- Home >
- Selingkuh Dengan Tante Bohay
Posted by : NashGore
Minggu, 04 Desember 2016
Aku
menginginkan sebenarnya ini hanya menjadi rahasiaku sendiri. Namun
amatlah bagus kiranya hal ini kuberikan kepada teman teman semua. Boleh
dibilang aku yang kata orang bilang – mengidap penyakit oedipus complex,
yakni lebih terangsang dengan wanita yang berusia lebih tua dariku.
Saat ini aku berusia 37 tahun dan sudah berkeluarga. Ceritaku ini
berlangsung kurang lebih dimulai 10 tahun yang lalu. Setelah lulus
kuliah aku diterima di sebuah perusahaan. Aku memulainya sebagai
Management Trainee. Beberapa waktu kemudian aku diangkat sebagai
manager. Karena perusahaan ini adalah perusahaan yang sudah establish,
maka bawahan-bawahanku banyak yang sudah berumur, dalam arti kata rata
rata umur anak buahku diatas umurku. Aku mempunyai seorang anak buah
yang sudah bersuami dengan 1 orang anak.

Selingkuh Dengan Tante Bohay
Aku tidak
mengetahui bahwa setiap kupanggil, dia menampakkan wajah yang berbeda
dibanding dengan teman temannya. Senyumnya yang enawan seringkali
dilemparkannya kepadaku. Akupun hanya membalas seadanya saja (maklum
untuk menjaga wibawaku). Suatu saat pernah dia menumpang pulang
bersamaku, karena kebetulan rumah kami satu jurusan. Itupun dilakukannya
beramai ramai. Umurnya sebenarnya sudah menginjak 35-an waktu itu
(sehingga selisih hampir 7 tahun denganku). Makin lama dia sering pulang
bareng denganku. Suatu saat kami diberikan kesempatan pulang bareng
hanya berdua saja. Supaya nggak diketahui oleh teman temannya aku
janjian disuatu tempat yang telah kami tentukan. Bertemulah aku di
tempat yang telah ditentukan. Sepanjang perjalanan di dalam mobilku,
kami lebih banyak diam. Kulirik dia, dia lebih banyak melihat ke
wajahku. Perlahan lahan kutanyai dia tentang kehidupan pribadinya. Dia
menjawab dengan sekenanya saja – dan aku rasakan dia malas untuk
mengungkapkan kehidupan pribadinya. “Ada apa sih..”, sambil kuberanikan
untuk memegang pahanya. Eh ternyata dia diam saja. “Pak.., aku
sebenarnya sangat mengagumi Bapak”, begitu kata dia memujiku. “Ah..
nggak.., biasa saja koq”, begitu balasku”. Pelan pelan tanganku langsung
meraba ke pahanya. Gesekan- gesekan di pahanya membuat dia menepiskan
tanganku. Kemudian kudiamkan saja dan tanganku kembali memegang kemudi.
Kembali kami terbalut dalam kebisuan lagi. Kemudian tangannya aku
letakkan di pahaku. Eh.., ternyata dia menurut. Dia kemudian aku bimbing
untuk mengelus elus elus pahaku. dan dia menurutinya. Aku naikkan
tangannya supaya memegang lebih keatasnya, yakni ke batang kemaluanku
(yang masih ditutupi celana tentunya). Tanganku kemudian kembali
mengelus elus pahanya. Pelan pelan tanganku kumasukkan ke dalam roknya.
Dia diam saja, malahan elusan ke penisku makin ditingkatkan
frekuensinya. Tanganku masih terus saja mengelus elus pahanya, dan
kuberanikan untuk naik ke atasnya. Aku tidak melihat bagaimana bentuk
dan warna CD yang dia pakai. Kulihat speedometer di mobilku hanya
berjalan dengan kecepatan 40 km/ jam. Elusanku makin menjadi jadi dan
kumasukkan jari telunjukku ke dalam celena dalamnya. Kurasakan labio
mayoranya basah. Jariku terus berpetualang lebih ke dalam lagi. Kulihat
matanya terpejam dan menggeloyorkan badannya. Gerakan masuk keluar masuk
keluar kulakukan. Erangan-erangan kecil yang di timpali suara mesin
mobil menenggelamkan suaranya. Tanganku kemudian kucabut dari jepitan
selangkangannya. Aku memegang kepalanya dan kubuka resluitingku,
kukeluarkan kemaluanku. Aku benamkan kepalanya, untuk mengulum batang
kemaluanku. Dia ternyata menuruti kemauanku. “Agh.. ohh.. agh.. ohh..”,
erangannya. Tanganku kemudian aku masukkan kembali ke selangkangannya.
Dimainkannya mulutnya untuk memutar mutar penisku. Karena aku tidak kuat
lagi, maka di pinggir jalanan yang agak sepi, maka kupinggirkan
mobilku. Dia isap terus kemaluanku.., ditimpali dengan erangannya. “Ogh
Pak.., terus Pak.. enak Pak”. Aku sendiri berkelonjotan tidak karuan
karena nikmatnya. Eranganku semakin tinggi, begitu pula dengan
ngebornya, dimana ujung jari tengahku yang menjadi mata bornya. “Ogh..
ahh.. ogh ahh.. Aku nggak kuat lagi Pak”. Dilepaskannya kulumannya di
penisku dan di pegangnya erat-erat kedua tanganku dengan tangannya. “Pak
cepetin Pak.. ahh.. ahh.. ahh”. Dicengkeramnya badanku makin erat.
Kupegang tubuhnya, dan aku rasakan tubuhnya makin menegang, menegang dan
akhirnya lemas. Kemaluanku masih dipegangnya dengan erat. Karena dia
mengatakan bahwa sudah orgasme, maka kutarik kepalanya agar melanjutkan
tugasnya. Dia kulum-kulum ujung kemaluanku, aku menggelinjang dengan
kondisi tempat yang sempit sekali karena di jok depan mobil. Isapannya
makin kencang dan kenikmatan yang tidak terperikan aku rasakan. Bijiku
dikulum- kulumnya juga. Rasanya aku ada di ujung langit. Melayang
layang. Mataku merem melek merasakan kenikmatan yang tak terperikan
tersebut. “Cepat sayang, ogh.. cepat.. cepat sayang. Iya bagian situ
yang enak.., iya sayang.. terus.. terus.., ahh.. ahh aku nggak kuat lagi
sayang.. ohh..”, maka muncratlah seluruh air maniku. Tahu-tahu di
belakangku sudah ada mobil yang mau parkir. Aku kemudian menstarter
mobilku dengan kondisi yang masih acak- acakan. Oleh dia (oh ya saya
lupa menyebut namanya – dia bernama Bu Risma), resluitingku
dibetulkannya. Penisku dibetulkannya letaknya. Begitulah ceritaku. Lama
akhirnya kami menjadi sering pulang bareng. Kalau berangkat kerja aku
tidak pernah, karena rumahnya lebih jauh tempatnya dibandingkan jarak
rumahku ke tempat kerja. Sejak saat itu, setiap pulang kami melampiaskan
hasrat dengan melakukan seperti itu. Dan apabila ada waktu, kami
menyewa hotel sort time untuk melakukan coitus. ***** Suatu ketika,
karena keterbatasan waktu dan beban pekerjaan, pernah kami melakukannya
di kantor. Saat itu hari Sabtu, dimana jam kerja hanya sampai dengan
pukul 2 siang. Aku lihat pegawaiku yang lain sudah pada pulang. jam
kulihat sudah menunjukkan pukul 14.20. Kemudian tidak kemudian lama
bosku pulang. Yang tertingal hanya 2 office boy. Saat aku melihat ke
ruang sebelah (meja stafku) Kulihat Bu Risma belum pulang. Rupa-rupanya
dia sedang menungguku. Timbul pikiran yang bukan-bukan di benakku.
Perusahaanku adalah salah satu penyewa ruangan di sebuah gedung pencakar
langit di Jakarta ini. Aku panggil kedua office boy yang sedang
mengepel lantai. “No.. sini”, pintaku. “Kamu dengan Ratmo tolong belikan
nasi bungkus. Ini uangnya” Sengaja kuberikan uang yang berlebih. “Kamu
sudah makan belum?”, tanyaku. “Belum Pak”, jawabnya. “Kalau begitu, kamu
makan saja di warung belakang”, dia menunjukkan raut muka kegirangan.
Maka langsung saja digamitnya tangan Ratmo, sambil menunjukkan muka
cerah dengan uang 50 ribuan di tangannya. Setelah kulihat ruangan sepi,
maka kuhampiri meja Bu Risma. Aku tarik tangannya, dan langsung kulumat
bibirnya. Lumatanku belum berhenti, tapi ada dering telepon berbunyi.
“Udah jangan diangkat”, ujar Bu Risma. Tanganku langsung meraba raba ke
gundukan payudaranya. Kami masih dalam pakaian komplit. Aku buka
resluiting celanaku, dan kukeluarkan batang kemaluanku. “Bu tolong
diisep..”, dan kubimbing kepalanya untuk turun kebawah. Sambil
berjongkok dia mengulum penisku. Posisiku berdiri dengan agak gemetar
menahan kenikmatan yang tak terperikan. Dikulum dan disedotnya habis-
habisan pucuk kemaluanku. Hal ini berjalan kurang lebih 5 menit.
Kuangkat dia, dan berganti aku yang jongkok dan dia pada posisi berdiri.
Kuangkat roknya, dan kulepaskan celana dalamnya. Belum sampai CD- nya
merosot ke bawah, aku langsung menjilati kemaluannya. Ujung lidahku
kutempelkan dan kukulum-kulum clitorisnya. “Ahh.. Pak.. enak.. Pak..
enak.. enak”. Ditimpali dengan erangannya, maka makin menjadi jadi
kulumanku. “Pak cepat masukkan Pak.. aku sudah nggak kuat Pakk..”.
Langsung aku berdiri dan kusandarkan dia ke pinggir meja. Kuarahkan
ujung kemaluanku ke permukaan memeknya. Kemaluanku yang sudah menegang
ini kuputar-putar dengan tanganku ke permukaannya. “Ahh.. ahh..”, hanya
itu saja erangan kenikmatan yang keluar dari mulutnya. Karena sudah
tidak tahan, maka dipegangnya kemaluanku dan langsung dibimbingnya untuk
menembus ke lubang kemaluannya. Aku langsung menekannya. “Ahh..”,
terdengar teriakan kecil yang diucapkannya. Aku melihat ke pintu
sejenak, jangan-jangan kedua pesuruhku tadi sudah kembali. Kulihat sejak
awal permainanku tadi, baru berjalan 45 menit. Aku gerakkan pantatku
maju mundur, kuputar-putar, maju mundur. Kadang kukeluarkan dan langsung
aku tancapkan lagi. Di antara erangannya, tangannya mendekap erat
tanganku. Makin lama gerakanku makin kupercepat. Makin erat pula
pegangannya ke tubuhku. Bibirnya kulumat, lehernya kujilat demikian pula
tengkuknya. Gelinjang-gelinjang kenikmatan melandanya. Makin lama
gerakannya makin dia percepat, pinggulnya maju mundur. Makin cepat dan
akhirnya dia terpagut diam dan berteriak histeris, sambil memegang erat
tubuhku. Kurasakan jepitan di kemaluanku yang demikian keras dan
lemaslah dia. Aku menghentikan gerakanku. Beberapa saat kemudian
kugerakkan lagi, karena aku belum keluar. Kulihat bajunya sudah
teracak-acak, walaupun kami masih berpakaian lengkap. Beberapa saat
kemudian, aku merasakan kedut- kedut di ujung penisku, dan aku tahu
bahwa spermaku akan segera keluar. “Sayang, kamu kulum dong..”, sambil
langsung kukeluarkan kemaluanku dari vaginanya dan kutekan kepalanya
kebawah. “Ohh.. ohh.., aku keluar sayang”, isapannya makin kencang dan
kuat. Akhirnya aku tak berdaya beberapa saat disertai dengan kenikmatan
yang tiada taranya. Dia telan semua spermaku, dan dikulum-kulumnya lagi
penisku. Aku berpikir, wah ini sudah tidak perlu dibersihkan lagi.
Beberapa saat kemudian dia lepas kulumannya. Dia kemudian menuju ke
kamar mandi, dan aku membetulkan letak pakaianku. Beberapa saat
kemudian, si No dan Ratmo baru kembali. Aku kemudian makan, dan setelah
selesai makan aku langsung pulang disertai dengan Bu Risma.