- Home >
- Aku dan Regina
Posted by : NashGore
Jumat, 20 Maret 2015
Ini adalah cerita tentang pengalamanku saat berhubungan seks dengan
sahabat baikku, Regina H. Dharmawan. Pagi ini, aku kembali mendapat
kuliah sore hari. Ah, daripada iseng, lebih baik aku ke rumah Regina.
Sekalian dari sana pergi ke kampus bersama. Aku memarkir mobil di depan
pintu pagar rumah Regina. Rumahnya tampak sepi. Jangan-jangan ia tak ada
di rumah. Aku tekan bel pintu. Tak lama kemudian pembantunya keluar.
"Ada perlu apa, Non?" tanyanya.
"Ng.. Gina ada, Mbak?"
"Ada, tunggu sebentar ya." Sang pembantu masuk ke dalam rumah kembali.
"Kata Non Gina, Non Irene disuruh langsung masuk saja. Non Gina lagi ada
di kamarnya."
"Baiklah, Mbak."
Pembantu itu mengantarkan aku ke depan pintu kamar tidur Regina. Setelah
pintu dibuka dari dalam aku segera masuk. Si pemilik kamar sedang duduk
di atas tempat tidur seraya membaca buku. Astaga! Ia telanjang bulat.
Tubuhnya yang indah itu tidak ditutupi oleh selembar benang pun.
Tampaklah payudaranya yang montok dan padat. Ditengah-tengahnya terdapat
puting susu yang tinggi, yang dikelilingi oleh lingkaran coklat,
sementara bagian kemaluannya ditumbuhi rambut-rambut tipis. Pahanya yang
putih dan mulus menantang setiap lelaki untuk menjamahnya.
"Ren, duduk di sini dong. Jangan bengong saja."
"Lho, kamu lagi ngapain, Gin?" tanyaku.
"Rasanya hari ini aku lagi malas kuliah nih, Ren."
"Kenapa?"
"Nggak tahu tuh. Pokoknya lagi malas."
"Tapi kamu nggak usah telanjang bulat kayak begitu dong", kataku sambil
menyodorkan kaus singlet kepadanya. Regina bukannya menerima
pemberianku, namun ia malah menyeret tanganku sehingga aku jatuh
telentang di atas kasur. Tiba-tiba Regina mencium bibirku, sementara
tangannya meremas-remas payudaraku yang tidak begitu besar.
"Gin! Aduh, kok kamu begini sih?! Jangan ah!" kataku sambil berusaha
melepaskan diri. Akan tetapi Regina lebih kuat. Tubuhnya yang bugil
menindih tubuhku. Akhirnya aku pasrah saja. Dengan perlahan-lahan Regina
menanggalkan kaus oblong yang kukenakan. Ia menyelipkan tangannya ke
balik mangkuk behaku lalu meremas payudaraku. Aku menggerinjal-gerinjal
dibuatnya. Kemudian ia melepaskan beha yang kupakai sehingga terbukalah
payudaraku yang kencang menantang.
"Ya ampun, Ren. Buah dada kamu bagus amat. Biar nggak besar, tapi
kencang dan kenyal lho", kata Regina sambil mempermainkan puting susuku
dengan jari-jemarinya yang lentik sehingga membuatku kegelian.
Aku hanya tersenyum saja. Lalu ia meremas-remas payudaraku. Terasa
kenyal dan ketat baginya. Aku semakin menggerinjal-gerinjal. Setelah itu
mulutnya menghisap, mengulum, dan menyedot payudaraku. Lidahnya pun
mempermainkan puting susuku yang mulai menegang. Kemudian ia
menghisap-hisapnya laksana seorang bayi yang kehausan air susu ibunya.
Setelah puas merambah payudaraku, Regina membuka celana panjangku.
Tangannya meraba pahaku yang mulus. Lalu ia menurunkan celana dalamku,
sehingga kami berdua bugil bagai dua orang bayi yang baru saja
dilahirkan. Kemudian ia menyuruhku duduk. Ia menyodorkan payudaranya ke
mulutku dan aku menerimanya. Aku lumat payudara yang kenyal itu dengan
mulutku, sedangkan lidahku yang menyambar-nyambar seperti lidah ular,
bergoyang-goyang mempermainkan puting susunya yang tinggi menggiurkan.
Aku hisap puting susu itu yang semakin lama semakin menegang saja.
Regina semakin memelukku dengan erat.
"Ouuhh.. Irene.. ouuhh!"
Aku dan Regina saling berpelukan. Kedua pasang payudara kami saling
bersentuhan. Sejenak ada perasaan aneh yang menjalar ke seluruh tubuhku
merasakan payudaranya yang kenyal. Demikian pula Regina yang merasakan
payudaraku. Ia menggesek-gesekkan puting susunya ke puting susuku,
sehingga kami berdua sama-sama mendesah.
"Ouuhh.. ouuhh.." aku menjerit kecil tatkala lidah Regina mulai
menjilati kemaluanku dan kemudian masuk menyusuri liang vaginaku. Ia
menjilat-jilat bagian dalam "daerah terlarang"ku yang mulai basah itu.
Aku menjerit lagi, ketika ujung lidahnya mempermainkan daging kecil yang
menempel pada kewanitaanku itu. Lalu aku berdua berbuat serupa.
Akhirnya kami berdua sama-sama kelelahan dan tergolek begitu saja di
atas kasur.
Tak lama kemudian, Regina bangkit. Ia mengambil es jeruk yang ada di
meja di samping tempat tidurnya. Lalu ia menuangkan es jeruk itu ke
kemaluanku. Aku menjerit kecil kedinginan. Sementara ia juga menuangkan
es jeruk yang tersisa ke dalam kemaluannya sendiri. Tubuh Regina
menindihku. Kepalanya menghadap ke selangkanganku. Demikian pula
kepalaku menghadap ke selangkangannya. Lidahnya mulai menjilati
kemaluanku. Ia menikmati er jeruk yang sudah mulai masuk ke dalam liang
vaginaku. Lidahnya mengikuti aliran air jeruk itu sampai masuk ke dalam
"gua keramat"ku itu. Dijilatinya dinding vaginaku, membuatku
menggerinjal-gerinjal kegelian.
"Ouuhh.. Gina.. teruskan..!" desisku bernafsu. Regina melanjutkan
penjelajahannya. Sementara itu di sisi lainnya, lidahku pun berbuat hal
yang sama pada kemaluannya. Kami berdua dengan garang mempermainkan
daging kecil yang berada di dalam liang kewanitaan lawan masing-masing.
Kami berdua menggerinjal-gerinjal keras, sampai-sampai tubuh kami berdua
jatuh ke lantai.
Beberapa detik kemudian, tubuh kami berdua tergeletak di lantai
berdampingan dalam keadaan loyo. Lelah memang, namun penuh dengan
kenikmatan yang tak terhingga. Regina tersenyum. Tiba-tiba tangannya
kembali meraih tubuhku dan mendekapku. Kembali payudara kami
bersentuhan, sementara mulut kami saling melumat satu sama lain. Kami
berbaring berhadap-hadapan, dengan kedua kakiku dan kakinya saling
berselisipan dan kedua selangkangan kami saling menempel. Kemudian
Regina menggesekkan kemaluannya pada kemaluanku berulang-ulang hingga
kami berdua puas.