- Home >
- ARSAN PARA SUAMI - 1
Posted by : NashGore
Sabtu, 03 Desember 2016
Tulisan
ini diangkat berdasarkan kisah dan pengalaman yang sesungguhnya dengan
nama pelaku serta tempat yang telah diubah. Apabila terdapat kesamaan
nama maupun tempat peristiwa dalam tulisan ini, hal itu hanya merupakan
suatu kebetulan belaka dan tidak ada hubungannya dengan siapa pun juga.
"Apa yang akan aku lakukan di sini?" pikirku ketika tiba di depan pintu
gerbang villa itu. Villa tersebut terletak di sebuah bukit terpencil di
tengah kerimbunan hutan pinus. Untuk sampai di sana kita harus melalui
sebuah jalan kecil yang merupakan jalan pribadi yang menghubungi villa
tersebut dengan jalan utama. Di ujung jalan tersebut kita akan menjumpai
sebuah pintu gerbang yang kokoh terbuat dari besi memagari sebuah
bangunan artistik dikelilingi oleh taman yang asri.

Arisan Para Suami
Begitu
kami mendekati gerbang tersebut, tiba-tiba dua orang laki-laki
berpotongan rambut pendek dengan tubuh kekar menghampiri kami. Suamiku
segera menyodorkan sebuah kartu nama yang entah dari mana dia peroleh.
Kemudian dengan wajah ramah mereka membukakan pintu dan mempersilakan
kami masuk. Di dalam pekarangan villa itu kulihat beberapa mobil telah
terparkir di sana dan salah satunya adalah mobil Priyono sahabat
suamiku. Keluarga kami dan keluarga Priyono memang bersahabat. Umur kami
tidak jauh berbeda sehingga kami mempunyai persamaan dalam pergaulan.
Suamiku seorang pengusaha muda sukses, demikian juga Priyono. Baik
suamiku maupun Priyono mereka sama-sama sibuknya. Mereka kelihatannya
selalu dikejar waktu untuk meraih sukses yang lebih besar lagi bagi
keuntungan bisnisnya. Sehingga boleh dikatakan hidup kami sangat
berlebih sekali akan tetapi di lain sisi waktu untuk keluarga menjadi
terbatas sekali. Hanya pada hari-hari weekend saja kami baru dapat
berkumpul bersama. Dan itu pun apabila suamiku tidak ada urusan
bisnisnya di luar kota. Keadaan itu dialami juga oleh istri Priyono,
Novie. Sehingga antara aku dan istri Priyono merasa cocok dan akrab satu
sama lainnya. Kami juga selalu mengatur waktu senggang bersama untuk
melakukan pertemuan-pertemuan rutin atau rekreasi bersama. Kebetulan
istri Priyono, juga agak sebaya denganku. Bedanya dia baru berumur tiga
puluh tahun sedangkan aku telah berumur tiga puluh lima tahun. Apalagi
wajahnya masih tetap seperti anak-anak remaja dengan tahi lalat di atas
bibirnya membuat penampilan istri Priyono kelihatan lebih muda lagi.
Selain itu bentuk tubuhnya agak mungil dibandingkan denganku. Badannya
semampai namun berbentuk sangat atletis. Maklumlah selain dia secara
rutin mengikuti kegiatan latihan di salah satu fitness center, dia juga
memang seorang atlet renang. Sehingga warna kulitnya agak
kecoklatan-coklatan terkena sinar matahari. Berbeda denganku yang
berkulit agak putih dengan bentuk tubuh yang agak lebih gemuk sedikit
sehingga buah dada dan pinggulku lebih kelihatan menonjol dibandingkan
dengan istri Priyono. Menurut pandanganku penampilan istri Priyono manis
sekali. Ada suatu daya tarik tersendiri yang dimilikinya
setidak-tidaknya demikian juga menurut suamiku. Aku tahu hal itu karena
suamiku sering membicarakannya dan malahan pernah bergurau kepadaku
bagaimana rasanya sekiranya dia melakukan hubungan seks dengan istri
Priyono. Pertemuan kami dengan keluarga Priyono pada mulanya diisi
dengan pergi makan malam bersama atau mengunjungi club rekreasi para
eksekutif di setiap akhir pekan. Sekali-sekali kami bermain kartu atau
pergi berdarmawisata. Akan tetapi ketika hal tersebut sudah mulai terasa
rutin, pada