- Home >
- Yoan dan Siska
Posted by : NashGore
Jumat, 20 Maret 2015
Siska terengah-engah ketika Yoan mulai meraba selangkangannya, membuat
seluruh tubuhnya bergetar. Sentuhan kasar itu sangat nikmat rasanya.
Jari-jari Yoan memainkan klitorisnya yang tebal, membuat gumpalan daging
itu merekah kemerahan dan basah. Kemudian Yoan berhenti dan Siska tahu
apa yang harus ia lakukan. Siska mulai melepas jeans-nya dan kemudian
melepaskan celana dalamnya yang sudah basah dan lengket. Kemudian Siska
duduk kembali di sofa dan membuka kakinya lebar-lebar.
"Cepat Yoan, sebentar lagi orang tua Siska datang, cepat!" kata Siska
sambil mengusap-usap selangkangannya. Yoan lalu berlutut di depan
selangkangan Siska yang masih menunggu. Bibir vaginanya yang masih
perawan berwarna merah kecoklatan, dengan gumpalan daging kecil di
atasnya, yang ditumbuhi rambut-rambut tebal di sekelilingnya. Yoan
menjulurkan lidahnya, merasakan kenikmatan selangkangan Siska yang basah
dengan penuh nafsu. Yoan menghisap-hisap klitorisnya dengan nikmat, dan
sesekali lidahnya menjulur masuk ke lubang kemaluannya. Dijilatinya
terus selangkangan Siska, sambil ia sendiri merogoh ke balik celana
dalamnya mengusap-usap kemaluannya yang terangsang. Nafas Siska semakin
cepat, seiring dengan hampir sampainya ia ke puncak. Jilatan dan
gigitan-gigitan Yoan ke selangkangannya sangat nikmat dan tepat ke
titik-titik nikmatnya. Hisapan-hisapan mulut Yoan membawanya melayang
menuju klimaks. Pahanya semakin terasa kaku dan otot-otot kemaluannya
semakin meregang seiring dengan mengalirnya cairan kemaluannya, sampai
akhirnya Siska berteriak ketika ia mencapai puncak.
Begitu nikmatnya sampai Siska bergelinjang ke kanan dan ke kiri
merasakan otot-otot kemaluannya mengalami orgasme. Sensasi itu sangat
nikmat dibarengi dengan jilatan-jilatan Yoan yang masih terus mencari
sela-sela di tengah-tengah kemaluannya, seakan-akan haus akan cairannya.
Sampai akhirnya otot-ototnya mulai relaksasi dan Siska langsung
mendorong kepala Yoan menjauh karena klitorisnya sudah sangat sensitif
terhadap sentuhan. Siska harus mendorong kepala Yoan agak kuat karena
Yoan kelihatannya masih belum puas.
"Cukup Yoan, cukup, Siska sudah kecapekan! Tuh, suara klakson mobil
Papa! Cukup Yoan!" kata Siska setengah berteriak sambil mendorong kepala
Yoan untuk yang ketiga kalinya. Siska langsung berdiri dengan agak
terhuyung-huyung karena masih lemas, lalu langsung memakai celana
dalamnya, diikuti celana jeans-nya, dan pas ketika itu pintu depan
terbuka dan orang tua Siska masuk ke dalam.
"Eh, Yoan.. sudah lama di sini?" sapa Ibu Siska yang masuk sambil
menenteng keranjang belanjaan.
"Lumayan, saya lagi mau pulang ini, Tante." jawab Yoan sambil menyeka
bibirnya yang basah oleh cairan Siska.
"Kamu mau anterin Yoan pulang, Sis?" tanya ayah Siska, "Ati-ati lho.. di
Siliwangi rada macet."
"Iya, Pap.. Siska pergi dulu ya, Pap.. Mam.."
"Mari, Oom.. Tante!"
"Ya, ati-ati ya!" jawab Ibu Siska.
Begitu Siska sudah menjalankan mobilnya sampai keluar rumahnya, Yoan
langsung berkata, "Aku masih belum puas Siska, kita harus melakukannya
lagi kapan-kapan, harus!"
"Yoan.. aku ngerasa nggak enak tentang ini.. maksudku, ini kan nggak
normal, ini hubungan lesbian, Yoan!"
"So what kalo ini lesbian, ini jauh lebih baik daripada straight sex,
kan? Lebih kecil resikonya, dan dengan kadar kenikmatan yang lebih.
Yah.. maksudku aku juga menikmati hubungan seks dengan pacarku sih..
sangat menikmati.. tapi ini kan demi kamu, kamu yang ingin merasakan
nikmatnya orgasme, dan aku juga ingin menikmati hubungan sesama jenis
dari dulu. Kita ini adalah pasangan yang tepat untuk bereksperimen,
Siska! Sangat tepat. Aku jadi dokternya dan kamu jadi pasiennya, iya kan
Siska?"
Siska lalu menjawab, "Yah gimana.. aku ngerasa berdosa nih, dan ngerasa
nggak normal."
"Gini deh Sis.. bilang ke aku sekarang kalo tadi itu nggak enak, nggak
nikmat, bilang kamu nggak mau lagi dijilatin kaya tadi, dan aku nggak
akan lakuin lagi!" kata Yoan.
"Yo.. jangan gitu dong, aku masih bingung nih.."
"Ya udah.. kalo gitu aku nggak akan lakuin lagi, kamu nggak akan
ngerasain lagi nikmatnya orgasme seperti tadi."
"Bukan.. bukan, bukan gitu maksudku.. aku suka kok.."
"Kamu nggak akan ngerasain klitoris kamu dijilatin sedemikian rupa dan
puting susumu dihisap sampai kamu mengelepar dalam kenikmatan?"
"Nggak.. nggak, aku masih mau kok.."
"Kalo kamu nggak mau lagi ya udah, aku bisa cari pasien lain kok.."
"Nggak.. jangan.. jangan, aku masih mau, please.. aku masih mau kaya
tadi, mau banget, please deh Yoan, pleasee..!"
"Kalo kamu emang mau ya nggak usah banyak omong, nggak usah ngerasa
berdosa segala macem, nggak usah munafik lah jadi orang! Aku tau kok
kamu tuh sebenernya anaknya nafsu seksnya gede dan suka ngekhayal, aku
cuman mau ngewujudin fantasi kamu. Kalo kamu nggak mau ya udah, nggak
pa-pa!"
"Sorry deh Yoan.. sorry, abis tadi Siska kan baru pertama, masih ngerasa
bingung. Iya deh, sekarang Siska mau deh ama Yoan gitu lagi, kapan aja.
Sorry deh Yoan tadi Siska ragu-ragu.."
"Ya udah.. kamu sendiri ya yang ngomong mau gitu kapan aja, kalo gitu
abis ini langsung di kost aku."
"Yah.. nggak bisa Yoan, aku abis ini mesti pergi ama bonyok
(bokap-nyokap, red), ini kan hari Minggu, nggak bisa ditawar lagi
Yoan.."
"Kata kamu kamu mau kapan aja ama aku.."
"Besok deh Yoan, janjii.. besok abis ujian Metper jam 9:00 pagi kan
beresnya? Abis itu Siska ke kost kamu deh, sampe sore.. OK? OK? Please
Yoan.. pleasee..!"
"Besok ya bener, abis pulang ujian, jangan sampe telat, awas!" ancam
Yoan.
"Iya, bener kok," jawab Siska sambil tersenyum senang tidak tahu apa
yang akan terjadi besok.
Yoan masuk ke dalam kamarnya dengan perasaan menang dan berkuasa, tak
disangkanya Siska bisa masuk ke dalam genggamannya. Ia memang dari awal
kuliah bersahabat dengan Siska. Sifat Yoan yang tomboy dan Siska yang
manja membuat mereka berdua sangat cocok. Siska sering curhat ke Yoan
tentang cowok-cowok yang mendekatinya. Siska benar-benar polos tentang
semua masalah cowok karena orang tuanya yang sangat ketat dengan masalah
pacaran. Orang tua Siska hanya mengijinkan Siska berteman dengan cewek
dan bukan cowok. Sementara itu kepolosan dan kebaikan Siska membuat Yoan
merasa sangat berkuasa. Sifatnya yang dari dulu tomboy membuat Yoan
menjadi ingin memiliki Siska secara keseluruhan termasuk dalam hal seks.
Yoan dari SMA sudah disekolahkan di sekolah khusus perempuan dan
tinggal di asrama. Di sana ia mengenal dunia lesbian, walaupun tidak
menyeluruh. Tapi ia sudah mengenal pelampiasan nafsu seksual dengan
sesama jenis sejak di asrama, di mana ia membantu temannya masturbasi
dengan tangannya, dan juga oral seks.
Pada kelas tiga SMA, Yoan berpacaran dengan anak luar sekolah dan
berhubungan seks dengannya. Hubungan seks dengan lawan jenis juga
disukai Yoan, ia menikmatinya seperti saat ia menikmati telanjang dengan
sesama jenis dan saling meraba. Bedanya dengan lawan jenis adalah ia
berada di bagian yang lemah dan tidak berkuasa, sedangkan dengan sesama
perempuan ia menjadi yang berkuasa dan bisa melakukan semua yang
diinginkannya.
Setelah ia lulus SMA dan kuliah di Bandung, ia tidak menemukan sesama
perempuan untuk memenuhi hasratnya, sampai semester 1 berakhir. Ia
berkenalan dengan Siska ketika mereka mendapat tugas kelompok untuk
dikerjakan bersama. Kebetulan mereka duduk bersebelahan dan Siska
mengajak Yoan menjadi anggota kelompoknya, dan Yoan pun tidak
menolaknya. Yoan kemudian memperhatikan bahwa Siska adalah perempuan
yang benar-benar sesuai dengan seleranya, lemah, polos dan penurut.
Fisik Siska pun juga sangat menarik dan banyak cowok yang mengejarnya,
namun ditolaknya semua karena otaknya sudah terdoktrinasi oleh kedua
orang tuanya tentang bagaimana bahayanya lelaki jaman sekarang, yang
mana sangat menguntungkan bagi Yoan.
Tinggi Siska kira-kira 162 cm dengan berat badan 55 kg. Ia terkesan agak
bongsor tetapi sangat manis bila dilihat. Pantatnya besar dan
menggemaskan, dan payudaranya juga montok dan merangsang birahi orang
yang melihatnya. Rambutnya panjang dan modis, dengan wajah yang polos
dan sangat manis bila tersenyum. Kulitnya putih mulus dengan bulu-bulu
halus di punggung tangannya.
Sementara Yoan bertubuh langsing, dengan tinggi 160 cm dan berat 48 kg,
dengan rambut hitam seleher dan kulit agak hitam. Pantat dan payudaranya
terlihat kencang dan terlatih berkat aerobik yang rutin dilakukannya,
walaupun lengannya terlihat terlalu besar untuk wanita seukurannya. Ia
juga adalah cewek yang sangat kuat dan atletis. Tidak ada yang mampu
menandingi staminanya dalam kegiatan olahraga yang diadakan kampus.
Pada awalnya sebenarnya ia merasa Siska itu terlalu alim dan polos untuk
diajak berlanjut ke hubungan lesbian, apalagi Siska dan keluarganya
sangat aktif di salah satu kegiatan rohani di Bandung. Tapi kemudian
semuanya mulai menjadi jelas ketika Siska sering curhat bahwa ia
beberapa kali masturbasi, dan kurang mengerti bagaimana mencapai
klimaks. Ia pun juga tidak pernah melihat film-film XX yang memaparkan
hubungan seks secara detail. Akhirnya Yoan berhasil mempengaruhinya
bahwa ia bisa membantunya mencapai klimaks yang sangat dalam dan
memuaskan, setelah meyakinkannya berkali-kali bahwa hal itu tanpa resiko
penyakit dan kehamilan, dan tidak terlalu berdosa, juga dengan banyak
penjelasan yang merangsang tentang bagaimana indah dan menyehatkannya
klimaks yang hebat itu, dan juga menyegarkan pikiran serta melancarkan
aliran darah. Akhirnya terjadi juga pada hari Minggu sore itu. Yoan tak
akan pernah melupakannya, Minggu sore 13 Mei 2001, di ruang tamu rumah
Siska, Siska akhirnya bersedia mencobanya. Walaupun Yoan masih belum
puas menikmati selangkangan Siska hari itu, ia masih cukup membayangkan
ia akan menikmati Siska lagi esok hari, di kost-nya yang sepi, sepanjang
sore. Dan saat itu, ia pasti sudah menyiapkan segalanya demi
kepuasannya, dan untuk menundukkan Siska pada perintahnya, untuk
selama-lamanya.
Yoan lalu melucuti pakaiannya sampai ia telanjang bulat, lalu mulai
menyiapkan segala sesuatunya buat esok hari di dalam kamarnya dengan
selengkap-lengkapnya, kemudian setelah itu ia melakukan push-up dan
angkat barbel untuk kekuatannya, dan bermasturbasi dengan gila-gilaan
sebanyak tiga kali dengan bayangan Siska yang memohon-mohon belas
kasihan padanya besok, sampai akhirnya ia tidur kelelahan di ranjangnya.
Yoan mengintip dari jendela kamarnya ketika ia mendengar suara mobil
memasuki halaman parkir kost-nya. Dilihatnya Suzuki Esteem warna abu-abu
tua milik Siska sudah datang. Yoan segera berlari turun untuk
membukakan pintu. Di depan pintu sudah ada Siska menunggunya. Ia
kelihatan cantik sekali pagi ini, dengan rambutnya yang ditimpa matahari
sehingga menjadi berwarna kemerahan, dan kaos ketat hijau kesayangannya
serta celana jeans warna biru tua yang kemarin dipakainya. Yoan hanya
mengenakan daster merah yang tipis tanpa mengenakan apa-apa lagi di
dalamnya, dan ia dapat merasakan bahwa selangkangannya mulai lengket.
"Kamu keliatan cakep banget hari ini, Sis!" kata Yoan sambil menyuruh
Siska masuk dan mengunci dobel pintu depannya. Ia tak ingin diganggu
siapa pun hari ini, termasuk teman kost-nya.
"Thanks.. dan kamu vulgar banget hari ini, Yo.." kata Siska sambil
melihat tubuh Yoan yang menerawang di balik dasternya.
"Kost kamu sepi hari ini?"
"Iya, Monik dan Rini lagi KP di Bali, Stanley ujian sampe malam dan
langsung nginep di rumah temennya, trus Yaya lagi nginep di kost
cowoknya, misalnya balik kost juga pasti cuman bentar," kata Yoan sambil
naik ke kamarnya dengan diikuti Siska.
"Berarti di kost cuman kamu doang seharian ini?"
"Yoi," jawab Yoan ringan.
Begitu sampai di kamar, Yoan menutup korden jendelanya dan menyalakan
lampu kecil di kamar itu. Suasana menjadi remang-remang dan bernuansa
merah. Yoan lalu menyalakan lilin-lilin besar dalam gelas di dekat
ranjang, yang dalam sekejap memancarkan cahaya kuning dan menebarkan
aroma yang sensual.
"Yoan, apa kita mau langsung sekarang juga?" tanya Siska.
"Yup," jawab Yoan sambil langsung melumat bibir Siska dengan penuh
nafsu.
Lidah Yoan yang mencari-cari akhirnya dibalas oleh lidah Siska yang
tidak berpengalaman, yang kemudian ikut tenggelam dalam lautan birahi.
Kemudian Yoan tiba-tiba melepaskan ciumannya dari bibir Siska yang
meminta-minta, meninggalkan pandangan kebingungan di mata Siska. Yoan
lalu berjalan menuju pintu kamar, lalu menutupnya, dan ia melakukan hal
yang sama terhadap pintu kamar mandinya. Seketika suasana menjadi sangat
merah dan dan hanya cahaya-cahaya lilin yang tersisa dan bohlam kecil
warna merah. Daster tidur warna merah yang dipakai Yoan tampak serasi
dengan suasana saat itu sehingga membuatnya tampak seksi dan membuat
lekuk-lekuk tubuhnya tampak jelas di antara nyala lilin.
"Buka bajumu Siska," kata Yoan, "Semuanya, aku ingin melihat kamu
telanjang di depanku."
"Aaa.."
"Jangan bicara Siska, kamu nggak ingin merusak suasana romantis ini
kan?" lanjut Yoan, "Turuti saja omonganku dan semuanya pasti indah dan
menyenangkan."
Siska kemudian mulai membuka sabuknya tanpa berkata apapun. Ia mengakui
bahwa suasana ini sangat romantis dan menimbulkan kesan aneh tapi
sensual, dan ia jelas tak ingin merusaknya. Ketika ia sudah tinggal bra
dan celana dalam, ia mulai agak merasa risih. Ia belum pernah telanjang
lebih dari ini dengan siapa pun juga, kecuali kemarin tentu saja, ketika
ia dilanda nafsu birahi yang hebat.
"Terusin Siska, jangan mengecewakan aku."
Akhirnya Siska membuka bra-nya dan kemudian celana dalamnya, kemudian
berdiri dengan risih di depan Yoan. Butir-butir keringat mulai membasahi
keningya karena udara yang sangat panas di dalam kamar. Yoan
mengamatinya dari kepala sampai kaki. Yoan tak dapat menahan rasa
bahagianya, karena fantasinya akan menjadi kenyataan. Ia belum pernah
benar-benar berkuasa atas seseorang sebelum ini, bahkan cewek-cewek di
asrama pun membuka bajunya dengan sukarela, bukan dengan malu-malu
seperti ini. Tubuh Siska sangat indah, dengan payudara besar yang turun
di dadanya, tetapi tidak lembek, melainkan sangat montok dan berlemak,
selain putih mulus. Pangkal pahanya dipenuhi bulu-bulu yang membentuk
segitiga berwarna hitam dan agak lebat. Yoan tak kuasa untuk tidak
menelan ludahnya. Lalu Yoan melepas dasternya dan berdiri telanjang
bulat di hadapan Siska. Mereka berdua berdiri telanjang berhadap-hadapan
dalam jarak dua meter, mata Yoan menatap tajam penuh nafsu ke mata
Siska, sedangkan Siska menatap malu-malu ke mata Yoan, dan ke tubuh Yoan
yang sempurna.
Yoan berjalan mendekati Siska, selangkah demi selangkah. Kemudian ia
memeluknya, dan berbisik di telinganya, "Ini saatnya, Sis. Saatnya bagi
kamu buat pasrah, serahin saja ke aku, demi kenikmatan kita berdua.."
Lalu Yoan melumat bibir Siska dengan penuh nafsu yang langsung disambut
oleh lidah Siska yang membara. Siska melakukannya dengan sangat baik,
membuat Yoan semakin bersemangat untuk memilikinya. Mereka berpelukan,
merasakan kedua payudara mereka bersentuhan, dengan puting-puting mereka
saling bersentuhan dan kemudian semakin mengeras.
Siska menggesek-gesekkan dadanya ke dada Yoan semakin keras seakan ia
tidak sabar untuk merasakan kenikmatan. Yoan menyadari ini, hingga ia
kemudian mendorong Siska sampai jatuh ke ranjangnya yang besar dan
empuk, yang menjadi basah oleh tubuh Siska yang berkeringat. Siska sudah
tak sabar menginginkan kepuasan seperti kemarin. Ia lalu membuka
kakinya lebar-lebar, menunjukkan selangkangannya yang lembab oleh cairan
kewanitaannya. "Lakukan sekarang Yoan," kata Siska penuh harap. Tapi
kemudian Yoan tidak langsung menuruti kata-kata Siska, melainkan ia
menuju ke arah kepala ranjang. Di sana ia mengambil tali nilon, yang
ternyata telah terikat ke kaki-kaki ranjangnya, dan mengikatnya ke
pergelangan tangan Siska sebelah kanan. Siska hanya menatap dengan
pandangan penuh tanya, tapi tak berkata apa-apa, takut merusak suasana.
Yoan melakukannya juga dengan pergelangan tangan Siska yang sebelah
kiri, juga terhadap kedua pergelangan kakinya. Kebingungan Siska
langsung terlupakan ketika Yoan lalu merebahkan diri di atasnya, dan
mulai menghisap-hisap puting susunya, pertama-tama ia menghisap dengan
lembut, kemudian dihisapnya sekuat-kuatnya, kemudian lembut kembali,
membuat Siska menjadi gila karena nikmatnya.
Setelah beberapa menit bermain dengan puting susu Siska, mulut Yoan
mulai turun menjelajahi perutnya, lalu turun lagi ke pahanya, ke bagian
dalam pahanya, dan kemudian berhenti. Siska seakan tersentak ketika Yoan
tidak merangsangnya lagi, diangkatnya kepalanya ke atas untuk melihat
apa yang sedang Yoan lakukan. Dan dilihatnya Yoan yang sedang memandangi
sela-sela pahanya. Yoan sedang menikmati apa yang dilihatnya sekarang.
Ia belum pernah melihat kemaluan yang begitu alami seperti ini, masih
benar-benar perawan. Dengan bibir vagina yang tipis berwarna merah muda
kecoklatan, tapi gemuk di bagian luarnya, dan gumpalan daging yang
menyembul di bagian atas berwarna coklat muda. Bagian bibir dalamnya
tertutup rapat, tidak memperlihatkan bekas-bekas pernah dipenetrasi oleh
benda-benda asing. Dan semua itu dilapisi oleh rambut-rambut yang tipis
pada bagian sekitar vagina sampai dekat anus, dan menebal pada bagian
di atas klitoris. Semuanya tampak begitu basah dan mengkilap, serta
menunggu untuk dinikmati olehnya, semua keindahan itu hanya untuknya.
Yoan tidak dapat menahan dirinya lebih lama lagi dan langsung melumat
selangkangan Siska yang gemuk. Jari-jarinya bergerak terlatih memainkan
klitorisnya, sementara lidahnya bergerak-gerak lincah di bawahnya,
berusaha mencari lubang surgawinya. Gerakan Yoan yang begitu cepat dan
intens membuat Siska tenggelam dalam kenikmatan yang begitu diimpikannya
selama ini, membuatnya bergerak kesana kemari karena sensasi yang
ditimbulkannya, tapi gerakannya terbatas oleh tali yang mengikat keempat
anggota tubuhnya dengan kuat. Mulut Yoan semakin liar, lidahnya sudah
menjulur masuk ke dalam lubang kemaluannya, berusaha menghisap apa saja
yang ada di situ, sementara jari telunjuk dan jari jempolnya semakin
kasar memainkan klitorisnya, sementara tangan kanannya sendiri sudah
menjelajah ke dalam kemaluannya sendiri, yang sudah meminta-minta. Siska
mengerang-erang semakin keras sementara jilatan-jilatan dan
hisapan-hisapan Yoan serta gerakan jari tangannya semakin gila bekerja
di pangkal paha Siska yang sudah lembab.
"Yoan.. terus Yoan.. terus.. sebentar lagi.. sedikit lagi Yoan.. ah..
ahh!" Siska mulai berteriak dengan penuh kenikmatan menuju orgasmenya
yang hebat. "Ahh.. ahh.. sekarang Yoan.. sekarang waktunya.." dan
akhirnya Siska tenggelam dalam kenikmatan orgasme yang sensasional ini,
seluruh tubuhnya bergetar hebat, selangkangannya seakan mau meledak
akibat sensasi yang ditimbulkannya, seakan-akan seluruh aliran darahnya
terpusat hanya di otot-otot vaginanya saja, yang kemudian tertarik
kesana kemari dalam kenikmatan. Tapi kenikmatan itu tidak berlangsung
lama ketika mulut Yoan tetap dalam intensitas yang sama, mencari-cari
tiap titik kenikmatan di lubang kemaluannya, dan jarinya yang
terus-menerus menarik dan memainkan klitorisnya.
Ketika saraf-saraf kenikmatan di vaginanya mulai beristirahat dan
menjadi sensitif, Yoan seakan tidak peduli dan terus menjelajahi
selangkangan Siska dengan liar dan kejam. "Cukup Yoann.. aku sudah..
aku.. tolong.. Yoan cukup.. ini berlebihan," rengek Siska sambil
berusaha menjauhkan kepala Yoan yang seakan menempel pada
selangkangannya, tapi tentu saja usaha itu percuma karena kedua tangan
dan kakinya yang terikat erat di kaki-kaki ranjang. "Cukup Yoan..
tolong.. aku menderita.. aku.." kata-kata Siska tak dilanjutkan lagi
ketika ia hanya bisa terengah-engah kesakitan, ketika vaginanya yang
belum terlatih terus-menerus dirangsang pada saat sedang sensitif.
Setelah mendengar rengekan-rengekan Siska, Yoan seakan semakin gila. Ia
memperkuat hisapan-hisapan dan jilatan-jilatan pada area sensitif Siska,
dan jari-jarinya pun juga semakin kasar. Hisapan-hisapan ini membawa
Siska menuju orgasme berikutnya, yang dibarengi dengan rasa sakit tapi
juga kenikmatan yang aneh. Tak lebih dari satu menit kemudian Siska
sudah di ambang orgasmenya yang kedua, dibarengi dengan lidah dan jari
Yoan yang semakin menggila, vagina Siska meledak dalam kenikmatan dan
kesakitan dalam waktu bersamaan. Saraf-saraf vaginanya yang sudah lelah
berkonstraksi lagi selama beberapa kali, membuat Siska terlonjak dari
tempat tidurnya dalam kesakitan dan kenikmatan yang murni, dalam konteks
yang tak pernah dibayangkannya sebelumnya.
"cukup Yoan.. cukup.. aku sudah puas.. aku sudah nggak kuat lagi.." kata
Siska lirih. Tapi ini masih juga belum berakhir. Yoan yang sudah gila
menjadi semakin binal mendengar suara Siska yang manja dan penuh belas
kasihan. Ia ikut klimaks setiap kali Siska orgasme, dan ia masih belum
puas, berarti ia harus meneruskannya. Yoan terus menghisap-hisap vagina
Siska yang lembab dengan suara keras, dan lidahnya terus menjulur
semakin dalam ke lubang kemaluannya. "Jangan Yoann.. aku nggak tahan..
tolong.. jangann.." teriak Siska. Siska menggeliat-geliat kesetanan
dalam ikatannya ketika vaginanya yang sudah sangat sensitif dan belum
terlatih itu dilumat kembali oleh Yoan.
Satu menit kemudian Siska kembali tenggelam dalam sensasi aneh antara
kesakitan yang amat sangat dan kenikmatan yang terombang-ambing antara
ada dan tidak. Saraf-saraf vaginanya kembali berkonstraksi dengan keras
oleh rangsangan-rangsangan dari lidah dan jari Yoan untuk ketiga
kalinya. Siska sudah hampir tidak sadar, ia hanya merasa panas dan merah
di sekelilingnya, sementara vaginanya yang sudah sangat sensitif itu
berkonstraksi lagi dan lagi, dan meledak dalam orgasmenya yang ketiga
kali. Siska sudah tidak lagi meronta-ronta lagi, ia sudah hampir tidak
bereaksi lagi. Hal in membuat Yoan tersadar bahwa mungkin ini terlalu
inten untuk pengalaman pertama. Mungkin beberapa kali lagi baru Siska
akan bertahan.
Akhirnya Yoan menghentikan semua bentuk rangsangannya ke selangkangan
Siska. Siska langsung sadar kembali ke dunianya, samar-samar
dirasakannya vaginanya yang super sensitif dan sangat basah dan lengket.
Kemudian dilihatnya Yoan berbaring di sampingnya, sedang
menggesek-gesekkan kedua tangannya di vaginanya sendiri, semakin lama
semakin cepat, sampai akhirnya Yoan menggelepar dalam kenikmatannya
sendiri.
Sekitar lima menit kemudian Yoan terbangun dan menoleh kepada Siska,
dilihatnya wajah Siska yang sedang kelelahan, dengan rambut basah kuyub
oleh keringat dan napas yang mulai beraturan. Ia bangkit dan diciumnya
bibir Siska, dalam dan lama. Ketika ciuman itu berakhir, Siska membuka
matanya dan dilihatnya senyuman bahagia Yoan di depannya. Siska
tersenyum tipis dan lemas.
"Bagaimana Sayang? Nikmat kan tadi? Maaf kalau aku terlalu kasar." kata
Yoan.
"Aku capek sekali, Yoan.." kata Siska pelan, "Dan kurasa aku tadi sudah
diambang batas antara pingsan dan sadar."
"Ya, aku tahu, tapi akui saja tadi merupakan pengalaman klimaks terhebat
yang pernah kamu alami bukan?" jawab Yoan, "Dan itu baru saja permulaan
dari serangkaian pengalaman yang akan kita jalani, Sayang."
Tangan Yoan turun dan menyentuh selangkangannya, membuat Siska terlonjak
saking kagetnya, "Ouch.. ati-ati Yoan," kata Siska.
"Sorry Sayang, cuman ingin merasakan lagi, aku belum puas nih," jawab
Yoan sambil menarik tangannya yang basah oleh cairan kemaluan Siska dan
memasukkannya ke dalam mulutnya.
"Hmm.. tastes so good.." Yoan lalu melepaskan ikatan di tubuh Siska dan
mereka mengobrol selama tiga puluh menit lebih dekat dan akrab daripada
yang pernah mereka lakukan selama ini.
Tamat