- Home >
- ARISAN PARA SUAMI - 3
Posted by : NashGore
Sabtu, 03 Desember 2016
Ketika
kami kembali ke tempat semula kudapati suamiku dan istri Priyono sudah
tidak ada di sana. Aku pikir mereka sudah tidak sabar lagi dan masuk ke
cottagenya ketika kami sedang berdansa tadi. Baru saja kami duduk
tiba-tiba sepasang suami istri datang menghampiri kami dan mengulurkan
tangannya.
"Saya Alex.., dan ini istri saya Mira", katanya memperkenalkan diri.
Priyono dan aku menyebutkan nama kami masing-masing. Selanjutnya kami berbasa-basi berbincang-bincang sejenak.
"Anda dapat nomor berapa?" dia bertanya kepada Priyono.
"Enam!" jawab Priyono singkat.
"Saya nomor delapan dan istri saya nomor enambelas" katanya.

Pesta Sex Usia Setengah Baya dan Tante
Aku jadi tersentak seketika, demikian juga Priyono.
"Itu
adalah nomorku", kataku. "Oh ya!" kata Alex agak kaget. "Saya kira anda
berdua sudah bernomor sama.., tapi anda kan bukan pasangan suami istri?"
katanya lagi.
"Ya..!" kataku hampir serempak.
Kemudian dia berpaling kepada Priyono dan mengamit lengannya menjauhi kami.
"Bolehkah kita bernegosiasi.." bisiknya kepada Priyono.
"Saya
lihat anda senang sekali dengan nomor delapan. Sebenarnya saya juga
senang dengan penampilannya, akan tetapi saya sudah mempunyai janji
dengan nomor enam. Bagaimana kalau kita bertukar nomor? Anda mengambil
nomor delapan dan saya nomor enam. Sedangkan istri saya memang sudah
sesuai dengan nomor enambelas yang juga kebetulan tuan rumah kita.
Memang hal ini tidak diperbolehkan apabila ada anggota lainnya yang
tahu. Tapi saya harap hal ini hanya di antara kita saja."
Bagaikan mendapatkan durian runtuh, Priyono segera saja mengiyakan. Kemudian kulihat mereka bertukar nomor kunci.
"Oh,
dear!" kata Alex. "Kali ini saya tidak akan menginterupsi kalian. Lain
kali saya harap saya dapat nomor anda lagi!" Kemudian dia melingkarkan
tangannya ke tubuhku dan memberikan sebuah kecupan kecil di bibirku.
Selanjutnya tidak ayal lagi Priyono segera memegang tanganku dan
menuntunku menuju cottage nomor delapan.
Ketika
kami memasuki pintu cottage itu aku berpikir di sinilah kemungkinan
awalnya perubahan hidupku. Seumur hidupku aku belum pernah melakukan
hubungan badan dengan laki-laki lain kecuali dengan suamiku sendiri,
akan tetapi hal itu akan berubah dalam waktu beberapa menit ini. Aku
akan menjadi seorang istri yang serong dan semuanya ini disebabkan oleh
ulah suamiku sendiri. Apakah ada orang yang akan percaya mengenai hal
itu? Secara jujur begitulah keadaanku dan itulah apa yang kupikirkan
waktu itu. Aku tahu dengan ini aku memberikan suamiku semacam kepuasan
seks lain sebagaimana yang dia inginkan.
Begitu
memasuki cottage itu Priyono langsung merangkulku dan mulai menghujani
wajahku dengan kecupan-kecupan kecil. Dia kelihatan begitu sangat
bernafsu sekali terhadap diriku. Aku benar-benar tidak menyangka Priyono
dapat bersikap seperti itu. Selama ini kukenal dia wajar-wajar saja
apabila bertemu denganku. Apakah pada acara-acara rutin kami atau
kesempatan lainnya. Kupikir apakah hal itu akibat pengaruh alkohol yang
diminumnya tadi atau mungkin juga memang sejak dahulu dia sudah
mempunyai minat yang besar terhadap diriku namun dia terlalu sopan untuk
mengungkapkannya dalam kesempatan yang biasa.
Tidak
berapa lama kemudian tangannya segera menyusup ke balik busanaku yang
memang berpotongan rendah dan menjalar menelusuri punggungku. Tiba-tiba
kusadari betapa nikmatnya itu semua. Aku merasakan suatu hal yang luar
biasa yang belum pernah kualami sebelumnya, aku merasa bagaikan kembali
pada saat-saat dimana aku mengalami ciuman yang pertama dari seorang
laki-laki. Hanya kini rasa sensasi yang muncul dalam diriku aku rasakan
tidak asing lagi. Aku ingin segera ditiduri.
Ketika
bibirnya menempel di bibirku aku pun langsung melumatnya dengan kuat.
Selanjutnya dia merenggangkan mulutku dan mendorongkan lidahnya di
antara gigiku mencari-cari lidahku yang segera kujulurkan untuk
menyambutnya. Sungguh merupakan suatu ciuman yang panjang dan lama
sekali. Selanjutnya dengan segera tangannya mulai meraba daerah sekitar
buah dadaku. Aku mempunyai suatu kelemahan mengenai buah dadaku, aku
maksudkan buah dadaku sangat sensitif sekali. Begitu buah dadaku
tersentuh maka praktis akan membuatku terus bergelinjang. Oleh sebab itu
ketika tangannya menyentuh langsung puting susuku maka aku menjadi
bergelinjang dan meliuk-liuk dengan liarnya. Jari-jariku menghujam di
punggungnya menahan suatu perasaan yang sangat dahsyat.
Pada saat
tubuh kami terlepas satu sama lainya, nafas kami pun memburu dengan
hebat. Dia mulai meneliti busanaku mencari kancing atau pun reitsleting
untuk segera melepaskan busana itu dari tubuhku. Akan tetapi busanaku
memang hanya mempergunakan karet elastis saja, maka dengan mudah aku
segera melepaskan busana itu melalui kepala. Aku tidak mengenakan
apa-apa lagi di balik busanaku itu kecuali dua carik pakaian dalam model
bikini yang tipis dengan warna yang senada dengan kulitku.
"Saya
senang dengan puting susu yang besar", katanya sambil menyentuh puting
susuku dengan lembut. "Karena cukup untuk menyusui anaknya dan sekaligus
bapaknya." Aku tidak menjawab. Kupikir dalam kesempatan seperti ini dia
masih saja bisa berkelakar. Akan tetapi sebenarnya saat itu aku juga
ingin berkata kepadanya bahwa aku juga ingin segera menyaksikan
bagaimana bentuk tubuh aslinya di balik kemeja dan pantalonnya itu.
Namun aku merasa masih sangat malu untuk berkata secara terus terang.
Rupanya dia dapat membaca apa yang ada dalam pikiranku. Sehingga
selanjutnya kudapati dia mulai membuka kancing kemejanya dan melepaskan
kemeja itu dari tubuhnya.
Aku masih
teringat bagaimana bentuk dadanya itu dan bagaimana ketika dia
memperlakukan diriku. Dadanya kecoklat-coklatan hampir berwarna sawo
matang penuh ditumbuhi dengan bulu dada keriting berwarna hitam di
tengahnya. Otot-ototnya pun semua kelihatannya sangat kokoh dan
seimbang. Ingin rasanya aku menyentuhkan wajah serta puting susuku ke
dadanya, dan tidak berapa lama kemudian secara tidak kusadari aku telah
melakukan hal itu. Aku mengecup dadanya kemudian puting susunya. Betapa
aku menggali kenikmatan dari itu semua.
Ketika aku
merapatkan tubuhku ke tubuhnya, aku dapat merasakan gumpalan alat
kejantanannya di balik pantalonnya yang sudah menjadi besar dan keras
sekali. Dia menggesek-gesekkan alat kejantanannya tersebut ke tubuhku
yang hanya mengenakan BH serta celana dalam nylon yang tipis. Sementara
itu tangannya telah menyusup ke balik celana dalamku menelusuri daerah
sekitar pantatku dan meremas-remasnya dengan kuat daging pantatku yang
lembut dan berisi. Selanjutnya dengan serta merta dia melucuti celana
dalamku ke bawah kakiku, sementara aku pun merasa semakin bergelinjang
dengan hebatnya. Segera saja kulemparkan celana dalam itu dengan kakiku
jauh-jauh dari tubuhku. Dia pun kini melepaskan BH-ku sehingga kini
tubuhku benar-benar berada dalam keadaan bertelanjang bulat berdiri di
hadapannya.
Kemudian
Priyono agak menjauh beberapa saat untuk menurunkan reitsleting
calananya. Begitu reitsleting diturunkan dalam sekejap pantalonnya pun
juga ikut tergusur ke bawah. Dan sudah barang tentu pemandangan
selanjutnya yang kusaksikan adalah sebuah alat kejantanan yang sangat
besar dan gempal sedang berdiri dengan tegaknya menentang diriku.
Aku tidak
melihat banyak perbedaan dengan bentuk alat kejantanan suamiku, akan
tetapi yang mengesankan adalah alat kejantanan yang kulihat sekarang
adalah milik seorang laki-laki lain walaupun dia sahabat suamiku. Seumur
hidupku aku belum pernah menyaksikan alat kejantanan seorang laki-laki
dewasa yang begitu dekat jaraknya dengan tubuhku kecuali alat kejantanan
suamiku sendiri, apalagi aku sendiri dalam keadaan bertelanjang bulat,
dan tidak berapa lama lagi dia akan menyetubuhi diriku dengan alat
tersebut. Sehingga secara tidak sadar kurasakan timbul suatu keinginan
dalam diriku untuk segera memegang bahkan menghisap alat kejantanan itu,
akan tetapi sekali lagi aku masih tidak mempunyai keberanian melakukan
hal itu.
Selanjutnya
Priyono meraih dan membopong tubuhku yang telah bertelanjang bulat itu
ke atas tempat tidur. Aku segera telentang di sana dengan segala
kepolosan tubuhku menanti kelanjutan dari dari kesemuanya itu dengan
pasrah. Akan tetapi rupanya Priyono belum mau memasukkan alat
kejantanannya ke liang kewanitaanku. Dia masih tetap saja berdiri
menikmati pemandangan keindahan tubuhku dengan pandangan yang penuh
dengan kekaguman.
Tatapan
mata Priyono ke seluruh tubuhku yang bugil di lain keadaan juga
menumbuhkan semacam perasaan erotis dalam diriku. Aku merasakan adanya
suatu kenikmatan tersendiri bertelanjang bulat di hadapan seorang
laki-laki asing yang bukan suamiku sendiri dan memperlihatkan seluruh
keindahan lekuk tubuhku yang selama ini hanya disaksikan oleh suamiku
saja. Sehingga secara tidak sadar kubiarkan tubuhku dinikmati mata
Priyono dengan sepuas-puasnya. Malahan ketika tatapan mata Priyono
menyapu bagian bawah tubuhku secara reflek aku renggangkan keduabelah
pahanya agak lebar seakan-akan ingin memberikan kesempatan yang lebih
luas lagi kepada mata Priyono untuk dapat menyaksikan bagian dari
tubuhku yang paling sangat rahasia bagi seorang wanita.
Puas
menikmati keindahan tubuhku kini tangan Priyono mulai sibuk di seluruh
tubuhku. Tangannya mulai meraba dan meremas seluruh bagian tubuhku yang
sensitive. Mulai dari buah dadaku yang subur berisi sampai pada liang
senggamaku yang ditumbuhi oleh bulu-bulu halus yang sangat lebat. Aku
menjadi tambah bergelinjang dan tubuhku terasa bergetar dengan hebat.
Secara tidak sadar aku mulai menggoyang-goyangkan pinggulku dengan
hebat. Liang senggamaku tambah berdenyut dengan hebat dan terasa licin
dengan cairan yang keluar dari dalamnya. Aku heran bagaimana seorang
laki-laki yang bukan suamiku dapat membuat diriku menjadi sedemikian
rupa. Tidak pernah kubayangkan sebelumnya bahwa aku dapat merasakan
gelinjang birahi yang sedemikian hebat dari laki-laki lain yang bukan
suamiku.
Tidak
berapa lama kemudian dia berlutut di depanku dan merenggangkan kedua
belah pahaku lebih lebar lagi. Selanjutnya dia merangkak di antara kedua
belah pahaku dan menatap langsung ke arah alat kewanitaanku. Lalu dia
membungkukkan tubuhnya agak rendah dan mulai menciumi pahaku yang lama
kelamaan semakin dekat ke arah liang kenikmatanku. Kembali aku merasakan
suatu sensasi yang hebat melanda diriku. Aku benar-benar merasa semakin
bertambah liar.
Aku
berteriak liar dengan suara yang sukar dipercaya bahwa itu keluar dari
mulutku. Bagaikan serigala yang ganas Priyono segera melumat
habis-habisan alat kewanitaanku. Mula-mula dia menjulurkan lidahnya dan
mulai menyapu klitorisku dengan sangat halus sekali namun cukup untuk
membuatku menjadi lupa daratan. Pinggulku secara otomatis mulai bergerak
turun naik bagaikan dikendalikan oleh sebuah mesin dalam tubuhku.
Priyono
kemudian menurunkan lidahnya lebih ke bawah lagi dan membuat putaran
kecil di sekitar liang senggamaku dan akhirnya dia sorongkan lidahnya
dengan mahir ke dalamnya. Aku merasakan darahku menggelegak. Lidahnya
terus keluar masuk berputar-putar menari-nari. Betapa tingginya seni
permainan lidahnya itu tidak dapat kulukiskan dengan kata-kata. Lebih
jauh dari itu aku tidak tahan lagi dan aku langsung mencapai puncak
orgasme yang hebat.
"Sudah..
sudahlah", akhirnya aku berkata. Priyono tetap meneruskan melahap liang
senggamaku. Sementara itu aku terus-menerus mengalami orgasme
bertubi-tubi namun pada akhirnya dia berhenti juga. Dan pada saat dia
mengambil posisi untuk menyetubuhi diriku, aku segera bangkit dan kini
tanpa merasa risih lagi aku segera meraih alat kejantanannya yang hangat
berwarna kemerah-merahan lalu memasukkannya ke dalam mulutku dan mulai
bekerja dengan lidahku di sepanjang alat kejantanannya yang begitu
terasa keras dan tegang. Aku merasakan suatu kenikmatan yang lain yang
belum pernah aku rasakan. Aku merasakan alat kejantanan Priyono
mempunyai aroma yang berlainan dengan alat kejantanan suamiku.
Kini aku
baru sadar alat kejantanan dari setiap laki-laki juga mempunyai
perbedaan rasa yang khas yang tidak sama antara satu lelaki dengan
lelaki lainnya. Bukan saja dari bentuk dan ukurannya akan tetapi juga
dari aroma yang dipancarkan oleh masing-masing alat kejantanan itu.
Selain itu aku merasakan alat kejantanan laki-laki lain ternyata terasa
lebih nikmat daripada alat kejantanan suamiku sendiri. Mungkin hal itu
karena aku mendapatkan sesuatu yang lain dari apa yang selama ini
kurasakan. Jadi walaupun serupa tetapi tidak sama rasanya.
"Sekarang
giliranku untuk meminta berhenti", katanya dengan tenang. Sebenarnya aku
enggan melepaskan alat kejantanan yang menggiurkan itu dari mulutku.
Aku ingin merasakan betapa alat kejantanannya itu memancarkan sperma
dalam mulutku, akan tetapi kupikir tidak akan senikmat sebagaimana bila
alat kejantanannya itu meledak dalam rahimku dalam suatu persetubuhan
yang sempurna, sehingga kuturuti permintaannya dan membaringkan tubuhku
dengan kedua belah kakiku ke atas. Selanjutnya aku menyaksikan sebuah
dada yang bidang menutupi tubuhku dan tidak lama kemudian kurasakan alat
kejantanannya itu mulai terbenam ke dalam liang senggamaku yang hangat
dan basah. Aku jadi agak mengerang kecil ketika alat kejantanan yang
besar dan gempal itu memasuki tubuhku.
"Oh, sayang.., sayang", kata Priyono bergumam.
"Teruskan..,
teruskan! Rasanya dahsyat sekali..!" kataku secara spontan sambil
mengencangkan otot liang senggamaku sehinga alat kejantanan Priyono itu
terjepit dengan kuat. Kemudian dengan suatu kekuatan bagaikan sebuah
pompa hydroulis, liang kewanitaanku menghisap dalam-dalam alat
kejantanan itu sehingga terasa menyentuh leher rahimku.
Secara
perlahan-lahan dia mulai menggerakkan tubuhnya di atas tubuhku. Untuk
beberapa saat aku telentang tanpa bergerak sama sekali menikmati diriku
disetubuhi oleh seorang laki-laki yang bukan suamiku. Sungguh sulit
dipercaya, aku merasa hal ini sebagai suatu mimpi. Seorang laki-laki
lain yang bukan suamiku kini sedang memasukkan alat kejantanannya ke
dalam tubuhku dan aku pun sedang menggali semua kenikmatan darinya.
Selanjutnya
aku mulai menggoyang-goyangkan pinggulku dalam suatu putaran yang
teratur mengikuti gerakan turun naik tubuhnya. Dengan garang Priyono
terus-menerus menikamkan alat kejantanannya sedalam-dalamnya ke liang
senggamaku secara bertubi-tubi. Alat kejantanannya dengan teratur keluar
masuk dan naik turun di liang senggamaku yang membuka serta meremas
dengan erat alat kejantanan itu. Aku merasakan persetubuhan yang sedang
kami lakukan ini betul-betul sangat hebat. Dan kesemuanya ini disebabkan
oleh alat kejantanan seorang laki-laki lain yang bukan suamiku.
Selanjutnya
Priyono mulai menghujamkan tubuhnya ke tubuhku semakin kuat dan semakin
kencang. Kami jadi bergumulan dengan hebat di atas tempat tidur saling
cabik mencabik tubuh masing-masing. Tubuh kami bersatu dan merenggang
dengan hebat. Setiap hunjamannya membawaku ke suatu alam fantasi yang
jauh entah dimana yang tidak pernah kuketahui dan belum pernah kualami
sebelumnya. Yang aku tahu pada saat itu hanyalah suara desahan
kenikmatan yang keluar dari mulut kami masing-masing.
Tiba-tiba
puncak dari itu semua, kurasakan alat kejantanannya yang berada dalam
liang senggamaku menjadi sedemikian membesar dan tegang dengan keras.
Liang senggamaku pun terasa berdenyut lebih keras lagi dan akhirnya aku
merasakan suatu cairan yang hangat dan kental terpancar dari alat
kejantanannya membanjiri liang senggamaku. Nafas Priyono dengan kuat
menyapu wajahku. Saat yang mendebarkan itu berlangsung lama sekali.
Sangat sukar aku lukiskan betapa kenikmatan yang kualami dari kesemuanya
itu. Akhirnya kami terbaring dengan segala kelelahan namun dalam suatu
alam kenikmatan lain yang belum pernah aku alami bersama suamiku. Yang
terang ketika Priyono menarik alat kejantanannya dari liang senggamaku,
aku merasakan ada sesuatu yang hilang dari dalam tubuhku.
Sisa malam
itu tidak kami sia-siakan begitu saja. Kami menghabiskan sisa malam itu
dengan melakukan hubungan intim beberapa kali lagi bagaikan sepasang
suami-istri yang sedang berbulan madu dalam suatu hubungan persetubuhan
yang sangat dahsyat dan belum pernah kualami bersama suamiku selama ini.
Kami terus berasyik-masyuk sampai saat-saat terakhir kami kembali ke
rumah masing-masing ketika hari sudah menjelang subuh.
Keesokan
harinya ketika aku terbangun, aku merasa bagaikan seorang wanita yang
baru dilahirkan kembali. Demikian pula suamiku. Aku merasakan adanya
suatu kesegaran dan kecerahan lain dari yang lain dan penuh dengan
semangat kegairahan hidup. Hal ini membawa pengaruh kepada hari-hariku
selanjutnya. Aku merasa mendapatkan suatu horizon baru dalam kehidupan.
Demikian juga suamiku, kurasakan cinta kasih kami semakin bertambah dari
waktu-waktu sebelumnya. Kehidupan rumah tangga kami serasa lebih
harmonis penuh dengan keceriaan dan kegembiraan daripada waktu-waktu
yang lalu. Dengan demikian tidak mengherankan kiranya apabila aku dan
suamiku terus menghadiri arisan itu beberapa kali dan selama itu pula
aku telah dapat merasakan berbagai macam type alat kejantanan laki-laki
dalam berbagai macam bentuk dan ukuran serta berbagai macam tehnik
permainan hubungan kelamin dengan para suami orang lain. Akan tetapi
yang penting dari kesemuanya itu, di lain keadaan, aku menyadari suatu
hal yang selama ini tidak pernah terpikirkan maupun kubayangkan
sebelumnya, bahwa alat kejantanan suami kita sendiri sesungguhnya juga
mempunyai suatu keistimewaan tersendiri. Aku dapat mengetahuinya
kesemuanya itu karena aku telah dapat membandingkannya dengan alat
kejantanan dari suami-suami orang lain.
TAMAT