi,” jawabnya. Selanjutnya
kami mulai berbincang-bincang, tetapi mataku tidak dapat lepas dari
payudaranya yang sangat menantang, sampai tiba-tiba ada suara
dibelakangku. “Waduh, siapa nih?” ternyata teman-temannya Tante Dewi.
“Oo.. ini keponakanku, eh.. mau kemana kalian?” Sambil tertawa mereka
menjawab, “Kita enggak mau ganggu reuni keluarga ah, kamu pulang sendiri
aja ya Dew”. Tante Dewi hanya mengangguk saja tanda setuju, setelah
teman-temannya pergi, Tante Dewi mengajakku ke sebuah restoran. Sambil
menikmati minuman, Tante Dewi bercerita tentang dirinya, singkat cerita,
Tante Dewi baru saja pulang dari kelas Aerobik bersama-sama temannya
(pantas bodynya masih yahud) dan sekalian mampir mencari buku untuk
anaknya, selain itu dia juga menceritakan kehidupan keluarganya. Tante
Dewi mempunyai suami yang berada di Kalimantan, sedang membuka usaha
perkayuan sejak 3 tahun yang lalu dan hanya pulang setahun sekali karena
kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan. Sedangkan di rumah Tante Dewi
hanya ditemani oleh 2 anak laki-lakinya yang berumur 3 dan 5 tahun serta
seorang pembantu dan 1 babysister. Mengetahui hal itu aku langsung
berpikir, “Wah jarang ML dong Tante, kesempatan nih”. Tiba-tiba Tante
Dewi berkata, “Tante kayaknya enggak bisa lama-lama, harus pulang karena
nanti sore ada arisan, jadi Tante mau siapin semuanya dari sekarang
biar ada waktu untuk istirahat.” “Baik Tante, ini nomor saya kalau Tante
mau ketemu lagi sama saya.” “Ok, ini nomor HP Tante, tapi jangan
telepon dulu ya, biar Tante yang telepon kamu.” Akhirnya kami berpisah
dan Tante Dewi berjanji akan menelepon aku. Seminggu telah berlalu dan
selama itu aku sebetulnya sangat ingin meneleponnya tetapi karena sudah
berjanji untuk tidak menghubunginya jadi aku hanya menunggu sambil
berharap, sore harinya HPku berbunyi, kulihat nomornya. “Ternyata Tante
Dewi!” dan langsung kujawab, “Halo Tante” “Halo juga ini Andre?” “Iya,
ini Tante Dewi kan?” “Iya, kamu ada acara nanti sore?” “Enggak ada
tante, mau ketemu?” “Kita ketemu di Mc Donald Thamrin jam 5 sore, bisa
enggak?” “Ok Tante, kalau gitu aku siap-siap deh, sekarang sudah jam 4.”
“Ok Andre, sampai ketemu disana ya.” Aku sempat bingung, kok kayaknya
Tante Dewi terburu-buru dan tiba-tiba langsung mengajak ketemu. “Ah,
nanti juga tahu kalau sudah ketemu.” Tepat jam 5, kami bertemu dan
langsung mencari tempat duduk. Tante Dewi yang memulai pembicaraan,
“Kamu bingung ya? Kok tiba-tiba sekali Tante ajak kamu ketemu,
sebetulnya enggak ada apa-apa. Cuma ingin ngobrol aja sama kamu, abis
teman-teman Tante sedang keluar kota.” “Untung pada keluar kota, kalau
tidak Andre enggak akan ditelepon sama Tante” jawabku. “Iya enggak dong
say, nomor kamu sempat hilang, jadi Tante cari-cari dulu untung ketemu,
jadi Tante bisa langsung hubungi kamu.” Kami mengobrol kurang lebih
selama 1/2 jam dan Tante Dewi bicara, “Ndre, cari tempat istirahat yuk.”
Aku nyaris enggak percaya mendengar kalimat yang indah itu, dan
langsung aku mengangguk mengiyakan, Tante Dewi hanya tertawa kecil,
“Kamu kaya anak kecil deh,” kata Tante Dewi. Kemudian kami menuju tempat
parkir dan pergi dengan mobilnya mencari tempat yang bisa disewa untuk
beberapa jam. Setelah memesan dan masuk kamar, Tante Dewi langsung
membuka bajunya. “Ndre, Tante mandi dulu ya, kalau kamu mau mandi,
nyusul aja.” Mendengar itu aku langsung secepat kilat membuka baju dan
berlari ke kamar mandi, disana aku melihat pemandangan yang sangat
indah. Tante Dewi sedang membasuh badannya di bawah shower dan terlihat
jelas tubuhnya benar-benar terawat. Walau sudah mempunyai 2 anak tetapi
tubuh Tante Dewi sangat terjaga, payudara dengan ukuran kurang lebih 36B
masih terlihat kencang, pantat yang bulat dan berisi benar-benar
membuat penisku langsung bangun dengan cepat. Sambil menyabuni tubuhnya
Tante Dewi melirik ke arah selangkanganku dan berkata, “Ndre, lumayan
besar juga penis kamu.” Sebetulnya ukuran penisku biasa saja hanya 12,5
cm tetapi mungkin karena ngaceng berat jadi terlihat besar. “Jadi mandi
enggak? Kok bengong aja? Sabunin punggung Tante dong..” Aku langsung
mendekat dan memeluk Tante Dewi, kuciumi lehernya sambil tanganku
menggesekkan klitorisnya. “Wah besar nih klitoris Tante dan lebat juga
jembutnya” kataku dalam hati, dan ini membuat birahiku semakin tinggi
dan semakin ganas. Kujilati leher dan punggung Tante Dewi “Ndree.. Tante
minta disabunin, kok malah diciumi tapi.. ahh.. terus sayang, Ndre isep
tetek Tantee..” Aku langsung menuju ke teteknya dan dengan rakus
kuhisap putingnya sambil lidahku menggelitik. Tante Dewi semakin
menggelinjang dan dia menarik-menarik penisku dengan kuat, sempat kaget
dan sakit, tetapi lama kelamaan terasa enak. Setelah puas menghisap
payudaranya lalu aku pindah menjilati perutnya, pusarnya dan akhirnya
tiba dibukit kecil yang lebat hutannya, mulai kujilati bukit itu dan
kuhisap klitorisnya sambil sesekali kugigit pelan. “Aah..! Gila kamu
Ndre..! Diapakan Tante? Enakk.. sekali sayang,” sambil tangannya
menjambak rambutku, Tante Dewi terus mendesah. Kuhisap terus klitoris
itu, sambil tanganku meremas- remas payudaranya yang besar. Terus
kulakukan ‘foreplay’ itu, sampai akhirnya aku berdiri dan kutarik
tangannya untuk keluar dari kamar mandi dan menuju ke tempat tidur.
Kulanjutkan mengisap klitorisnya dan kumasukkan jariku kedalam
vaginanya. “Aah.. yess.. Ndre terus say” “Ughh.. yang kuat say, Tante
rasanya mau keluar!” Aku semakin semangat memainkan lidahku di
klitorisnya dan tidak lama kemudian terdengar erangan yang panjang,
“Ahh.. Ndree..! Tante keluar..!” Terasa di mulutku cairan yang terasa
asin dan langsung kujilat sampai habis. “Bagaimana Tante?” “Thanks Andre
kamu bisa buat Tante puas, rasanya sudah lama Tante tidak merasakan
orgasme.” Kemudian Tante Dewi berbaring dan aku peluk dengan erat, dia
merebahkan kepalanya di dadaku, aku mencium keningnya dan dia membalas
dengan menciumi bibirku. Lama kami berciuman dengan penuh gairah dan
terasa birahinya mulai timbul kembali. “Mana penismu say, Tante mau
puasin kamu.” Tanpa menunggu lagi kusodorkan ‘adikku’ yang dari tadi
sudah lama menunggu untuk digarap, dengan tangan yang mungil, Tante Dewi
mulai mengocok penisku dan dimasukkan ke mulutnya. “Uh.. enak sekali
Tante.” “Nikmati ya say, ini baru mulai kokm” kata Tante Dewi. Sambil
mendesah manja, aku merasa ujung penisku dimainkan oleh lidahnya yang
terus berputar dan sambil dihisap. “Tante sudah.. nanti aku keluarr..!”
Tanpa memperdulikan kata-kataku dia terus memainkan penis dan bijiku
sampai aku akhirnya tidak tahan dan.. “Tantee.. aku keluar!” Tante Dewi
melepaskan penisku dari mulutnya dan mengocoknya dengan kuat sambil
mulutnya membuka “Croot.. croott..!” Keluarlah spermaku yang langsung
mengenai muka dan masuk ke dalam mulut Tante Dewi yang langsung ditelan.
Sambil membersihkan mukanya yang penuh dengan spermaku, mulutnya
sesekali mengisap penisku yang mulai mengecil. Kemudian kami
beristirahat dalam keadaan bugil, 1/2 jam kemudian birahiku timbul
kembali, kucumbui secara perlahan Tante Dewi yang masih tertidur,
lama-lama terdengar desahan yang sangat menggairahkan, “Mmhh.. uh.. Ndre
kamu mau lagi?” “Iya Tante, enggak pa-pa kan?” tanyaku “it’s Ok honey,
I’m ready to make love with u”, Kami melakukan 69 style, Tante Dewi
melepaskan kocokannya dan berdiri diatas selangkanganku. Lalu ia mulai
jongkOk sambil mencari penisku untuk dimasukkan ke dalam lubang
vaginanya yang telah basah, setelah posisi kami enak dan penisku telah
didalam vaginanya dia mulai naik turun dan mendesah dengan hebat. “Aah..
ahh.. Ndre enak sekali!” Lalu kami berganti posisi menjadi ‘doggy
style’, sambil maju mundur penisku di dalam vaginanya kumasukkan juga
jempol tanganku kedalam lubang anusnya. “Nghh.. Nddre.. terus masukin
jarimu ke anus Tante say.” Tidak lama kemudian kulepaskan penisku dan
kucoba masukkan kedalam lubang anusnya, auw! sempit sekali pelan-pelan
kutekan terus. “Say.. terus masukin penismu..!” Dan akhirnya masuk semua
penisku dan kutarik lagi secara perlahan dan kumasukkan lagi dan terus
menerus bergantian antara lubang anusnya dengan vaginanya sampai
akhirnya. “Tante, Andre mau keluar!” “Keluarin dimulut Tante saja”
Kutarik penisku dan kumasukkan kedalam mulutnya sambil dihisap,
tangannya memainkan bijiku dan “Ahh! croot.. croot..” Keluar semua
spermaku ke dalam mulutnya dan dia terus mengisap penisku, ngilu rasanya
tetapi nikmat sekali. “Andre sayang, kamu enggak nyeselkan make love
dengan Tante yang sudah tua ini?” tanya Tante Dewi. “Ah tidak Tante,
Andre malah bersyukur bisa bertemu dengan Tante karena andre mendapat
pengalaman baru.” Karena kelelahan kami akhirnya tertidur dan tidak lama
kami pulang ke rumah masing-masing setelah sebelumnya membuat janji
untuk bertemu kembali. Hingga saat ini, terkadang kami masih bertemu
tetapi tidak selalu berhubungan intim karena waktu yang kurang tepat.