- Home >
- Partner Bisnis Suamiku Menggairahkan Selangkanganku
Posted by : NashGore
Minggu, 04 Desember 2016
Aku lihat keluargaku dan keluarga Kokoku
sangat bahagia dengan lahirnya cucu pertama mereka, apalagi karena bayi
pertamaku ini adalah laki-laki yang punya arti penting dalam tradisi
chinese. Walaupun aku masih merasa letih akibat dari proses melahirkan
yang panjang, aku bersyukur bisa tetap melahirkan dengan proses alami.
Tetapi bagaimanapun kebahagiaanku terasa belum lengkap karena ayah
biologis dari anakku tidak bisa mendampingi aku saat aku mempertaruhkan
nyawa melahirkannya ke dunia. Ya memang betul, anak yang baru saja
kulahirkan bukanlah berasal dari benih koko atau suamiku sendiri tapi
dari benih mas Yanto, seorang pria pribumi yang merupakan partner bisnis
Koko dan sudah berkeluarga. Aku sempat khawatir apakah anakku nantinya
akan lebih mirip bapak biologisnya dibadingkan dengan ibunya, karena
kalau hal ini terjadi maka perselingkuhanku akan langsung ketahuan.

Partner Bisnis Suamiku Menggairahkan Selangkanganku
Tapi ketakutanku ternyata tidak
beralasan karena mata anakku tetap sipit dan berkulit putih walaupun
beberapa bagian wajahnya lebih mirip mas Yanto dari pada Koko. Aku
berharap akan bertemu mas Yanto nanti di jam besuk untuk memperlihatkan
kepadanya bahwa anak biologisnya itu sehat-sehat saja. Dalam
kegembiraannya Koko dan mertua perempuanku mengatakan bahwa mereka
berharap aku melahirkan 2 sampai 3 anak lagi agar rumah tidak sepi
katanya. Aku hanya tersenyum kecut karena aku tidak begitu yakin apakah
mas Yanto masih mau menghamiliku lagi ? Bahkan aku juga tidak tahu
apakah aku masih punya kesempatan untuk bercinta dengan mas Yanto lagi.
Namaku Syeni, umurku saat itu 29 tahun, aku keturunan Chinese yang masih
totok dan aku sekarang jadi ibu rumah tangga yang sehari-hari bertugas
merawat kedua mertuaku karena suamiku yang umurnya jauh lebih tua dariku
masih serumah dengan orang tuanya. Aku baru menikah satu tahunan dengan
Koko dari perjodohan antar keluarga. Sebenarnya bukan aku tidak mampu
mencari pacar sendiri untuk jadi suamiku tetapi kebanyakan pacarku tidak
sesuai dengan selera orang tuaku yang cukup kolot sehingga akhirnya aku
“terlambat kawin”. Menurut orang-orang wajahku sangat khas oriental
dengan kulit yang putih bersih, rambutku hitam lurus panjang sampai
melewati bahu. Walaupun badanku tidak bisa dibilang langsing, tapi juga
tidak bisa dibilang gemuk karena tidak ada lipatan-lipatan lemak pada
tubuhku. Keistimewaanku adalah ukuran dadaku yang ekstra besar tapi
padat demikian juga dengan pinggulku dan bulatan pantatku yang agak
besar. Bila koko sudah memintaku berpakaian yang seksi, maka sangat
sulit melarang laki-laki untuk tidak melihatku dengan pikiran jorok
mereka. Sebelum menikah, pergaulanku cukup bebas dalam artian aku selalu
tidur dengan pacar-pacarku sejak masih di SMA. Tidak kurang dari lima
orang cowok pernah meniduri aku, masing-masing antara satu sampai dua
tahunan lama berhubungannya. Tentu saja tidak banyak yang tahu
reputasiku kecuali bekas cowok-cowokku itu sendiri karena orang lain
tahunya aku adalah gadis yang baik dan aktivis gereja. Malahan dari lima
orang cowok yang pernah meniduri aku, tiga diantaranya justru aku yang
merenggut keperjakaan mereka. Menikah dengan Kokoku sekarang seolah-olah
hukuman bagi pergaulan bebasku sebelumnya, ruang gerakku menjadi sangat
terbatas karena hampir tidak bisa keluar rumah kecuali untuk belanja
atau ke gereja. Belanja keperluan keluarga sudah terlalu melelahkan bagi
mertuaku, sehingga aku bisa pergi sendiri karena koko juga tidak mau
mengantar. Kalau ke gereja apalagi, Kokoku dan keluarganya sangat
paranoid dengan gereja terutama pendeta-pendetanya tapi untungnya mereka
tidak melarangku untuk ikut aktivitas gereja terutama yang tidak harus
keluar sumbangan. Setelah setahun menikah, aku belum memperlihatkan
tanda-tanda akan hamil padahal kedua mertuaku terus-terusan bertanya
karena menganggap kesempatan untuk anaknya sudah semakin sempit. Aku
menjadi cukup stress memikirkannya karena kalau diperiksa ke dokter
semuanya baik-baik saja. Apakah ini karena dulu aku pernah menggugurkan
kandunganku sampai lima kali ? Tentu saja aku tidak pernah bisa
menceritakan hal ini ke dokter kandunganku. Malah aku bersyukur dokterku
tidak bisa menemukan bekas-bekas aborsi yang pernah aku lakukan. Dari
setiap hubungan dengan kelima orang pacarku, masing-masing pernah
membuatku hamil. Nafsu berahiku yang sangat besar sering membuatku lupa
tempat dan waktu untuk minta segera disetubuhi kepada pacar-pacarku.
Akibatnya ada beberapa persetubuhan yang memaksa pacarku melepaskan
spermanya di dalam tanpa memakai pengaman. Tentu saja hanya aku sendiri
yang tahu berapa kali aku pernah melakukan aborsi, bahkan sebagian besar
cowokku tidak tahu bahwa mereka telah membuatku hamil karena aku keburu
memutuskan hubungan dengan mereka. Hanya pada kehamilan pertama saja
yang diketahui cowokku karena saat itu juga aku sendiri panik dan
terjebak dalam kebingungan yang berlarut-larut sampai usia kandunganku
hampir tiga bulan sebelum akhirnya bisa digugurkan. Aku kenal dengan mas
Yanto karena diperkenalkan oleh Kokoku sebelum kami menikah. Mas Yanto
merupakan partner bisnis Kokoku sejak lama, mereka mendirikan perusahaan
sama-sama yang terus berjalan sampai sekarang. Sejak pertama kali
bertemu aku punya perasaan aneh tentang mas Yanto, bukan perasaan buruk
malah sebaliknya yaitu aku tertarik kepada mas Yanto sebagai wanita
terhadap pria. Kenapa aku bilang aneh karena aku biasanya tidak pernah
tertarik kepada pria beristri dan aku juga sebenarnya tidak pernah
tertarik pada pria pribumi. Umur mas Yanto lebih tua dari koko, sangat
ramah dan penuh perhatian, selalu mendengar lawan bicaranya tanpa pernah
meremehkannya walaupun ternyata dia lebih benar. Hal ini sangat berbeda
dengan kokoku yang tidak pernah menanggapiku kalau pendapatku sudah
dianggapnya salah. Secara fisik walaupun sudah umur 40an, mas Yanto juga
terlihat seksi dengan bulu-bulu tangannya yang lebat. Sedangkan kumis
dan jenggotnya yang lebat tapi beruban menunjukkan kematangannya dengan
asam garam kehidupan. Tekanan mertua dan suami ditambah rahasia masa
lalu yang tidak bisa aku ceritakan pada siapapun membuat aku sering
sakit-sakitan sampai akhirnya aku bisa berkomunikasi dengan mas Yanto.
Awalnya sederhana saja, aku memang sengaja mencari dan meng-add akun mas
Yanto di FBku. Rasa ketertarikanku pada mas Yanto membuatku nekat ingin
lebih mengenal dia dan berusaha bisa berkomunikasi. Ternyata mas Yanto
sama sekali tidak keberatan berkomunikasi denganku dengan catatan jangan
sampai diketahui oleh kokoku karena dia tahu persis adat buruknya. Oleh
karena itu kami hanya menggunakan identitas asli saat menggunakan akun
fesbuk tetapi untuk chatting masing-masing sudah punya nama samaran lain
Awalnya aku hanya berkomunikasi untuk berbasa basi saja atau
bertanya-tanya seputar pekerjaan kokoku supaya aku bisa lebih mengerti
dia. Kokoku benar-benar terlalu malas untuk menerangkan pekerjaannya
sendiri kepadaku karena aku Cuma lulusan SMA dibandingkan dia yang
lulusan S1 perguruan tinggi ternama dan S2 dari luar negeri. Tapi lama
kelamaan aku mulai berani curhat ke mas Yanto, tentu saja awalnya hanya
untuk hal-hal sepele tapi lama kelamaan karena jawaban-jawaban dari mas
Yanto begitu menyejukkan aku mulai memasuki daerah pribadi. Seperti
keluhanku saat bersetubuh dengan koko sampai kepada kehidupan seksku di
masa lalu. Sebenarnya sih aku “terjebak” oleh kecerdikan mas Yanto yang
mulai melihat bahwa pengalaman seksku lebih baik dari pada kokoku. Tapi
karena dia tidak pernah menghakimi sama sekali perbuatanku, maka aku
malah merasa benar-benar telah menemukan teman curhatku. Tentu saja aku
belum berterus terang bahwa aku pernah melakukan aborsi, bahkan sampai
lima kali, karena aku belum berani menebak reaksinya terhadap hal yang
satu ini. Chatting di internet memang memungkinkan orang untuk melewati
batas-batas yang hampir tidak mungkin dilakukan di dunia nyata oleh
orang-orang yang sebenarnya saling asing sama sekali. Awalnya aku yang
mencoba memancingnya untuk “menaikkan status” menjadi berpacaran di
dunia maya karena toh sekarang kami sudah menggunakan nama samaran
masing-masing. Ternyata mas Yanto bersedia saja selama kami menambah
beberapa kode “pengaman” untuk mencegah akun masing-masing diterobos
orang lain. Jadilah kami mulai berpacaran di dunia maya, seperti
pacaranku sebelumnya aku merasa bebas untuk “berhubungan seks” dengan
pacarku termasuk yang di dunia maya kali ini. Apabila aku belum orgasme
setelah disetubuhi koko, aku minta mas Yanto untuk memuaskanku sampai
orgasme melalui persetubuhan ala chatting. Apabila mas Yanto bilang “aku
remas remas payudaramu”, maka aku meremas-remas payudaraku dengan
membayangkan mas Yanto yang melakukannya. Biasanya hanya sampai
mengelus-elus vaginaku saja oleh chattingannya mas Yanto, aku sudah bisa
orgasme. Aku benar-benar mulai tergila-gila dengan mas Yanto dan
benar-benar mulai menganggap bahwa aku ini adalah pacar gelapnya dia.
Untuk semakin memudahkan komunikasi kami, mas Yanto lalu mengajarkanku
untuk memanfaatkan webcam dari netbookku sehingga sekarang kami bisa
saling melihat satu dengan lainnya. Tanpa malu-malu aku sering tampil di
depan webcam mulai dari berpakaian seksi, berpakaian minim,
bertelanjang bulat sampai beronani. Tentu saja hal itu hanya bisa aku
lakukan saat koko sedang tidak ada di rumah, sedangkan mertuaku tidak
mungkin bisa memergokiku karena kamarku ada di lantai 2. Bercumbu di
dunia maya lama kelamaan mulai tidak cukup buatku, aku mulai
menginginkan bercinta sungguhan dengan mas Yanto. Saat aku sampaikan
keinginanku ini, ternyata mas Yanto pun punya keinginan yang sama.
Walaupun begitu ternyata sangat sulit menemukan waktu yang pas untuk
bertemu karena mas Yanto ingin persetubuhan yang pertama harus penuh
kesan bukan persetubuhan singkat di mobil misalnya. Hal ini membuatku
hampir menjadi putus asa karena waktu yang tersedia bagiku amat terbatas
yaitu saat aku ke pasar atau ke gereja. Tapi akhirnya kesempatan itu
datang juga, karena suatu hal Koko tidak bisa pergi ke Singapura untuk
membeli obat buat mertuaku sehingga dia memintaku yang pergi ke sana.
Kesempatan ini tidak aku sia-siakan, aku sekalian membujuk Koko untuk
membiarkan aku berobat menyuburkan kandunganku di Singapura, terserah
itu dilakukan di rumah sakit atau ke shinshe yang ada di sana. Dasar
kalau sudah hoki, ternyata mertuaku sangat mendukung bahkan ikut
mencarikan informasi mengenai klinik yang bisa aku datangi. Akhirnya aku
dapat ijin untuk pergi ke Singapura selama lima hari karena memang
perawatannya sendiri memerlukan proses pengambilan sampel sebelum dan
saat memasuki masa suburku. Aku mengatur jadwal kepergianku bersama-sama
dengan mas Yanto, tentu saja tanpa sepengetahuan Koko. Kami akan
menginap di hotel yang sama tetapi berbeda kamar, mas Yanto sendiri
menyiapkan dua kamar untuk berjaga-jaga dari semua kemungkinan.
Penerbangan kami tadinya akan dibuat berbeda, tetapi mas Yanto khawatir
kalau ada sesuatu menimpaku karena aku tidak pernah benar-benar pergi
sendiri ke luar negeri sehingga akhirnya kami menggunakan penerbangan
yang sama. Pada hari H sesampainya di bandara aku segera bergegas ke
business lounge seperti yang diminta mas Yanto karena dia sudah menunggu
di sana. Setelah cipika cipiki kami mencoba mengobrol, ternyata semua
jadi kikuk lagi tidak selancar waktu ngobrol chatting di internet tapi
akhirnya mas Yanto berhasil mencairkan suasana dengan
gurauan-gurauannya. Walaupun kami berusaha bersikap sewajar mungkin tapi
tidak bisa dipungkiri tetap terlihat ada suasana kemesraan di antara
kami. Sebagian orang di sana sering melirik kami dengan pandangan heran
karena melihat pasangan pribumi sawo matang berbaju kasual dengan
Chinese putih yang sangat sipit yang berbaju seksi. Akhirnya waktu untuk
boarding tiba, sebelum kami berjalan ke boarding lounge mas Yanto
tiba-tiba berbisik padaku untuk melepas celana dalamku di toilet
business lounge sebelum naik pesawat. Mukaku sampai merah merona karena
jengah mendengarnya dan sempat protes karena aku sudah memakai rok mini
yang tinggal 1/3 paha kalau sedang duduk tapi mas Yanto keukeuh pada
permintaannya. Walaupun aku tidak mengerti tujuannya tetapi aku turuti
juga kemauan mas Yanto yang menungguku melepas celana dalamku di luar
pintu toilet dengan senyuman nakal. Entah bagaimana caranya mas Yanto
bisa mengatur kami duduk berdampingan di pesawat padahal waktu check-in
kami terpisah dan kami duduk di baris yang memang hanya ada dua kursi
saja. Aku kembali terheran-heran saat mas Yanto mengambil selimut yang
tersedia di bagasi cabin dan memakainya untuk menutupi pahaku yang hanya
tertutup rok mini. Pikirku mungkin mas Yanto tidak terbiasa berjalan
dengan wanita yang berpakaian seksi karena istri dan anak perempuan mas
Yanto sehari-harinya pakai jilbab. Hal itu berbeda dengan Kokoku yang
selalu menginginkan aku berpakaian seseksi mungkin, apalagi karena
payudaraku sangat besar dan bulat membuat dia selalu membelikan aku
baju-baju yang membuat kelebihan ukuran dadaku semakin terlihat. Di
dalam pesawat aku mulai berani bergelendotan manja dengan mas Yanto yang
membalasnya dengan kecupan-kecupan kecil di pipi dan bibirku. Jantungku
mulai berdebar kencang membayangkan apa yang akan kami lakukan selama
beberapa malam ke depan tanpa gangguan siapapun. Setelah pesawat
take-off tangan mas Yanto mulai masuk kebalik selimut yang menutup
pahaku. Sekarang aku jadi mengerti tujuan mas Yanto menyuruhku membuka
celana dalam dan kemudian menutupinya dengan selimut. Tanpa kusadari
kulit wajahku kembali merah merona dan nafasku mulai memburu, padahal
tangan mas Yanto baru memijat-mijat pahaku saja. “Hhhhhhhh ….” Aku
mendesah pelan sekali saat tangan mas Yanto mulai mengusap-usah pangkal
pahaku. Secara naluriah aku membuka pahaku selebar yang memungkinkan di
kursi pesawat dan merubah posisi dudukku agak sedikit melorot pada
sandaran kursi supaya seluruh bagian vaginaku lebih mudah dijangkau.
“Ahhhh …mmmassshhhhh….” Aku mendesah tertahan sambil memeluk tangan mas
Yanto ketika kelentitku mulai diusap-usap jari tangannya dan mebuat
cairan vaginaku mulai membasahi lubang senggamaku. “Masukin massh…
ohhh…masukiiiinnnn …aja…massshhhh…” Erangku karena sudah tidak tahan
lagi kalau jari-jari mas Yanto hanya menggesek di luar lubang senggamaku
saja. CLEEPPP ….. kurasakan salah satu jari mas Yanto sudah masuk ke
dalam liang senggamaku Srrtt..srrttt ….srrrtt … dengan cepat jari itu
keluar masuk liang senggamaku di balik selimut. “A…a…a….a…” aku berusaha
bertahan sekuat tenaga supaya tidak mengeluarkan jeritan kenikmatanku
hingga akhirnya tanpa sadar aku menggigit-gigit lengan mas Yanto yang
dari tadi sudah aku peluk. “Ooohhh Tuhaann ….oohh Tuhann … nikmat
sekali…ohhhh …” Gumamku saat kurasakan orgasmeku hampir tiba.
“Oucccchhhhhhhh…..masss….ahhhhhh….” Tanpa sadar aku menggeliat di kursi
saat orgasmeku datang dan membuat selimutnya melorot walapun mas Yanto
masih sempat menariknya kembali. “Aduuuh enak sekali mas … terima kasih
ya …” Kataku sambil membantu mas Yanto membersihkan jari-jari tangannya
yang belepotan oleh cairan vaginaku sampai ke punggung dan telapak
tangannya. Aku juga sempat mencubit mas Yanto karena cemburu ketika
seorang pramugari mencoba bermain mata dengannya sambil memasukkan
jarinya kedalam bibirnya walaupun mas Yanto hanya menanggapinya dengan
senyum ramah biasa. Mungkin pramugari itu bisa menduga apa yang
dilakukan mas Yanto kepadaku dari balik selimut yang menutupiku.
Fantasiku mulai melayang ke mana-mana, bayangkan saja dalam waktu kurang
dari 5 menit dan hanya dengan jari tangannya saja mas Yanto bisa
membuatku orgasme. Padahal selama ini setiap cowok yang sudah meniduri
aku jarang sekali yang bisa membuatku orgasme. Aku jadi makin tidak
sabar ingin segera berhubungan badan dengan mas Yanto, kata beberapa
temanku penis orang pribumi rasanya lain dan gaya mereka bercinta juga
berbeda. Dari pengalamanku berhubungan badan dengan Koko maupun kelima
pacarku yang semuanya Chinese, semua rasanya sama saja kalau sudah di
dalam liang senggamaku walaupun ukuran penisnya beda-beda. Beberapa
menit kemudian pesawat sudah mendarat di Changi Airport dan kembali saat
kami jalan berdua menuju imigrasi orang-orang sering memandang kami
dengan pandangan ganjil atau senyum nakal. Waktu aku tanya ke mas Yanto
apakah dia melihat seperti yang aku lihat atau itu hanya perasaanku saja
karena pertama kalinya kami bepergian bersama. Mas Yanto menjawab bahwa
dia juga melihat apa yang aku lihat, menurutnya selain perbedaan ras
penampilan kami memang jauh berbeda. Mas Yanto berpenampilan dewasa dan
kalem, sedangkan aku terlihat seksi dan nakal karena mungkin sudah
dibiasakan oleh Kokoku. Saran dari mas Yanto adalah aku merubah sedikit
penampilanku agar kami tidak jadi terlalu mencolok. Walaupun tidak
dikatakannya langsung, aku juga mengerti bahwa dia tidak ingin aku
dianggap sebagai wanita bayaran yang mendampingi pengusaha atau pejabat
pribumi yang sedang berlibur. Tanpa terasa kami sudah sampai di hotel
Grand Hyatt di Scotts Road yang biasa di pakai Koko kalau dia ke
Singapore. Kamar-kamar kami selain berbeda juga berada di tower yang
terpisah dengan lift sendiri-sendiri. Mas Yanto sudah memperhitungkan
semuanya dengan cukup teliti karena dia tahu betul sifat Kokoku. Mas
Yanto juga sudah membeli SIM Card lokal untuk kami pakai berkomunikasi
satu sama lain selama di Singapore. Begitu sampai ke kamar aku mulai
gelisah karena sangat kangen dengan mas Yanto, apalagi dengan kejadian
di pesawat tadi. Tapi mas Yanto pesan bahwa aku jangan mengontak dia
tapi harus menunggu dia yang mengontak aku karena dia belum
mempersiapkan HPku untuk diisi nomor lokal tadi. Ting…toooooong …
tiba-tiba bel kamarku berbunyi Ternyata mas Yanto yang ada di luar
pintu. Aku segera membukakan pintu untuknya dan menyambutnya dengan
gembira karena benar-benar tidak menyangka mas Yanto akan ke kamarku
secepat ini. Hhhhhhmmmmmpppphhhh …. Aku langsung mencium bibirnya dengan
penuh rasa rindu sampai lupa menutup pintu kamarku. “Kok lama sekali
datangnya .... ?” Kataku manja setelah kami selesai berciuman, padahal
aku sendiri baru saja meletakkan koper dan bersih-bersih sedikit tapi
belum sempat ganti baju. “Saya tadi harus cari tahu dulu siapa pemilik
benda ini …” jawab mas Yanto sambil memperlihatkan celana dalam hitam
transparan yaitu celana dalam yang aku copot di Cengkareng. Rupanya mas
Yanto berhasil mencomotnya dari tasku tanpa aku ketahui. “Aduuuuh kok
jadi ada di sana sih ?” Mukaku langsung berubah merah karena malu. Waktu
aku berhasil merebutnya malahan mas Yanto kembali memelukku dengan satu
tangannya sedangkan tangan yang lain langsung merogoh masuk kedalam rok
miniku yang tentu saja masih belum memakai celana dalam lagi. Aku
segera melepas rok miniku itu sehingga sekarang bagian bawahku sudah
telanjang. Mas Yanto langsung meresponnya dengan melepaskan celana yang
dipakainya dan kemudian celana dalamnya. “Iiiiiihhhhhhhh …. !!!” Spontan
aku berteriak kaget waktu melihat penis mas Yanto yang sudah mengacung
ke arahku. Penis mas Yanto ukurannya biasa-biasa saja, tapi yang sangat
berbeda adalah warnanya yang hitam kemerahan dan bentuknya yang pipih
bukan bulat. Di sekeliling penisnya terlihat banyak urat-urat pembuluh
darah yang menggelembung sehingga penis itu seperti batang pohon yang
dililit oleh akar-akar bahar disekelilingnya. Aku merasakan liang
senggama di vaginaku berkontraksi dan mulai lembab karena bentuk penis
Yanto yang sebenarnya agak menyeramkan bagiku tetapi mulai membangkitkan
gairah berahiku dengan seketika. “Kenapa sayang ?” Tanya mas Yanto
keheranan. “Aku belum pernah lihat penisnya pri … eh … seperti ini”
Jawabku kagok “Maksudnya belum pernah liat penis orang pribumi ya ?”
Canda mas Yanto “Mau cicipin sekarang ?” “Mauuuuu ….” Kataku manja
sambil mencium mas Yanto, sedangkan tangan kananku memegang penisnya.
Vaginaku semakin lembab oleh cairan dan mulai terasa berdenyut-denyut
karena aku terangsang sendiri saat menggenggam penis mas Yanto. Ketika
menggenggam penisnya yang pipih, aku seperti sedang memegang ikan lele
yang besar yang berontak ingin lepas. “Masukkin langsung aja masss ….
Aku udah ga tahan pengen diijut” kataku memakai istilah dalam bahasa
sunda jalanan untuk bersetubuh. Tanpa menunggu lagi mas Yanto langsung
mendorong tubuhku ke dinding kamar hotel, kemudian dengan menekuk kedua
lututnya penisnya mulai diarahkan vaginaku untuk mencari lubang
senggamanya. Kepala penis mas Yanto aku pegang dengan jari-jariku untuk
membantunya mencapai liang senggamaku. Terus terang aku belum pernah
bersetubuh sambil berdiri dengan cowok-cowokku sebelumnya, apalagi
dengan Kokoku. “Aaaaahhhhhh ……” Aku mendesah saat kepala penisnya masuk
kedalam liang senggamaku, mas Yanto tidak langsung memasukkan seluruh
batangnya tapi memutar-mutar dulu kepala penisnya seolah-olah ingin
mengenali situasinya dulu. BLESSSSSSSS …… Pelan-pelan batang penis mas
Yanto masuk ke dalam liangku sampai masuk seluruhnya dengan mulus karena
vaginaku benar-benar sudah siap menerima tamu. “Adddddaaaawwwwwwww
…..auhhhhhh…aaaahhhhhh ….” Aku mengerang kenikmatan. Sambil tangannya
menyangga kedua pantatku, mas Yanto meluruskan kembali kakinya yang tadi
ditekuk sehingga otomatis aku terangkat ke atas seperti melayang dan
terasa nikmat sekali. Kemudian aku diminta untuk melingkarkan kaki di
pinggulnya sedangkan tanganku memeluk lehernya. Mas Yanto mulai memompa
penisnya keluar masuk vaginaku dengan gerakan pelan sambil sedikit
menekan sehingga aku merasa sedang dipaku di dinding dengan penis
sebagai pasaknya. Cairan vaginaku mengalir dengan derasnya sampai keluar
dan membasahi bulu kemaluan kami berdua. “Ahhh ….ahhhh
…hehhhh…hehhhh…ahhhh…ahhh” aku terus mengeluarkan desah nikmat mengikuti
irama gerakan penisnya dengan mata sipitku yang terpejam. Pakaian
bagian atasku yang masih lengkap dengan BH karena belum kulepas mulai
kusut dan basah oleh keringat, pakaian mas Yanto juga sudah mulai
acak-acakan. Posisi bersetubuh kami memang hanya melekatkan tubuh pada
bagian pinggul kebawah sehingga tidak terlalu mengganggu. “Aduuuhhhh
massshh … enak sekali ….ahhhh ….enak terusshhh…shhhh…” Aku mulai meracau
bersamaan denga semakin memuncaknya rasa nikmatku.
“Aaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhh ………masssssssss…….akuuuu…dappppaaaaaaaattt”
aku menjerit saat orgasmeku meledak dengan tiba-tiba. Kaki dan tanganku
langsung menjepit tubuh mas Yanto dengan kencang, mukaku terasa memerah
dan mata sipitku tiba-tiba melotot saat mencapai puncak kenikmatanku
dari penis orang pribumi pertamaku. Setelah klimaks orgasmenya berlalu,
aku langsung merasa lemas sehingga kakiku tidak kuat lagi menjepit
pinggangnya dan terjuntai lemas. Mas Yanto menghentikan pompaannya,
kemudian memelukku dan menyandar kepalaku di bahunya lalu aku
dibopongnya ke ranjang dengan penisnya masih ada di dalam vaginaku.
“Uuuuuuuuhhhhhhhhhhh …..” aku melenguh nikmat saat penis mas Yanto
terlepas dari vaginaku setelah membaringkanku di tempat tidur. Dengan
telaten mas Yanto melepas baju dan BH yang tersisa, kemudian dia
melepaskan juga bajunya sendiri sehingga sekarang kami berdua sudah
telanjang bulat. Aku lihat penis mas Yanto masih tegak melengkung ke
atas dan berkilat-kilat terkena cahaya dari layar TV. Rupanya mas Yanto
masih belum ejakulasi, padahal biasanya cowok-cowokku ejakulasi duluan
sebelum aku orgasme atau paling tidak bersamaan datangnya. Kakiku
direntangkannya lebar-lebar dengan satu tangannya sedangkan tangannya
yang lain mengocok-ngocok penisnya sambil diarakan ke liang senggamaku.
BLESSSSS ….. dengan sekali genjotan pada pinggulnya seluruh batang
penisnya langsung masuk ke dalam vaginaku sampai kepangkalnya.
“Auuuuuhhhhhhhhhhhhh…..Masshh …pelan-pelan” jeritku karena merasa
sedikit ngilu pada vaginaku akibat persetubuhan kami yang sambil berdiri
tadi. Dengan lembut mas Yanto mulai menggerakkan penisnya maju mundur
di dalam liang senggamaku yang belum terlalu basah setelah tadi rehat
untuk mengulum penis itu tadi. Walaupun begitu bukan berarti
kenikmatannya berkurang, apalagi mas Yanto memang sangat telaten
mencari-cari area di dalam rongga liang senggamaku yang lebih sensitif
apabila disentuh dengan penisnya. “Aduh mas enak sekali di situ ….ohhhh
….ohhhh….oohhhhhhh” Reaksi spontanku terhadap titik sensitif yang
disentuh penisnya juga menjadi sangat membantu mas Yanto untuk mengerti
kebutuhanku. Tanpa harus menunggu lama vaginaku mulai basah lagi …
CROK…. CROK …. CROK …. CROK ….CROK ….mulai terdengar bunyi nyaring dari
cairan vaginaku yang terpompa keluar oleh gerakan penis mas Yanto.
“Ohhhhhh….enak sekali…ahhhh….ahh…..ahh….” Aku terus mendesah nikmat Mas
Yanto menaikkan kakiku ke bahunya dan merubah posisi badannya menjadi
setengah berjongkok sehingga pinggulku otomatis agak terangkat juga.
Dalam posisi ini tanpa ampun mas Yanto memompakan penisnya dengan sangat
cepat membuatku tubuhku bergoyang-goyang sesuai irama pompaannya.
Penisnya terasa melesak sangat dalam ke arah rahimku membuatku ingin
meraung raung kenikmatan kalau tidak malu sama mas Yanto, akhirnya aku
meremas-remas dan menggigit-gigit bantal yang ada di kepalaku sebagai
pengalihannya. “Arrrrkkkhhhhh ….arrrkkkkkhhhh ….arrrkkkkhh …” Akhirnya
aku hanya mengeluarkan erangan tertahan dengan badan yang
melenting-lenting di ranjang. CROK…CROK …CROK….CROK …CROK … Bunyi becek
dari vaginaku semakin keras terdengar
“AAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH……” Aku melolong kenikmatan saat aku
kembali mendapat orgasme. Mataku yang sipit membelalak sejenak sebelum
berputar sampai hanya kelihatan putih matanya saja. Pompaan penis mas
Yanto makin lama makin pelan mengikuti redanya puncak orgasmeku, kakiku
juga diturunkan dari bahunya lalu tubuhnya direbahkan sambil menindih
tubuhku. “Kamu bisa menikmatinya sayang ?” Bisik mas Yanto sambil
mencium bibirku dan mengecup-ngecup pipi serta leherku “Aku belum keluar
lhooo…” “Enak sekali mas, benar-benar merupakan pengalaman yang sama
sekali baru” Jawabku sambil membalas ciuman dan kecupannya. “Mas mau
minta Syeni ngapain supaya mas bisa keluar ?” Aku menawarkan bantuan
agar mas Yanto bisa ejakulasi. Mas Yanto minta kami merubah posisi
dengan aku ada di atasnya tanpa melepaskan penis dari vaginaku terlebih
dahulu. Akhirnya sambil berciuman kami berguling di ranjang sampai
posisi kami berbalik di sisi lainnya. Aku lihat bed cover tempat kami
bersetubuh sebelumnya sudah basah oleh cairan vaginaku sehingga
meninggalkan noda yang cukup lebar. “Ahhhh ….” Aku mendesah pelan saat
payudaraku dicium dan diremas oleh mas Yanto. Dengan lahap putting
payudaraku di hisap-hisapnya, sedangkan payudaraku yang lainnya di
remas-remas dengan tangannya. Payudaraku sangat besar, sehingga telapak
tangan mas Yanto yang sudah lebarpun hanya bisa meremas tidak sampai
setengah bagiannya. Sambil menikmati permainan mas Yanto pada payudaraku
dalam kondisi setengah tengkurap aku mulai bergerak memaju mundurkan
pinggulku untuk menggesekan penis Yanto dalam lubang seggamaku.
“Ohhhhh….shhhhh…” Aku kembali mendesah menikmati hasil dari pergerakanku
sendiri. Makin lama aku aku bergerak makin cepat dan diimbangi oleh mas
Yanto dengan gerakan pinggulnya yang menekan penisnya makin kedalam
saat gerakan mundurku membuatku menjerit-jerit nikmat. “AAAAHHHH
….AHHHHH…..AHHHHHH ….AAmmmpppphhhhhh” Jeritanku kadang disumpal mas
Yanto dengan ciumannya, mungkin dia khawatir jeritanku “mengganggu”
tamu-tamu lain. Aku kemudian diminta untuk mengambil posisi dengan badan
yang lebih tegak seperti sedang menaiki kuda sehingga gerakanku
sekarang adalah naik turun. Mas Yanto tetap mengimbangiku dengan
menaikkan pinggulnya untuk menyambut setiap gerakan turunku yang membuat
seolah penisnya menancap dalam-dalam tembus sampai jantungku. Belum
lagi aktivitas tangannya yang meremas payudaraku, mempermainkan
putingnya atau mempermainkan kelentiku. “Mass…enak mashhh…. Kontolnya
enak sekali….mashhh kontolnyaaaahhh” Aku meracau dengan pilihan
kata-kata yang sudah tidak terkontrol lagi. Maklum sebagai orang yang
berasal dari keluarga cina totok, aku hanya bergaul dengan buruh pribumi
level bawah di toko atau perusahaan kami yang pilihan bahasanya sering
kali kasar. “Ohhhh….ohhhhh…ohhhhh….ohhhh…..” Gelombang orgasme terasa
mulai muncul lagi sehingga aku mulai mempercepat gerakanku. Butir-butir
keringat mulai muncul di sekujur tubuhku membuat tubuhku menjadi kuning
berkilatan. Rambutku yang asalnya panjang terurai sampai ke punggung
mulai acak-acakan menutupi sebagian mukaku sampai ke dadaku.
“Mass….aaakkkuuu udaaah mau dappaaatthhhh …..” Teriakku dengan tubuh
mulai bergetar karena diterjang gelombang orgasme yang begitu nikmat.
“Syeniii….saya juga akan keluarrrr ….” Sambut mas Yanto sambil menahan
pinggulku dibawah dan dia sendiri melentingkan tubuhnya untuk membuat
penisnya tertancap dalam-dalam. “Ouuhhhhh …keluarkan semua pejunya
masshhh ….untukkuu…..” Keluarnya air mani di dalam tubuhku seperti bonus
bagi kenikmatan sebelumnya. SROOOOTTT….SROOOTTT ….SROOOTTTT
….SROOOTTT….SROOOOTTT …srrrt …srrttt…srttt Lima semprotan air mani yang
kuat aku rasakan membanjiri rahimku diikuti beberapa semprotan kecil
sesudahnya. Untuk sejenak aku seperti tidak sadarkan diri, tidak ada
yang bisa aku ingat selain kenikmatan puncak yang sedang aku rasakan
sekarang. Orgasme yang dibarengi dengan semprotan air mani mas Yanto
merupakan orgasme pamungkas yang sempurna bagiku. Setelah berahiku mulai
reda badanku ambruk di atas tubuh mas Yanto yang segera memelukku
dengan mesranya. Rambutku yang acak-acakan dirapikannya dan kemudian
menciumi aku dengan hangat. “Syeni, kamu sangat luar biasa …. Saya
benar-benar dipuaskan oleh kamu” Bisik mas Yanto kepadaku dengan suara
yang mesra. “Mas Yanto juga hebat sekali…aku sangat menikmati ijutannya
bikin ketagihan” Jawabku malu-malu dengan nafas masih belum teratur.
“Apalagi semprotan pejunya juga sangat enak, nikmat sekali ….” Lanjutku
sambil tersenyum manis. “Kamu mau aku cariin pil anti hamil untuk
berjaga-jaga ?” Mas Yanto berbalik tanya seperti teringat sesuatu
setelah aku bicara soal semprotan air maninya di dalam tubuhku tadi. “Ga
usah mas, malah lebih baik kalau aku bisa punya anak dari mas …” Kataku
manja hingga jadi malu sendiri dan membenamkan mukaku di dadanya. Mas
Yanto kemudian mengangkat mukaku dan memandangku dengan lembut tapi
terlihat serius “Syeni kamu pikirkan baik-baik dulu, jangan sampai
omongan kamu itu hanya bawaan emosi karena kita habis bercinta” “Tapi
saya tidak keberatan kalau Syeni memang ingin dibuahi dengan benihku “
Lanjut mas Yanto Aku hanya mengangguk sebagai jawabannya karena tekadku
sudah bulat, bahkan sebelum pergi ke sini aku memang sudah bertekad
untuk punya anak dari mas Yanto saja dari pada dibilang tidak subur oleh
keluarga kokoku. “Aaaahhhhhhhhhhhhhh ….” Aku kembali mendesah saat mas
Yanto melepas penisnya yang mulai lunak kembali. Dia kemudian mengambil
handuk kecil dari kamar mandi yang sudah di beri air hangat, dengan
lembut dibasuhnya vaginaku dengan handuk hangat tadi sampai bersih baru
dia membersihkan penisnya sendiri. Setelah membuka bed cover yang basah
oleh keringat kami dan cairan vaginaku, kami berbaring kembali di
ranjang dengan tetap bertelanjang bulat. Saat itu kami pergunakan untuk
“lebih mengenal” perabotan masing-masing yang sebelumnya dipergunakan.
Bulu vaginaku yang hitam tipis dan berbentuk pohon palm merupakan
favorit mas Yanto selain kelentitku yang panjang. Mas Yanto juga bisa
menebak bahwa aku udah pernah hamil lebih dari dua bulan sebelum
digugurkan hanya dari bentuk putingku yang memang sudah membesar dan
berwarna lebih gelap saat aku masih perawan. Aku hanya bisa mengiyakan
dan minta maaf karena tidak berterus terang sebelumnya sambil jantungku
jadi berdebar takut perasaan mas Yanto jadi berubah terhadapku. Mas
Yanto ternyata tidak marah, hanya dia berpesan kalau memang ingin serius
tentang dihamili olehnya, maka dia tidak ingin aku menggugurkan
kandungannya lagi. Saat aku bertanya mengenai kenapa penisnya berbeda
dengan penis-penis yang pernah aku kenal apakah ada hubungan dengan ras.
Dia bilang perbedaan utama adalah karena sebagai muslim penisnya sudah
disunat sejak kecil sehingga pertumbuhannya berbeda dengan penis-penis
yang tidak disunat atau disunat setelah dewasa. Penis cowok-cowokku
memang ujungnya tertutup kulit saat sedang tidak berereksi sedangkan
kepala penis mas Yanto langsung terbuka dengan lekukan miring dilehernya
sehingga menjadi batas yang jelas dengan batang penisnya. Aku coba
kulum penis mas Yanto sampai berereksi lagi sehingga sekarang aku bisa
melihat dari dekat benda yang tadi membuatku meraung-raung kenikmatan.
Tanpa sadar aku terhanyut untuk menghisap dan menjilati kepala penis mas
Yanto sampai mas Yanto akan mendapat ejakulasi lagi. Dia minta aku
untuk menelan seluruh air maninya dan tentu saja aku mau melakukannya
dengan senang hati walaupun sebelumnya aku tidak pernah mau kalau
disuruh melakukannya oleh cowokku yang pertama dan juga Kokoku. Mas
Yanto bukan hanya sekedar berbeda rasa penisnya, tapi juga berbeda dalam
gaya bercintanya yang selalu mengutamakan kepuasanku terlebih dahulu.
Dia juga membuat aku tetap punya harga diri walaupun hanya sebagai pacar
gelapnya atau wanita simpanannya. Padahal selama ini aku selalu
diperlakukan tak lebihnya sebagai obyek pemuas syahwat bagi cowok-cowok
yang meniduriku. Pada saat aku memang membutuhkan hal itu tidak terlalu
terasa, tapi sangat menyakitkan pada saat mereka membutuhkanku karena
umumnya mereka tidak mau tahu apakah aku sudah siap dipenetrasi atau
tidak. Selama di Singapore kami bercinta sebanyak 3 sampai 4 kali dalam
sehari, saat bercinta di pagi hari kami sepakat untuk mengeluarkan air
maninya di luar supaya saat diperiksa di klinik tidak masuk ke dalam
medical recordku. Tapi untungnya metoda terapi mereka tidak melarang aku
bercinta selama menjalankan pengobatan. Beberapa teknik bercinta kilat
juga kami coba praktekkan walaupun sebenarnya tidak perlu kalau melhat
situasi selama kami di sana, tapi mas Yanto yakin bahwa setelah kembali
ke Bandung kesempatan untuk bercinta memang akan sangat terbatas.
Bercinta di mobil atau di motel-motel short time akan menjadi sering
kami lakukan dan mas Yanto ingin memastikan bahwa aku bisa mencapai
orgasme sedikitnya satu kali. Sesaat setelah mendarat di bandara
Cengkareng, mas Yanto kembali mengajakku bercinta di hotel Bandara
sebanyak dua kali untuk memastikan pembuahanku dengan benihnya karena
saat itu aku memasuki fase masa suburku sebelum akhirnya kami pulang
dengan menumpang travel yang berbeda. Begitu aku sampai rumah Koko
langsung menyetubuhiku tanpa memperdulikan apakah aku sedang kelelahan
atau tidak. Tiga malam selanjutnya seperti siksaan bagiku karena Koko
terus menerus ingin menyetubuhiku, katanya untuk memanfaatkan masa
efektif terapi yang aku jalani. Akhirnya memang aku hamil dan naluriku
meyakini bahwa benih jabang bayiku adalah mas Yanto bukan suamiku. Aku
dan mas Yanto masih sering bertemu untuk bercinta sampai kandunganku
berusia 8 bulan, pengelola motel sering memandang kami dengan heran
melihat ada wanita hamil besar masih sewa short time di motelnya dia.
Walaupun begitu keluarga suamiku menjadi sangat gembira dan tidak ada
kecurigaan sama sekali bahwa benih cucunya berasal dari orang lain …
mitra bisnis suamiku sendiri.