- Home >
- Devi Kekasihku
Posted by : NashGore
Jumat, 20 Maret 2015
Hai, namaku Felicia. Aku adalah murid salah satu SMU Swasta. Aku duduk
di kelas satu dengan umur 16 tahun. Aku termasuk pintar di antara
teman-temanku. Kata teman-temanku, aku termasuk cantik. Sebenarnya aku
juga merasa begitu sih. Habis kalau aku lewat, banyak teman-teman cowok
yang memandangiku dengan tatapan yang penuh gairah birahi. Aku juga
mempunyai bentuk tubuh yang ideal. Aku cukup tinggi atau mungkin terlalu
tinggi. Tinggiku 173 cm dengan berat badan 45 kg. Rambutku sebenarnya
panjang namun baru-baru ini aku memotongnya hingga sebahu. Dengan
penampilan baru ini, aku semakin menjadi perhatian teman-temanku. Dadaku
tidak terlalu besar namun padat. Ukuran bra 32B. Kulitku putih mulus
tanpa ada cacat. Aku sendiri sebenarnya mengagumi bentuk tubuhku ini.
Aku termasuk aktif di sekolah. Itulah pula yang menyebabkanku populer.
Pergaulanku pun menjadi luas. Sebenarnya di kelasku ada 5 orang yang
juga cantik. Bahkan ada yang lebih menarik dariku.
Ketika itu, aku sedang berjalan-jalan di mall dengan Devi. Devi adalah
teman sekelasku yang termasuk dalam 5 orang cantik di kelas. Dia cantik
dan manis. Devi sangat berbakat dalam bermain basket. Dia termasuk
pemain inti. Apalagi tubuhnya yang tinggi menunjang kegiatan tersebut.
Devi bahkan lebih populer dibandingkan denganku. Kulitnya tidak terlalu
putih namun mulus. Rambutnya lebih pendek dari rambutku. Aku adalah
teman baiknya. Kami sering berjalan-jalan bersama, seperti sekarang kami
sedang menonton film Love Stink. Kami pun terpingkal-pingkal melihat
aksi film itu yang konyol. Sering pula kami tertawa kecil melihat
adegan-adegan yang agak porno.
Selesai menonton, kami pun keluar dari bioskop. Jam Hello Kitty-ku sudah
menunjukkan angka 8 ketika kami akan pulang dari mall. Aku meminjam HP
Siemens Devi untuk menghubungi rumahku. Aku meminta orang tuaku untuk
menjemputku. Namun ternyata mereka tidak dapat menjemputku. Setelah
berunding, akhirnya diambil keputusan, aku menginap di rumah Devi. Hal
itu bukan yang pertama bagiku. Akhirnya aku ikut Devi ke rumahnya.
Rumahnya tidak terlalu besar namun sangat nyaman. Orang tua Devi sudah
kenal baik denganku.
Pulang dari mall, kami segera masuk ke kamar Devi. Kami ngobrol dengan
bebasnya sampai kami diundang oleh orang tua Devi untuk makan. Seusai
makan, kami mandi untuk membersihkan badan. Kami segera mengenakan
pakaian tidur. Devi meminjamkan baju Hello Kitty warna pink dan celana
pendek warna merah kepadaku. Devi sendiri mengenakan baju tidur
kesukaannya yang berwarna biru.Kami membicarakan tentang film tadi.
Kuperhatikan tubuhnya yang dibalut baju kesukaannya. Kadang-kadang aku
iri dengan dirinya. Dia memang tidak pintar namun dia lebih populer
dariku.
Setelah lama kuperhatikan ternyata dia tidak mengenakan BH. Kemudian
kupandangi bagian depan tubuhnya dan ternyata memang dadanya lancip.
Terlihat samar-samar puting susunya. Aku memang belum pernah melihat
tubuh Devi secara langsung. Devi tampaknya tidak menyadari sama sekali
bahwa aku sedang mengamatinya. Kami terus membicarakannya sampai
mengantuk. Dan akhirnya kami tidur. Kami tidur di satu ranjang karena
ranjang Devi termasuk lebar.
Tengah malam kurasakan ada seseorang yang meraba-raba tangan dan pahaku.
Aku terbangun dan menemukan Devi sedang di atas tubuhku. Dia terlihat
sekali sedang terangsang. Mungkin film yang tadi siang kami tonton telah
membangkitkan imajinasinya. Menerima perlakuannya yang terus-menerus,
akhirnya aku pun terangsang. Kubalas perlakuannya dengan mencium
mulutnya yang mungil. Kubiarkan lidahku beradu dengan lidahnya di dalam
mulut kami. Tanganku pun mulai menjelajah ke dalam balik bajunya. Kubuka
bajunya dan kutemukan sepasang bukit kembar yang ternyata besar dan
kenyal tanpa terbungkus oleh BH. Harus kuakui bahwa ternyata bentuk
payudaranya lebih bagus dari milikku. Payudaranya telah menegang. Devi
pun telah melepas bajuku dan kini dia sedang menciumi payudaraku. Aku
mengeluarkan rintihan-rintihan kecil. Devi sangat ahli dalam
melakukannya. Dia mencium perlahan dadaku, lalu memuntir-muntir puting
susuku, menggigitnya perlahan. Aku merasakan kenikmatan yang belum
pernah kudapatkan sebelumnya. Aku memang belum pernah melakukan hubungan
seks dengan cowok apalagi dengan cewek. Bermasturbasi saja aku belum
pernah.
Aku pasrah saja terhadap arus kenikmatan yang diberikan Devi. Devi yang
melihat ketidakberdayaanku pun menggencarkan serangannya. Sampai
akhirnya Devi menghentikan ciumannya, dan mulai membuka celana tidurku.
Lalu terlihatlah gundukan hitam di dalam celana dalamku. Devi membelai
perlahan celana dalamku itu. Ketika belaiannya mengenai kemaluanku,
kurasakan sensasi yang sungguh sangat luar biasa. Apalagi setelah itu
Devi melepaskan celana dalamku dan membelainya tanpa dihalangi apapun.
Tak ada kata yang mampu melukiskan betapa nikmatnya sensasi tersebut.
Aku menggelinjang terus kenikmatan. Belaian itu semakin cepat dan cepat.
Begitu ahlinya Devi melakukannya sampai-sampai aku lalu merasakan
dorongan dari dalam tubuhku. Aku membusurkan badanku untuk menahan
gejolak yang membara dalam diriku. Aku merasa lemas dan baru kusadari
bahwa keringat telah membasahi permukaan kulitku.
Devi membiarkanku merasakan orgasmeku yang pertama ini selama beberapa
saat. Lalu Devi mendudukanku, membuka kedua pahaku dan menahannya dengan
tangannya. Devi menjulurkan lidahnya untuk meraih kemaluanku di depan
wajahnya. Aku mengerang kenikmatan. Namun Devi tak menghiraukannya. Ia
terus menikmati kemaluanku. Lidahnya masuk ke dalam kemaluanku dan
mencari-cari daging kecilku. Setelah menemukan G-Spot-ku, ia menjilatnya
dan menghisap-hisapnya. Sungguh kacau perasaanku saat itu, tak dapat
kukatakan betapa nekatnya perlakuan Devi itu.
Tak lama kemudian, akhirnya aku kembali mengejang dan kemaluanku
mengeluarkan cairan kenikmatan untuk yang kedua kalinya. Kali ini Devi
terus melahap kemaluanku dan menelan semua cairan yang kukeluarkan.
Rasanya sungguh aneh namun nikmat. Lalu, tangan Devi kembali bermain,
dimasukkannya sebuah jari ke dalam milikku. Kurasakan sakit yang melanda
kemaluanku. Jari itu keluar masuk perlahan, namun temponya bertambah
cepat. Ketika Devi menambah jumlah jarinya yang masuk, kurasakan
kemaluanku berdenyut-denyut menjepit kedua jari Devi. Aku sunguh-sungguh
terbius oleh kenikmatannya kali ini. Nafasku semakin memburu, beradu
dengan kecepatan tangannya. Nikmatnya membuatku tak dapat bertahan lama.
Akhirnya aku keluar lagi untuk yang ketiga kalinya. Kali ini, Devi
melahap semua cairanku dan mencium bibirku untuk membagi cairan
kenikmatan tersebut.
Setelah membantuku mengalami tiga kali orgasme, Devi memintaku untuk
memuaskannya. Kuarahkan ciumanku ke arah dadanya dan kuperlakukan
dadanya seperti apa yang ia lakukan padaku. Lalu sambil menciumi
dadanya, kujelajahkan tanganku ke daerah bawah tubuhnya. Lalu tanpa
membuka celananya, kutempatkan tanganku di tengah-tengah pahanya.
Kurasakan celananya sudah basah oleh cairan. Kugesek-gesekkan tanganku
di sana. Lalu kulepaskan celananya dan kuciumi kemaluannya. Devi terus
mengerang tanpa henti. Dia terus menarik rambutku. Aku berusaha
menemukan klistorisnya. Kuhisap-hisap klistorisnya ketika kutemukan
daging kecil itu. Kugigit-gigit kecil tonjolan itu. Ketika sedang
enak-enaknya menghisap, tiba-tiba badan Devi mengejang. Wajahku yang
berada di antara pahanya pun tersembur cairan itu. Kulahap semua cairan
itu dan kumasukkan ke mulut Devi melalui French Kiss.
Kubuka kedua bibir kemaluan Devi yang basah itu lalu dimasukkan jari
tengahku ke dalamnya. Kumasukkan perlahan karena takut Devi kesakitan.
Benar saja, Devi sudah kesakitan. Jariku serasa dijepit oleh
kemaluannya. Aku dapat merasakan denyut kemaluannya. Kugerakan keluar
masuk dengan perlahan dahulu, namun ketika Devi sudah tidak merasa
kesakitan, kupercepat tempo permainan. Lalu Devi menyuruhku ikut
memasukkan jari telunjukku. Walaupun sudah dua jariku berada di dalam
kemaluannya, Devi tak kunjung mendapatkan klimaksnya. Padahal aku sudah
melakukannya dengan kecepatan yang tinggi. Devi kulihat sudah sangat
tersiksa dengan keadaannya. Wajah Devi saat itu tak mungkin kulupakan.
Wajahnya sungguh sangat berbeda dengan wajahnya yang biasa. Wajahnya
sungguh merangsang. (Mungkin bila ada cowok yang melihatnya mungkin
penisnya sudah tegang maksimal).
Setelah sekian lama, akhirnya Devi mencapai klimaksnya juga. Cairan yang
keluar dari kemaluannya sangat banyak. Kali ini aku melahapnya semua.
Kami duduk saling menatap. Kulihat tubuh Devi berkeringat di bagian
dadanya. Rupanya dia sangat capai. Semakin kuamati tubuhnya, semakin ada
perasaan aneh menjalar di hatiku. Aku masih belum sadar apa yang
terjadi padaku saat itu. Sekian lama hening, Devi mengambilkan handuk
untukku. Aku sungguh senang dengan sikapnya itu apalagi Devi sendiri
yang mengusap keringat di tubuhku. Aku merasa aman, dilindungi. Setelah
itu, Devi membelai rambutku dan aku pun bersandar pada dadanya. Tak
terasa, kami pun tertidur sampai pagi.
Pagi harinya, ketika aku bangun, kulihat Devi masih tertidur lelap di
sampingku. Wajahnya menunjukkan perasaan puas dan senang. Aku berusaha
keluar dari tempat tidur perlahan karena tak ingin membangunkan Devi.
Aku pakaikan selimut ke tubuhnya yang polos itu. Lalu aku segera
mengenakan pakaianku dan keluar untuk menemui kedua orang tuanya.
Ternyata kedua orang tuanya pergi menginap ke Bandungan kemarin malam.
Aku merasa lega, karena aku sempat takut perbuatanku tadi malam
diketahui oleh orang tua Devi. Tadi malam jeritanku dan Devi cukup keras
untuk didengar orang rumah. Aku segera masuk kembali ke kamar, namun
aku tidak menemukan Devi di ranjang. Pakaian Devi yang terjatuh di
lantai pun sudah tidak berada di tempatnya. Lalu aku mencarinya ke
halaman belakang rumah yang terdapat ring basket. Di sanalah Devi
berada. Rupanya Devi sedang berolahraga. Devi memanggilku untuk
berolahraga bersamanya, namun aku menolaknya. Aku hanya memandangi Devi
dan tubuhnya dari pinggir lapangan.
Tak lama kemudian, kami pun masuk kembali ke dalam rumah. Aku ingin
mandi terlebih dahulu sebelum makan, maka kukatakan pada Devi agar dia
makan dahulu. Devi pun mengiyakan. Aku segera masuk ke dalam kamar mandi
mewah di kamar Devi. Kamar mandi itu sungguh mewah. Dindingnya berwarna
krem, bath up-nya luas, cukup untuk menampung 3 orang. Aku ingin sekali
memiliki ruang mandi seperti itu. Aku segera melepas seluruh pakaianku
dan bersiap untuk mandi. Kunyalakan air panas di bath up. Aku ingin
sekali berendam di air panas. Sambil menunggu air panas, aku berdiri
memandangi cermin di depanku. Tanpa sadar, kupegang bagian tubuh yang
kubanggakan ini. Kucoba membandingkannya dengan milik Devi. Aku menjadi
teringat akan kejadian tadi malam. Tubuh mulus Devi, sentuhan tangan
Devi, permainan lidah Devi. Mengingat semua hal itu, membuat tubuhku
merasa panas. Kucoba mengalihkan perhatianku dengan merendam tubuhku di
bath up yang sudah terisi separuhnya. Kumatikan aliran air, sehingga
kini tidak ada bunyi apapun di kamar mandi tersebut, kecuali bunyi air
yang kutepuk-tepuk. Aku segera melupakan masalah tadi.
Tiba-tiba kudengar bunyi derit pintu dibuka. Ternyata aku lupa mengunci
pintu kamar mandi. Aku segera tahu siapa yang membuka pintu, karena ada
suara lembut yang terucap dari si pembuka pintu. Devi rupanya menanyakan
apakah ia boleh mandi bersamaku. Entah sadar atau tidak, aku
menganggukan kepalaku. Devi mulai melepas pakaiannya. Mulai dari
bajunya. Gaya Devi ketika melepas bajunya rupanya mampu menimbulkan
gejolak di hatiku. Tubuh bagian atas Devi kini sudah tidak berbalut
apapun. Lalu tangannya mulai merambah perutnya terus ke bawah.
Diturunkannya perlahan celananya dan tampaklah kini gundukan hitam di
tengah-tengah selakangannya. Kini Devi berjalan ke arahku dan mulai
memasuki bath up bersamaku. Dia mengambil tempat tepat di depanku. Devi
menyelonjorkan kakinya dan mulai menikmati nikmatnya air panas. Devi
sekali-kali menatap tubuhku dengan pandangan yang berbeda dari
tatapannya yang biasa. Tak jarang kami bertemu pandang, namun Devi
cuek-cuek saja.
Aku sebenarnya senang-senang saja dipandangi oleh Devi karena aku juga
senang bisa melihat tubuhnya. Timbul pikiran di otakku, untuk merangsang
Devi. Aku sangat ingin menikmati kenikmatan seperti yang dia berikan
tadi malam. Aku mulai mencoba gerakan-gerakan yang dapat merangsangnya.
Kupegang-pegang dadaku dan mendesah halus. Lalu kulebarkan kedua kakiku.
Devi menangkap isyaratku. Dia mendekatiku dan mencium bibirku. Lumatan
bibirnya yang hebat sungguh membuatku tak ingin kalah. Kucoba
mengimbangi ciuman Devi. Lidah kami saling beradu di dalam mulutku. Tak
hanya itu, tangannya sudah mulai merambah ke dadaku. Aku juga memainkan
kedua bukit kembarnya. Lalu aku menurunkan ciumanku ke lehernya. Devi
mendesah-desah kecil.
Ketika ciumanku sampai di dadanya, kurasakan nafas Devi sudah tidak
beraturan. Kujilati seluruh bagian payudaranya, kupermainkan putingnya
dengan lidahku. Payudara Devi sudah mulai mengeras, bentuknya pun
menjadi lebih indah dan kini payudaranya sudah mengacung tegak. Aku
lebih bernafsu untuk merasakannya. Kuturunkan lagi ciumanku ke bagian
kemaluannya. Kujilati bibir kemaluan Devi, lalu kumasukkan lidahku ke
bagian dalamnya. Kucari-cari klistorisnya di setiap dinding kemaluan
yang terkena lidahku. Sampai akhirnya aku menemukan apa yang kucari.
Kuhisap-hisap daging kecil itu dan kugigit-gigit kecil. Nafas Devi kian
memburu. Sampai suatu saat, pahanya menjepit kepalaku dan badannya
mengejang. Desahan Devi mencapai puncaknya. Cairan hangat tersembur dari
dalam kemaluannya. Kutelan semua cairan tersebut.
Devi mengajakku untuk bermain di lantai. (Lantai kamar mandi Devi tidak
terlalu keras) Devi terlentang di lantai dan aku di atasnya. Kini aku
menciumi kemaluan Devi, dan Devi juga melakukan hal yang sama denganku.
Devi sangat ahli melakukannya. Kombinasi jilatan, hisapan, gigitan Devi
mampu membuatku keluar terlebih dahulu. Aku merasakan nikmat yang luar
biasa. Cairan hangat meleleh dari kemaluanku. Devi menghisapnya lalu
memberikan kepadaku dengan ciuman. Kami pun kembali pada posisi semula.
Kali ini kami saling memasukkan dua buah jari. Kami mendesah panjang
ketika lubang kemaluan kami diisi dengan jari-jari. Tempo permainan
berjalan semakin cepat dan cepat. Kembali, aku keluar terlebih dahulu.
Aku memang sangat mudah terangsang.
Setelah aku keluar, Devi pun menyusul. Aku sungguh merasakan lelah. Aku
menghentikan tusukanku pada Devi. Namun Devi masih terus memainkan
jarinya. Kali ini Devi menusukkan jarinya ke lubang anusku. Aku
merasakan sakit yang luar biasa, ketika jari tengah Devi menembus
perlahan. Devi pun menggerakkannya perlahan-lahan saja. Anehnya walaupun
sakit, aku justru mendapatkan rasa nikmat. Aku tak ingin Devi
menghentikan perlakuannya itu. Cukup lama waktu yang diperlukan Devi
untuk membuatku mendapatkan orgasme. Namun akhirnya aku mencapainya
juga. Kami beristirahat sebentar. Kemudian, Devi mengaitkan kakinya
dengan kakiku sehingga kemaluan kami saling menyentuh. Lalu Devi
menggesek-gesekkannya. Cara Devi ini berhasil membangkitkan gairahku
sekali lagi. Aku pun ikut menggesek-gesekkannya. Desahan ikut mengiringi
kecepatan kami. Bunyi permainan kami mampu disamarkan bunyi kran air
yang tadi sempat dinyalakan Devi. Tak lama, kami keluar bersama. Ini
sungguh nikmat. Perasaanku menjadi sangat nyaman, damai dan puas.
Setelah itu, Devi membawaku ke bath up dan memandikanku. Aku semakin
sayang kepada Devi. Devi mengajariku segalanya mengenai seks. Devi juga
menceritakan bahwa sebelum berhubungan denganku, dia juga pernah
melakukannya dengan 2 cewek untuk beberapa kali. Pengalaman itulah yang
membuat Devi mengerti tehnik dan cara untuk memuaskanku.
Sejak saat itu, kami lebih sering terlihat bersama. Di sekolah, di mall,
dll. Bisa dikatakan kami berpacaran. Kami sering mengulangi perbuatan
itu di rumahku, di rumahnya, maupun di sekolah. Aku sangat menyukai
tubuh Devi dalam seragam sekolah. Apalagi seragam sekolahku tipis.
Biasanya kalau di kelas (kami duduk semeja), Devi memegang tanganku,
meraba pahaku dan perbuatan lain yang mampu merangsangku. Aku pun
biasanya menanggapinya. Bagiku Devi adalah kekasih yang mampu memberikan
rasa aman pada diriku.
TAMAT