- Home >
- Nikmatnya Cumbu Istri Konglomerat
Posted by : NashGore
Minggu, 04 Desember 2016
Aku sedang
menyantap makan siang di sebuah cafe yang terletak di lantai dasar
gedung kantorku. Hari itu aku ditemani Pak Erwan, manajer IT
perusahaanku dan Lia, sekretarisku. Biasanya aku makan siang hanya
dengan Lia, sekretarisku, untuk kemudian dilanjutkan dengan acara bobo
siang sejenak sebelum kembali lagi ke kantor. Tetapi hari itu sebelum
aku pergi, Pak Erwan ingin bertemu untuk membicarakan proyek
komputerisasi, sehingga aku ajak saja dia untuk bergabung menemaniku
makan siang. Aku dan Pak Erwan berbincang-bincang mengenai proyek
implementasi software dan juga tambahan hardware yang diperlukan. Memang
perusahaanku sedang ingin mengganti sistem yang lama, yang sudah tidak
dapat memenuhi kebutuhan perusahaan yang terus berkembang. Sedangkan Lia
sibuk mencatat pembicaraan kita berdua. Sedang asyik-asyiknya menyantap
steak yang kupesan, tiba-tiba HPku berbunyi. Kulihat caller idnya..

Nikmatnya Cumbu Istri Konglomerat
Dari
Santi. "Hallo Pak Robert. Kapan nih kesini lagi" suara merdu terdengar
diseberang sana. "Oh iya. Nanti sebentar lagi saya ke sana. Saya sedang
makan siang nih. Bapak tunggu sebentar ya" jawabku. "He.. He.. Sedang
nggak bisa ngomong ya Pak" Santi menggoda. "Betul Pak.. OK sampai ketemu
sebentar lagi ya" kataku sambil menutup pembicaraan. "Dari klien"
kataku. Aku sangat hati-hati tidak mau affairku dengan Santi tercium
oleh mereka. Hal ini mengingat Pak Arief, suami Santi, adalah manajer
keuangan di kantorku. Kebetulan Pak Arief ini sedang aku kirim training
ke Singapore, sehingga aku bisa leluasa menikmati istrinya. Seusai
menikmati makan siang, aku berkata pada Lia bahwa aku akan langsung
menuju tempat klienku. Seperti biasa, aku minta supaya aku tidak
diganggu kecuali kalau ada emergency. Kamipun berpisah.. Mereka kembali
ke lantai atas untuk bekerja, sedangkan aku langsung menuju tempat
parkir untuk berangkat mengerjai istri orang he.. He.. Setelah kesal
karena terjebak macet, sampai jugalah aku di rumah Santi. Hari sudah
menjelang sore. Bayangkan saja, sudah beberapa jam aku di jalan tadi.
Segera kuparkirkan Mercy silver metalik kesayanganku, dan memencet bel
rumahnya. Santi sendiri yang membukakan pintu. Dia tersenyum gembira
melihat kedatanganku. "Aih.. Pak Robert kok lama sih" katanya. "Iya..
Tadi macet total tuh.. Rumah kamu sih jauh.. Mungkin di peta juga nggak
ada" candaku. "Bisa aja Pak Robert.." jawab Santi sambil tertawa kecil.
Dia tampak cantik dengan baju "you can see" nya yang memperlihatkan
lengannya yang mulus. Buah dadanya tampak semakin padat dibalik bajunya.
Mungkin karena sudah beberapa hari ini aku remas dan hisap sementara
suaminya aku "asingkan" di negeri tetangga. Kamipun masuk ke dalam rumah
dan aku langsung duduk di sofa ruang keluarganya. Santi menyuguhkan
orange juice untuk menghilangkan dahagaku. Nikmat sekali meminum orange
juice itu setelah lelah terjebak macet tadi. Dahagakupun langsung
hilang, tetapi setelah melihat Santi yang cantik, dahagaku yang lainpun
muncul. Aku masih bernafsu melihat Santi, meskipun telah lima hari
berturut-turut aku setubuhi dia. Kucium bibirnya sambil tanganku
mengelus-elus pundaknya. Ketika aku akan membuka bajunya, dia menahanku.
"Pak.. Santi ada hadiah nih untuk bapak" "Apaan nih?" jawabku senang.
"Ini ada teman Santi yang mau kenal sama bapak. Orangnya cantik banget."
Lalu dia bercerita kalau dia berkenalan dengan seorang wanita, Susan,
saat dia sedang berolahraga di gym. Setelah mulai akrab, merekapun
bercerita mengenai kehidupan seks mereka. Singkat cerita, Susan
menawarkan untuk berpesta seks sambil bertukar pasangan di rumah mereka.
"Dia ingin coba ini bapak. Katanya belum pernah lihat yang sebesar
punya Pak Robert" kata Santi sambil meraba-raba kemaluanku. "Saya sih OK
saja" jawabku riang. "Oh ya.. Nanti pura-pura saja Pak Robert suamiku"
kata Santi sambil pamit untuk menelpon kenalan barunya itu. Aku dan
Santi kemudian meluncur menuju rumah Susan di kawasan Kemang. Untung
jalanan Jakarta sudah agak lengang. Tak lama kamipun sampai di rumahnya
yang luas. Seorang satpam tampak membukakan pintu garasi. Santipun
menjelaskan kalau kami sudah ada janji dengan majikannya. Susan
menyambut kami dengan ramah. "Ini perkenalkan suami saya" Seorang
laki-laki paruh baya dengan kepala agak botak memperkenalkan diri.
Namanya Harry, seorang pengusaha properti yang sukses. Santipun
memperkenalkan diriku pada mereka. Aku kagum pada rumah mereka yang
sangat luas. Dengan perabot-perabot yang mahal, juga koleksi
lukisan-lukisan pelukis terkenal yang tergantung di dinding. Bayangkan
saja betapa kayanya mereka, karena orang sekelas aku saja kagum melihat
rumahnya yang sangat wah itu. Tetapi aku lebih kagum melihat Susan.
Wanita ini memang cantik sekali. Terutama kulitnya yang putih dan mulus
sekali. Ibaratnya kalau dihinggapi nyamuk, si nyamuk akan jatuh
tergelincir. Disamping itu bodynya tampak seksi sekali dengan buah dada
yang besar dan bentuk tubuh yang padat. Sekilas mengingatkan aku pada
bintang film panas di jaman tahun 80-an.. Entah siapa namanya itu.
Merekapun menyuguhkan makan malam. Kamipun bercerita basa-basi ngalor
ngidul sambil menikmati hidangan yang disediakan. Ditengah makan malam
itu, Santi pamit untuk ke toilet. Dengan matanya dia mengajakku untuk
mengikuti dia. "Pak, habis ini pulang aja yuk" kata Santi berbisik
perlahan setelah keluar dari ruang makan. "Kenapa?" tanyaku. "Habisnya
Santi nggak nafsu lihat Pak Harry itu. Sudah tua, botak, perutnya buncit
lagi". Aku tertawa geli dalam hati. Tetapi aku tentu saja tidak
menyetujui permintaan Santi. Aku sudah ingin menikmati istri Pak Harry
yang cantik sekali seperti boneka itu. Kupaksa saja Santi untuk kembali
ke ruang makan. Setelah makan, kamipun ke ruang keluarga sambil nonton
video porno untuk membangkitkan gairah kami. Tak lama, seorang gadis
pembantu kecil datang untuk menyuguhkan buah-buahan. Tetapi mungkin
karena kaget melihat adegan di layar TV home theater itu, tanpa sengaja
dia menjatuhkan gelas kristal sehingga pecah berkeping-keping. Kulihat
tampak Susan melotot memarahi pembantunya itu, sedangkan si pembantu
kecil itu tampak ketakutan sambil meminta maaf berkali-kali. Adegan di
TV tampak semakin hot saja. Tampak Pak Harry mulai mengerayangi tubuh
Santi di sofa seberang. Sedangkan Santi tampak ogah-ogahan melayaninya.
"Sebentar Pak.. Santi mau lihat filmnya dulu" Aku tersenyum mendengar
alasan Santi ini. Sementara itu Susan minta ijin ke dapur sebentar.
Akupun mencoba menikmati adegan di layar TV. Meskipun sebenarnya aku
tidak perlu lihat yang seperti ini, mengingat tubuh Susan sudah sangat
mengundang gairahku. Tak lama akupun merasa ingin buang air kecil,
sehingga akupun pamitan ke belakang. Setelah dari toilet, aku berjalan
melintasi dapur untuk kembali ke ruang keluarga. Kulihat di dalam, Susan
sedang berkacak pinggang memarahi gadis kecil pembantunya tadi. "Ampun
non.. Sri nggak sengaja" si gadis kecil memohon belas kasihan pada
majikannya, Susan yang cantik itu. "Nggak sengaja nggak sengaja. Enak
saja kamu bicara ya. Itu gelas harganya lebih dari setahun gaji kamu
tahu!!" bentak Susan. "Gajimu aku potong. Biar tau rasa kamu.." Si gadis
kecil itu terdiam sambil terisak-isak. Sementara wajah Susan
menampakkan kepuasan setelah mendamprat pembantunya habis-habisan.
Mungkin betul kata orang, kalau wanita kurang dapat menyalurkan hasrat
seksualnya, cenderung menjadi pemarah. Melihat adegan itu, aku kasihan
juga melihat si gadis pembantu itu. Tetapi entah mengapa justru hasrat
birahiku semakin timbul melihat Susan yang sepertinya lemah lembut dapat
bersikap galak seperti itu. "Dasar bedinde.. Verveillen!!" Susan masih
terus berkacak pinggang memaki-maki pembantunya. Dengan tubuh yang putih
bersih dan tinggi, kontras sekali melihat Susan berdiri di depan
pembantunya yang kecil dan hitam. "Ampun non.. Nggak akan lagi non.."
"Oh Pak Robert.." kata Susan ketika sadar aku berada di pintu dapur.
Diturunkannya tangan dari pinggangnya dan beranjak ke arahku. "Sedang
sibuk ya?" godaku. "Iya nih sedang kasih pelajaran ik punya pembantu"
jawabnya sambil tersenyum manis. "Yuk kita kembali" lanjutnya. Kamipun
kembali ke ruang keluarga. Kulihat Santi masih menonton adegan di layar
sementara Pak Harry mengelus-elus pahanya. Aku dan Susanpun langsung
berciuman begitu duduk di sofa. Aku melakukan "french kiss" dan Susanpun
menyambut penuh gairah. Kutelusuri lehernya yang jenjang sambil
tanganku meremas buah dadanya yang membusung padat. Susanpun melenguh
kenikmatan. Tangannya meremas-remas kemaluanku. Dia kemudian jongkok di
depanku yang masih duduk di sofa, sambil membuka celanaku. Celana
dalamku dielusnya perlahan sambil menatapku menggoda. Kemudian
disibakkannya celana dalamku ke samping sehingga kemaluankupun mencuat
keluar. "Oh..my god.. Bener kata Santi.. Very big.. I like it.." katanya
sambil menjilat kepala kemaluanku. Kemudian dibukanya celana dalamku,
sehingga kemaluankupun bebas tanpa ada penghalang sedikitpun di depan
wajahnya. Dielus-elusnya seluruh kemaluan termasuk buah zakarku dengan
tangannya yang halus. Tingkah lakunya seperti anak kecil yang baru
mendapat mainan baru. Kemaluankupun mulai dihisap mulut Susan dengan
rakus. Sambil mengulum dan menjilati kemaluanku, Susan mengerang,emmhh..
emhh, seperti seseorang yang sedang memakan sesuatu yang sangat nikmat.
Kuelus-elus rambutnya yang hitam dan diikat ke belakang itu. Sambil
menikmati permainan oral Susan, kulihat suaminya sedang mendapat handjob
dari Santi. Tampak Santi mengocok kemaluan Pak Harry dengan cepat, dan
tak lama terdengar erangan nikmat Pak Harry saat dia mencapai
orgasmenya. Santipun kemudian meninggalkan Pak Harry, mungkin dia pergi
ke toilet untuk membersihkan tangannya. Sementara itu Susan masih dengan
bernafsu menikmati kemaluanku yang besar. Memang kalau kubandingkan
dengan kemaluan suaminya, ukurannya jauh berbeda. Apalagi setelah dia
mengalami orgasme, tampak kemaluan Pak Harry sangat kecil dan tertutup
oleh lemak perutnya yang buncit itu. Tak heran bila istrinya sangat
menikmati kemaluanku. Tak lama Santipun kembali muncul di ruang itu, dan
menghampiriku. Susan masih berjongkok di depanku sambil mempermainkan
lidahnya di batang kemaluanku. Santi duduk di sampingku dan mulai
menciumiku. Dibukanya bajuku dan puting dadakupun dihisapnya. Nikmat
sekali rasanya dihisap oleh dua wanita cantik istri orang ini. Seorang
di atas yang lainnya di bawah. Sementara Pak Harry tampak menikmati
pemandangan ini sambil berusaha membangkitkan kembali senjatanya yang
sudah loyo. Kuangkat baju Santi dan juga BHnya, sehingga buah dadanya
menantang di depan wajahku. Langsung kuhisap dan kujilati putingnya.
Sementara tanganku yang satu meremas buah dadanya yang lain. Sementara
Susan masih mengulum dan menjilati kemaluanku. Setelah puas bermain
dengan kemaluanku, Susan kemudian berdiri. Dia kemudian melepaskan
pakaiannya hingga hanya kalung berlian dan hak tingginya saja yang masih
melekat di tubuhnya. Buah dadanya besar dan padat menjulang, dengan
puting yang kecil berwarna merah muda. Aku terkagum dibuatnya, sehingga
kuhentikan kegiatanku menghisapi buah dada Santi. Susan kemudian
menghampiriku dan kamipun berciuman kembali dengan bergairah. "Ayo isap
susu ik " pintanya sambil menyorongkan buah dada sebelah kanannya ke
mulutku. Tak perlu dikomando lagi langsung kuterkam buah dadanya yang
kenyal itu. Kuremas, kuhisap dan kujilati sepuasnya. Susanpun mengerang
kenikmatan. Setelah itu, dia kembali berdiri dan kemudian berbalik
membelakangiku. Diapun jongkok sambil mengarahkan kemaluanku ke dalam
vaginanya yang berambut tipis itu. Kamipun bersetubuh dengan tubuhnya
duduk di atas kemaluanku menghadap suaminya yang masih berusaha
membangunkan perkakasnya kembali. Kutarik tubuhnya agak kebelakang
sehingga aku dapat menciumi kembali bibirnya dan wajahnya yang cantik
itu. "Eh.. Eh.. Eh.." dengus Susan setiap kali aku menyodokkan
kemaluanku ke dalam vaginanya. Aku terus menyetubuhinya sambil
meremas-remas buah dadanya dan sesekali menjilati dan menciumi pundaknya
yang mulus. Sementara itu Santi bersimpuh di ujung sofa sambil
meraba-raba buah zakarku, sementara aku sedang menyetubuhi Susan.
Terkadang dikeluarkannya kemaluanku dari vagina Susan untuk kemudian
dikulumnya. Setelah itu Santi memasukkan kembali kemaluanku ke dalam
liang surga Susan. Setelah beberapa menit, aku berdiri dan kuminta Susan
untuk menungging di sofa. Aku ingin menggenjot dia dari belakang.
Kusetubuhi dia "doggy-style" sampai kalung berlian dan buah dadanya yang
besar bergoyang-goyang menggemaskan. Kadang kukeluarkan kemaluanku dan
kusodorkan ke mulut Santi yang dengan lahap menjilati dan mengulumnya.
Benar-benar nikmat rasanya menyetubuhi dua wanita cantik ini. "Ahh..
Yes.. Yes.. Aha.. Aha.. That's right.. Aha.. Aha.." begitu erangan Susan
menahan rasa nikmat yang menjalari tubuhnya. Hal itu menambah suasana
erotis di ruangan itu. Sementara Pak Harry rupanya telah berhasil
membangunkan senjatanya. Dihampirinya Santi dan ditariknya menuju sofa
yang lain di ruangan itu. Santipun mau tak mau mengikuti kemauannya.
Memang sudah perjanjian bahwa aku bisa menikmati istrinya sedangkan Pak
Harry bisa menikmati "istriku". Sementara itu, aku masih menggenjot
Susan secara doggy-style. Sesekali kuremas buah dadanya yang
berayun-ayun akibat dorongan tubuhku. Kulihat Pak Harry tampak bernafsu
sekali menyetubuhi Santi dengan gaya missionary. Tak beberapa lama
kudengar erangan Pak Harry. Rupanya dia sudah mencapai orgasme yang
kedua kalinya. Santipun tampak kembali pergi meninggalkan ruangan.
Sementara aku masih menyetubuhi Susan dari belakang sambil berkacak
pinggang. Setelah itu kubalikkan badannya dan kusetubuhi dia lagi, kali
ini dari depan. Sesekali kuciumi wajah dan buah dadanya, sambil terus
kugenjot vaginanya yang sempit itu. "Ohh.. Aha.. Aha.. Ohh god.. I love
your big cock.." Susan terus meracau kenikmatan. Tak lamapun tubuhnya
mengejang dan dia menjerit melepaskan segala beban birahinya. Akupun
sudah hampir orgasme. Aku berdiri di depannya dan kusuruh dia menghisap
kemaluanku kembali. Sementara, aku lirik ke arah Pak Harry, dia sedang
memperhatikan istrinya mengulumi kemaluanku. Kuremas rambut Susan dengan
tangan kiriku, dan aku berkacak pinggang dengan tangan kananku. Tak
lama akupun menyemburkan cairan ejakulasiku ke mulut Susan. Diapun
menelan spermaku itu, walaupun sebagian menetes mengenai kalung
berliannya. Diapun menjilati bersih kemaluanku. "Thanks Robert.. I
really enjoyed it" katanya sambil membersihkan bekas spermaku di
dadanya. "No problem Susan.. I enjoyed it too.. Very much" balasku.
Setelah itu, kamipun kembali mengobrol beberapa saat sambil menikmati
desert yang disediakan. Kamipun berjanji untuk melakukannya lagi dalam
waktu dekat. Dalam perjalanan pulang, Santi tampak kesal. Dia diam saja
di dalam mobil. Akupun tidak begitu menghiraukannya karena aku sangat
puas dengan pengalamanku tadi. Akupun bersenandung kecil mengikuti
alunan suara Al Jarreau di tape mobilku. "We're in this love together.."
"Kenapa sih sayang?" tanyaku ketika kami telah sampai di depan
rumahnya. "Pokoknya Santi nggak mau lagi deh" katanya. "Habis Santi
nggak suka sama Pak Harry. Udah gitu mainnya cepet banget. Santi
nanggung nih." Akupun tertawa geli mendengarnya. "Kok ketawa sih Pak
Robert.. Ayo.. Tolongin Santi dong.. Santi belum puas.. Tadi Santi horny
banget lihat bapak sama Susan make love" rengeknya. "Wah sudah malam
nih.. Besok aja ya.. Lagian saya ada janji sama orang". "Ah.. Pak Robert
jahat.." kata Santi merengut manja. "Besok khan masih ada sayang"
hiburku. "Tapi janji besok datang ya.." rengeknya lagi saat keluar dari
mobilku. "OK so pasti deh.. Bye" Sebenarnya aku tidak ada janji dengan
siapa-siapa lagi malam itu. Hanya saja aku segan memakai Santi setelah
dia disetubuhi Pak Harry tadi. Setidak-tidaknya dia harus bersih-bersih
dulu.. He.. He.. Mungkin besok pagi saja aku akan menikmatinya kembali,
karena Pak Arief toh masih beberapa hari lagi di luar negeri. Kukebut
mobilku mengarungi jalan tol di dalam kota. Semoga saja aku masih dapat
melihat film bagus tayangan HBO di TV nanti. TAMAT