- Home >
- Kakak Iparku Yang Janda Birahi Tinggi
Posted by : NashGore
Minggu, 04 Desember 2016
Cerita Ini adalah pengalaman nyata yang
aku alami. Pengalamanku menaklukkan kakak iparku yang pendiam dan agak
religius. Entah setan mana yang merasuki diriku karena aku menjerumuskan
orang baik-baik kedalam neraka nafsu. Kejadiannya begini, suatu hari
rumahku kedatangan tamu dari Padang. Uni Tati kakak tertua istriku. Dia
datang ke Jakarta karena tugas kantor ikut seminar di kantor pusat
sebuah bank pemerintah. Uni adalah kepala cabang di Padang, Uni menginap
dirumah kami. Dari pada menginap di hotel, mendingan juga uang hotel
disimpan buat beli oleh-oleh. Selama seminggu dia tinggal dirumahku.

Kakak Iparku Yang Janda Birahi Tinggi
Dari istriku kutau kalau Uni Tati berusia 40 tahun. Suaminya sudah meningal 2 tahun
lalu karena kecelakaan. Orangnya cantik, putih, tinggi semampai. Lebih
tepatnya kubilang anggun karena orangnya cenderung diam dan sangat
religius. Selama di Jakarta, setiap ada kesempatan aku dan istriku
mengajak Uni jalan-jalan, maklum ini kunjungan pertamanya ke Jakarta,
biasanya ke mal karena waktunya sempit. Kami sudah berencana pas hari
Sabtu akan jalan-jalan ke Taman Safari. Tiba hari Sabtu, istriku
ternyata punya tugas mendadak dari kantor yaitu harus mengawasi pameran
di Mangga Dua. Gagal deh rencana jalan-jalan ke Taman Safari. Istriku
mengusulkan agar aku tetap mengantar Uni jalan-jalan misalkan ke Ancol
saja dan pulangnya bisa jemput istriku di Mangga Dua. Sebetulnya aku
agak males kalo nggak ada istriku. Aku merasa risih harus jalan berdua
Uni karena orangnya pendiam. Akupun menduga Uni pasti nggak mau. Tapi
tanpa dinyata ternyata Uni menyetujui usul istriku. Pagi-pagi banget
istriku sudah berangkat naik KRL dari stasiun Pondok Ranji. Rumahku yang
di daerah Bintaro cukup jauh dari Mangga Dua dan Ancol. Sementara
menunggu Uni yang lagi jalan-jalan pagi aku sendirian dirumah menyeruput
kopi dan merokok. Kami berencana jalan jam 10 pagi. Sehabis ngopi dan
merokok, aku kembali tidur-tiduran di kamarku menunggu jam. Pikiranku
melayang membayangkan kakak istriku ini. Uni Tati sangat menarik
perhatianku secara sexual. Jeleknya aku, mulia keluar. Aku tertantang
menaklukkan wanita baik-baik, aku tertantang menaklukkan Uni. Mumpung
ada kesempatan. Dasar setan selalu mencari kesempatan menggoda. Kuatur
jebakan untuk memancing Uni. Aku buru-buru mandi membasuh badan dan
keramas. Dengan berlilit handuk aku menunggu kepulangan Uni dari
olahraga paginya. Sekitar 10 menit aku menunggu dibalik horden dan
kulihat Uni memasuki pagar depan dengan pintu besi yang agak berderit.
Sengaja pintu rumah aku tutup tapi dibiarkan tak terkunci. Aku berlalu
menuju kamarku dan segera memasang jebakan untuk mengejutkan Uni. Aku
masuk kamarku dan segera bertelanjang bulat. Pintu kamar kubuka
lebar-lebar, jendela kamar juga kubuka biar isi kamar mendapat
penerangan jelas. Kudengar pintu depan berbunyi seperti ditutup. Akupun
mulai beraksi. Dengan bertelanjang bulat aku menunggu Uni melewati
kamarku dengan harapan dia melihat tubuh dan juniorku yang sedari tadi
berdiri tegak membayangkan petualangan ini. Handuk kututupkan ke kepala
seolah-olah sedang mengeringkan rambut yang basah sehabis keramas. Aku
berpura-pura tidak melihat dan tidak menyadari kehadiran Uni. Dari bakik
handuk yang kusibak sedikit, kulihat sepasang sepatu kets melintas
kamarku. Aku yakin Uni pasti melihat tubuhku yang polos dengan junior
yang tegak berdiri. Nafsuku semakin menggeliat ketika kuamati dari balik
handuk sepasang sepatu yang tadinya hampir melewati kamarku kini
seperti terpaku berhenti didepan kamar tanpa beranjak. Aku semakin aktif
menggosok-gosok rambutku dan berpura-pura tak tau kalo ada orang.
Beberapa detik aku berbuat begitu dan aku merencanakan sensasi berikut.
Dengan tiba-tiba kuturunkan handuk dan menengok ke arah pintu kamar. Aku
pura-pura kaget menyadari ada orang. “E..ee…maaf Uni, aku kira nggak
ada orang,” kataku seraya mendekati pintu seolah ingin menutup pintu.
Aku tidak berusaha menutup kemaluanku yang menantang. Malah kubiarkan
Uni terdiam memandangi tubuhku yang polos mendekat kearahnya. Dengan
tenangnya seolah aku berpakaian lengkap kudekati Uni dan sekali lagi
memohon maaf. “Maaf ya Uni, aku terbiasa seperti ini. Aku nggak sadar
kalau ada tamu dirumah ini,” kataku sambil berdiri di depan pintu mau
menutup pintu. Tiba-tiba seperti tersadar Uni bergegas meninggalkanku
sambil berkata “i…i…iya , tidak apa-apa….”. Dia langsung masuk ke kamar
belakang yang diperuntukkan kepadanya selama tingal dirumahku. Aku
kemudian memakai celana pendek tanpa CD dan mengenakan kaos oblong
lantas mengetok pintu kamar Uni. “Ada apa Andy,” ujar Uni setelah
membuka pintu. Kulihat dia tidak berani menatapku. Mungkin malu. Membaca
situasi seperti itu, aku tidak menyiakan kesempatan. “Uni, maafkan Andy
ya…aku lupa kalau ada tamu dirumah ini,” kataku merangkai obrolan biar
nyambung. “Nggap apa-apa, cuma Uni malu hati, sungguh Uni malu melihat
kamu telanjang tadi,” balasnya tanpa mau menatap aku. “Kenapa musti
malu? Kan nggak sengaja, apa lagi Uni kan sudah pernah menikah jadi
sudah biasa melihat yang tegak-tegak seperti itu,” kataku memancing
reaksinya. “Sejujurnya Uni tadi kaget setengah mati melihat kamu begitu.
Yang Uni malu, tanpa sadar Uni terpaku didepan kamarmu. Jujur aja Uni
sudah lama tidak melihat seperti itu jadi Uni seperti terpana,” katanya
sambil berlari ketempat tidurnya dan mulai sesenggukan. Aku jadi nggak
tega. Kudekati Uni dan kuberanikan memegang pundaknya seraya
menenangkannya. “Sudahlah nggak usah malu, kan cuma kita berdua yang
tau.” Melihat reaksinya yang diam saja, aku mulai berani duduk
disampingnya dan merangkul pundaknya. Kuusap-usap rambutnya agak lama
tanpa berkata apa-apa. Ketika kurasa sudah agak tenang kusarankan untuk
mandi aja. Kutuntun tangannya dan sekonyong-konyong setan mendorongku
untuk memeluk saat Uni sudah berdiri didepanku. Lama kupeluk erat, Uni
diam saja. Mukanya diselusupkan di dadaku. Payudaranya yang masih
kencang serasa menempel didadaku. Sangat terasa debar jantungnya.
Perlahan tangaku kuselusupkan ke balik kaos bagian belakang berbarengan
dengan ciumanku yang mendarat dibibirnya. “Jangan Ndy…dosa,” katanya
sambil melepaskan diri dari pelukanku. Namun pelukanku tidak mau
melepaskan tubuh sintal yang sedang didekapnya. Dan usaha kedua Uni
sudah menyerah. Bibirnya dibiarkan kulumat walau masih tanpa perlawanan.
Kucoba lagi menyelusupkan tangan dibalik kaosnya, kali ini bagian
depan. Tangan kanan yang menggerayang langsung pada putting susu sebelah
kiri. Uni menggeliat. Pilinan jariku di payudaranya membuat nafsunya
naik. Aku tau dari desiran nafasnya yang mulai memburu. Aku heran juga
dengan wanita ini, tetap diam tanpa perlawanan. Mungkin ini style wanita
baik-baik. Bagusnya, semua apa yang kulakukan tidak ada penolakan.
Seperti dicocok hidungnya Uni menurut saja dengan apa yang kulakukan
terhadapnya. Perlahan kubuka kaosnya, kubukan celana panjang trainings
pack-nya, kubuka Bh nya, kubuka CD-nya , Uni diam saja. Kubopong
tubuhnya ketempat tidur. Kubuka kaosku, kubuka celana pendekku.Uni masih
diam. Lidahku mulai bermain disekujur tubuhnya. Dari ujung kepala,
turun ke telinga, ke bibir, ke leher, perlahan kusapu dadanya,
payudaranya kulumat dengan gigitan kecil, turun lagi kebawah ke
sekumpulan rambut dan kedua pahanya hujilat-jilat terus sampai ke ujung
jempol kaki. Aku tidak merasa jijik karena tubuh Uni yang putih bersih
sangat membangkitkan gairah. Kukangkangkan kakinya, uni masih diam saja.
Tapi kuamati matanya terpejam menikmati sentuhan tiap jengkal
ditubuhnya. Baru ketika kudaratkan sapuan lidahku di bibuir vagina dan
klitorisnya Uni tiba-tiba berteriak , ” Ahhhhhhhh……..” “Kenapa
Uni….Sakit?,” tanyaku. Uni hanya menggeleng. Dan aktifitas jilat
menjilat vagina itu kulanjutkan. Uni menggelinjang dahsyat dan tiba-tiba
dia meraung.. ”Andyyyyyyy… ayo Andy….jangan siksa aku dengan nikmat…ayo
Andy tuntaskan….Uni udah nggak tahan,” katanya. Aku tidak mau
berlama-lama. Tanpa banyak variasi lagi langsung ku naiki kedua pahanya
dan kutusukkan juniorku kelobang surganya yang sudah basah kuyup. Dengan
sekali sentak semua batangku yang panjang melesak kedalam. Agak seret
kurasakan, mungkin karena sudah dua tahun nganggur dari aktifitas.
Kugenjot pantatku dengan irama tetap, keluar dan masuk. Uni semakin
menggelinjang. Aku pikir nggak usah lama-lama bersensasi, tuntaskan
saja. Lain waktu baru lama. Melihat reaksinya pertanda mau orgasme,
gerakan pantatku semakin cepat dan kencang. Uni meronta-ronta , menarik
segala apa yang bisa ditariknya, bantal, sepre. Tubuhku tak luput dari
tarikannya. Semua itu dilakukan dengan lebih banyak diam. Dan tiba-tiba
tubuhnya mengejang, “Ahhhhhhhhhhhhhhhh…….,” lolongan panjangnya
menandakan dia mencapai puncak. Aku mempercepat kocokanku diatas
tubuhnya. Tiba-tiba aku dikejutkan dengan hentakan tubuhnya dibarengi
tanganya yang mendorong tubuhku. “Jangan keluarin di dalam ….aku lagi
subur,” suaranya tersengal-sengal ditengah gelombang kenikmatan yang
belum mereda. Kekagetanku hilang setelah tau reaksinya. “Baik Uni
cantik, Andy keluarin diluar ya,” balasku sambil kembali memasukkan
Junior ku yang sempat terlepas dari vaginanya karena dorongan yang cukup
keras. Kembali kupompa pinggulku. Aku rasa kali ini Uni agak rileks.
Tapi tetap dengan diam tanpa banyak reaksi Uni menerima enjotanku. Hanya
wajahnya yang kadang-kadang meringis keenakan. Dan sampailah saatnya,
ketika punyaku terasa mulai berkedut-kedut, cepat-cepat kucabut dari
vagina Uni dan kugencet batang juniorku sambil menyemprotkan sperma.
Kuhitung ada lima kali juniorku meludah. Sekujur tubuh Uni yang mulus
ketumpahan spermaku. Bahkan wajahnyapun belepotan cairan putih kental.
Dan aku terkulai lemas penuh kenikmatan. Kulihat Uni bagkit mengambil
tisu dan meneyka badan serta mukanya. “Andy…kamu sudah memberikan apa
yang belum pernah Uni rasakan,” kata wanita cantik itu sambil rebahan
disampingku. Dengan persetujuan Uni, kami menelpon istriku mengabarkan
kalau batal ke Ancol karena Uni nggak enak badan. Padahal kami
melanjutkan skenario cinta yang menyesatkan. Kami masih tiga kali lagi
melakukan persetubuhan. Dalam dua sessi berikut sangat kelihatan
perkembangan yang terjadi sama Uni. Kalo permainan pertama dia banyak
diam, permainan kedua mulai melawan, permainan ketiga menjadi dominan,
permainan keempat menjadi buas….buas…sangat buas. Aku sempat memakai
kondom biar bisa dengan leluasa menumpahkan sperma saat punyaku ada
didalam vaginanya. “Aku sadar ini dosa, tapi aku juga menikmati apa yang
belum pernah aku rasakan selama bersuami. Suamiku itu adalah pilihan
orang tua dan selisih 20 tahun dengan Uni. Sampai Uda meninggal, Uni
tidak pernah merasakan kenikmatan sexual seperti ini. Sebetulnya Uni
masih kepengen nikah lagi tapi tidak pernah ketemu orang yang tepat.
Mungkin posisi Uni sebagai kepala bagian membuat banyak pria menjauh.”
Cerita Uni sebelum kami sama-sama tertidur pulas.