- Home >
- Jatuh Hati Dengan Pria Muda Walau Aku Sudah Berstatus Tante
Posted by : NashGore
Minggu, 04 Desember 2016
Cerita Seks Terbaru, Cerita Dewasa Hot, Cerita Mesum Seru, Cerita Nakal, Cerita Sex Kisah Nyata, Cerita Dewasa Bergambar -Aku
menikah pada usia sangat belia, yakni 22 tahun. Aku tak sempat
melanjutkan kuliah, karena aku pada usia tersebut sudah dinikahkan olah
orang tua, karena ayah memiliki hutang judi yang banyak dengan seorang
laki-laki playboy "kampungan". Aku menikah dengan sang playboy, usianya
sangat renta sekali, 65 tahun pada saat aku dinikahinya.

Jatuh Hati Dengan Pria Muda Walau Aku Sudah Berstatus Tante
Setahun aku hidup sekasur dengan dia, selama itu pula aku tidak pernah
merasakan apa yang dinamakan nikmat seksual. Padahal, kata teman-teman,
malam pertama malam yang aling indah. Sedangkan untuk aku, malam pertama
adalah malam neraka !!!. Ternyata, Burhan, suamiku itu mengidap
penyakit diabetes (kadar gula darah yg tinggi), yang sangat parah,
hingga mengganggu kejantanannya diatas ranjang. Selama lima tahun kami
menikah, selama itu pula aku digaulinya hanya dengan mencumbu, mencium,
dan meng-elus-elus saja, selebihnya hanya keluhan-keluhan kekecewaan
saja. Burhan sering merangsang dirinya dengan memutar film-film porno
yang kami saksikan berdua sebelum melakukan aktifitas seksual. Tapi apa
yang terjadi ? Burhan tetap saja loyo, tak mampu merangsang penisnya
agar bisa ereksi, tapi justru aku yang sangat amat terangsang, konyol
sekali. Aku mendapat pelajaran seksual dari film-film yang diputar
Burhan. Aku sering berkhayal, aku disetubuhi laki-laki jantan. Aku
sering melakukan masturbasi ringan untuk melampiaskan hasrat seksualku,
dengan berbagai cara yang kudapat dari khayalan-khayalanku. Pada suatu
hari, Burhan harus terbaring di rumah sakit yang disebabkan oleh
penyakitnya itu. Selama hampir satu bulan dia dirawat di RS, aku semakin
terasa kesepian selama itu pula. Pada suatu hari aku harus pergi
menebus obat di sebuah apotek besar, dan harus antre lama. Selama antre
aku jenuh sekali. Tiba-tiba aku ingin keluar dari apotek itu dan mencari
suasana segar. Aku pergi ke sebuah Mall dan makan dan minum disebuah
restauran. Disitu aku duduk sendiri disebuah pojok. Karena begitu
ramainya restauran itu, sehingga aku mendapat tempat yang belakang dan
pojok. Setelah beberapa saat aku makan, ada seorang anak muda ganteng
minta ijin untuk bisa duduk dihadapan aku. Karena mungkin hanya bangku
itu yang satu-satunya masih tersisa. Dia ramah sekali dan sopan, penuh
senyum. Singkat cerita, kami berkenalan, dan ngobrol ngalor-ngidul,
hingga suatu waktu, dia membuka identitas dirinya. Dia masih bujang,
orang tuanya tinggal di luar negeri. Di Jakarta dia tinggal bersama adik
perempuannya yang masih di bangku SMU. Hampir satu jam kami ngobrol.
Dalam saat obrolan itu, aku memberikan kartu namaku lengkap dengan nomor
teleponnya. Cowok itu namanya Ronald, badannya tegap tinggi, kulitnya
sawo matang, macho tampaknya. Sebelum kami berpisah, kami salaman dan
janji akan saling menelpo kemudian. Sewaktu salaman, Ronald lama
menggenggap jemariku seraya menatap dalam-dalam mataku diiringi dengan
sebuah senyum manis penuh arti. Aku membalasnya, tak kalah manis
senyumku. Kemudian kami berpisah untuk kembali kekesibukan
masing-masing. Dalam perjalanan pulang, aku kesasar sudah tiga kali.
Sewaktu aku nyetir mobil, pikiranku kok selalu ke anak muda itu ? kenapa
hanya untuk jalan pulang ke kawasan perumahanku aku nyasar kok ke
Ciputat, lalu balik kok ke blok M lagi, lantas terus jalan sambil
mengkhayal, eh.....kok aku sudah dikawasan Thamrin. Sial banget !!! Tapi
Ok lho ?! Sudah satu minggu usia perkenalanku dengan Ronald, setiap
hari aku merasa rindu dengan dia. Suamiku Burhan masih terbaring di
rumah sakit, tapi kewajibanku mengurusi Burhan tak pernah absen. Aku
memberanikan diri menelpon Ronald ke HP nya. Ku katakan bahwa aku kanget
banget dengan dia, demikian pula dia, sama kangen juga dengan aku. Kami
janjian dan ketemu ditempat dulu kami bertemu. Ronald mengajak aku
jalan-jalan, aku menolak, takut dilihat orang yang kenal dengan aku.
Akhirnya kami sepakat untuk ngobrol di tempat yang aman dan sepi, yaitu;
" Hotel". Ronald membawa aku ke sebuah hotel berbintang. Kami pergi
dengan mobilnya dia. Sementara mobilku ku parkir di Mall itu, demi
keamanan privacy. Di hotel itu kami mendapat kamat di lantai VII, sepi
memang, tapi suasananya hening, syahdu, dan romantis sekali. " Kamu
sering kemari ?" tanyaku, dia menggeleng dan tersenyum. " Baru kali ini
Tante " sambungnya. " Jangan panggil aku tante terus dong ?! " pintaku.
Lagi-lagi dia tersenyum. " Baik Yulia " katanya. Kami saling memandang,
kami masih berdiri berhadapan di depan jendela kamar hotel itu. Kami
saling tatap, tak sepatahpun ada kata-kata yang keluar. Jantungku
semakin berdebar keras, logikaku mati total, dan perasaanku semakin tak
karuan, bercampur antara bahagia, haru, nikmat, romantis, takut,
ah.....macam-macamlah!!!. Tiba-tiba saja, entah karena apa, kami secara
berbarengan saling merangkul, memeluk erat-erat. Ku benamkan kepalaku di
dada Ronald, semakin erat aku dipeluknya. Kedua lenganku melingkar
dipinggangnya. Kami masih diam membisu. Tak lama kemudian aku menangis
tanpa diketahui Ronald, air mataku hangat membasahi dadanya. " Kamu
menangis Yulia ? " Tanyanya. Aku diam, isak tangisku semakin serius. "
kanapa ? " tanyanya lagi. Ronals menghapus air mataku dengan lembutnya. "
Kamu menyesal kemari Yulia ?" tanya Ronald lagi. Lagi-lagi aku membisu.
Akhirnya aku menggeleng. Dia menuntunku ketempat tidur. Aku berbarin di
bagian pinggir ranjang itu. Ronald duduk disebelahku sambil
membelai-belai rambutku. Wah....rasanya selangit banget !. Aku menarik
tangan Ronald untuk mendekapku, dia menurut saja. Aku memeluknya
erat-erat, lalu dia mencium keningku. Tampaknya dia sayang padaku. Ku
kecup pula pipinya. Gairah sex ku semakin membara, maklum sekian tahun
aku hanya bisa menyaksikan dan menyaksikan saja apa yang dinamakan "
penis" semnatar belum pernah aku merasakan nikmatnya. Ronald membuka
kancing bajunya satu persatu. Kutarik tangannya untuk memberi isyarat
agat dia membuka kancing busananku satu persatu. Dia menurut. Semakin
dia membuka kancing busanaku semakin terangsang aku. Dalam sekejap aku
sudah bugil total ! Ronal memandangi tubuhku yang putih mulus, tak
henti-hentinya dia memuji dan menggelengkan kepalanya tanda
kekagumannya. Lantas diapun dalam sekejap sudah menjadi bugil.
Aduh......jantan sekali dia. Penisnya besar dan ereksinya begitu keras
tampaknya. Nafasku semakin tak beraturan lagi. Ronald mengelus
payudaraku, lalu......mengisapnya. Oh.....nikmat dan aku terangsang
sekali. Dia menciumi bagian dadaku, leherku. Aku tak kalah kreatif, ku
pegang dan ku elus-elus penisnya Ronald. Aku terbayang semua adegan yang
pernah ku saksikan di film porno. Aku merunduk tanpa sadar, dan
menghisap penisnya Ronald. Masih kaku memang gayaku, tapi lumayanlah
buat pemula. Dia menggelaih setiap kujilati kepala penisnya. Jari jemari
Ronald mengelus-elus kemaluanku, bulu memekku di elus-elus, sesekali
manarik-nariknya. Semakin terangsang aku. Basah tak karuan sudah
vaginaku, disebabkan oleh emosi sex yang meluap-luap. Aku lupa
segalanya. Akhirnya, kami sama-sama mengambil posisi ditengah-tengah
ranjang. Aku berbarimng dan membuka selangkanganku, siap posisi, siap
digempur. Ronald memasukkan penisnya kedalam vaginanku, oh....kok sakit,
perih ?, aku diam saja, tapi makin lama makin nikmat. Dia terus
menggoyang-goyang, aku sesekali meladeninya.
Hingga....cret...cret...cret...air mani Ronald tumpah muncrat di dalam
vaginaku. Sebenarnya aku sama seperti dia, kayaknya ada yang keluar dari
vaginaku, tapi aku sudah duluan, bahkan sudah dua kali aku keluar.
Astaga, setelah kami bangkit dari ranjang, kami lihat darah segar
menodai seprei putih itu. Aku masih perawan !!! Ronald bingung, aku
bingung. Akhirnya aku teringat, dan kujelaskan bahwa selama aku menikah,
aku belum pernah disetubuhi suamiku, karena dia impoten yang disebabkan
oleh sakit kencing manis. " Jadi kamu masih perawan ?! " Tanyanya
heran. Aku menjelaskannya lagi, dan dia memeluk aku penuh rasa sayang
dan kemesraan yang dalam sekali. Kami masih bugil, saling berangkulan,
tubuh kami saling merapat. Aku mencium bibir nya, tanda sayangku pula.
Seharusnya kegadisanku ini milik suamiku, kenapa harus Ronald yang
mendapatkannya? Ah....bodo amat ! aku juga bingung ! Hampit satu hari
kami di kamar hotel itu, sudah tiga kali aku melakukan hubungan sex
dengan anak muda ini. Tidak semua gaya bisa ku praktekkan di kamar itu.
Aku belum berpengalaman ! Tampaknya dia juga begitu, selalu tak tahan
lama !! Tapi lumayan buat pemula . Setelah istirahat makan, kami
tudur-tiduran sambil ngobrol, posisi masig dengan busana seadanya.
Menjelang sore aku bergegas ke kamar mandi. membrsihkan tubuh. Ronald
juga ikut mandi. Kami mandi bersama, trkadang saling memeluk, saling
mencium, tertawa, bahkan sedikit bercanda dengan mengelus-elus penisnya.
Dia tak kalah kreatif, dimainkannya puting payudaraku, aku
terangsang......dan.......oh,....kami melakukannya lagi dengan posisi
berdiri. Tubuh kami masih basah dan penuh dengan sabun mandi. Oh
nikmatnya, aku melakukan persetubuhan dalam keadaan bugil basah di kamar
mandi. Ronal agak lama melakukan senggama ini, maklum sudah berapa
ronde dia malakukannya,. kini dia tampak tampak sedikit kerja keras.
Dirangsangnya aku, diciuminya bagian luar vaginaku, dijilatinya tepinya,
dalamnya, dan oh....aku menggeliat kenikmatan. Akupun tak mau kalah
usaha, ku kocok-kocok penis Ronald yang sudah tegang membesar itu, ku
tempelkan ditengah-tengah kedua payudaraku, kumainkan dengan kedua
tetekku meniru adegan di blue film VCD. Tak kusangka, dengan adegan
begitu, Ronald mampu memuncratkan air maninya, dan menyemprot ke arah
wajahku. Aneh sekali, aku tak jijik, bahkan aku melulurkannya kebagian
muka dan kurasakan nikmat yang dalam sekali. " Kamu curang ! Belum
apa-apa sudah keluar !" Seruku. " Sorry, enggak tahan...." Jawabnya.
Kutarik dia dan kutuntun kontol ronal masuk ke memekku, kudekap dia
dalam-dalam, kuciumi bibirnya, dan kugoyang-goyang pinggulku sejadinya.
Ronald diam saja, tampak dia agak ngilu, tapi tetap kugoyang, dan
ah....aku yang puas kali ini, hingga tak sadar aku mmencubit perutnya
keras-keras dan aku setengah berteriak kenikmatan, terasaada sesuatu
yang keluar di vaginaku, aku sudah sampai klimaks yang paling nikmat.
Setelah selesai mandi, berdandan, baru terasa alat vitalku perih.
Mungkin karena aku terlalu bernafsu sekali. Setelah semuanya beres,
sebelum kami meninggalkan kamar itu untuk pulang, kami sempat saling
berpelukan di depan cermin. Tak banyak kata-kata yang kami bisa
keluarkan. Kami membisu, saling memeluk. " Aku sayang kamu Yulia "
Terdenga suara Ronald setengah berbisik, seraya dia menatap wajahku
dalam-dalam. Aku masih bisu, entah kenapa bisa begitu. Diulanginya
kata-kata itu hingga tiga kali. Aku masih diam. Tak kuduga sama sekali,
aku meneteskan airmata, terharu sekali. " Aku juga sayang kamu Ron "
Kataku lirih." Sayang itu bisa abadi, tapi cinta sifatnya bisa sementara
" Sambungku lagi. Ronald menyeka air mataku dengan jemarinya. Aku
tampak bodoh dan cengeng, kenapa aku bisa tunduk dan pasrah dengan anka
muda ini ? Setelah puas dengan adegan perpisahan itu, lantas kami
melangkah keluar kamar, setelah check out, kami menuju Blok M dan kai
berpisah di pelataran parkir. Aku sempat mengecup pipinya, dia juga
membalasnya dengan mencium tanganku. Ronald kembali kerumahnya, dan aku
pulang dengan gejolak jiwa yang sangat amat berkecamuk tak karua. Rasa
sedih, bahagia, puas, cinta, sayang dan sebaginya dan sebagainya. Ketika
memasuki halaman rumahku, aku terkejut sekali, banyak orang berkumpul
disana. Astaga ada bendera kuning dipasang disana. Aku mulai gugup,
ketika aku kemuar dari mobil, kudapati keluarga mas Burhan sudah
berkumpul, ada yang menangis. Ya ampun, mas Burhan suamiku sudah
dipanggil Yang Kuasa. Aku sempat dicerca pihak keluarganya, kata mereka
aku sulit dihubungi. Karuan saja, HP ku dari sejak di Hotel kumatikan
hingga aku dirumah belum kuhidupkan. Kulihat mas Burhan sudah terbujur
kaku ditempat tidur. Dia pergi untuk selamanya, meninggalkan aku,
meninggalkan seluruh kekayaannya yang melimpah ruah. Kini aku jadi janda
kaya yang kesepian dalam arti yang sebenarnya. Tiga hari kemudian aku
menghubungi Ronald via HP, yang menjawab seorang perempuan dengan suara
lembut. Aku sempat panas, tapi aku berusaha tak cemburu. Aku mendapat
penjelasan dari wanita itu, bahwa dia adik kandungnya Ronald. Dan
dijelaskan pula bahwa Ronald sudah berangkat ke Amerika secara mendadak,
karena dipanggil Papa Mamanya untuk urusan penting. Kini aku telah
kehilangan kontak dengan Ronald, sekaligus akan kehilangan dia. Aku
kehilangan dua orang laki-laki yang pernah mengisi hidupku. Sejak saat
itu sampai kini, aku selalu merindukan laki-laki macho seperti Ronald.
Sudah tiga tahun aku tak ada kontak lagi dengan Ronald, dan selama itu
pula aku mengisi hidupku hanya untuk shopping, jalan-jalan, nonton,
ah...macam-macamlah. Yang paling konyol, aku menjadi pemburu anak-anak
muda ganteng. Banyak sudah yang kudapat, mulai dari Gigolo profesional
hingga anak-anak sekolah amatiran. Tapi kesanku, Ronald tetap yang
terbaik !!! Dalam kesendirianku ini . . . Segalanya bisa berubah .. .
Kecuali, Cinta dan kasihku pada Ronad, Aku tetap menunggu, sekalipun
kulitku sampai kendur, mataku lamur, usiaku uzur, ubanku bertabur, dan
sampai masuk kubur, Oh....Ronald, kuharap engkau membaca kisah kita ini.
Ketahuilah, bahwa aku kini menjadi maniak seks yang luar biasa, hanya
engkau yang bisa memuaskan aku, Ron. END