- Home >
- Kutiduri Bu Limah, Janda Tua Penuh Nafsu
Posted by : NashGore
Minggu, 04 Desember 2016
Cerita
Seks Terbaru, Cerita Dewasa Hot, Cerita Mesum Seru - Setelah sebelumnya
cerita seks mesum - Cerita Seks Dewasa Bergambar - Ceritanya terjadi
saat aku masih kuliah di sebuah universitas di dekat kalimalang-Jakarta
Timur. Aku menyewa kamar semi permanen yang setengahnya tembok dan
setengahnya lagi kayu milik seorang Ibu bernama Halimah yang biasa di
panggil Bu Limah. Kamarku terletak agak di belakang rumah bersebelahan
dengan kamar mandi. Bagian Belakang rumah Bu Limah di batasi tembok
tinggi yang di biarkan tanpa atap, di dalamnya di pergunakan Bu Limah
untuk memelihara tanaman dan bunga-bungaan, disana juga tumbuh pohon
belimbing yang rindang tempat ngadem dengan menggelar tikar. Kamarku
berada persis di depannya.

Kutiduri Bu Limah, Janda Tua Penuh Nafsu
Di rumah
itu hanya ada 2 kamar kost yang kusewa bersama seorang cowok mahasiswa
juga tapi sudah skripsi jadi jarang dirumah. Bu Limah, Ibu kostku ini
adalah seorang janda beranak tiga, semua anaknya sudah kawin dan tidak
tinggal serumah lagi dengan Bu Limah. Ibu kost ku ini sebenarnya udah
cukup tua umurnya kira-kira 50 tahunan, namun menurutku, untuk wanita
seusianya tubuh Bu Limah masih terhitung bagus, meski agak gemuk namun
masih terlihat montok dengan bongkahan pantatnya yang bahenol dan buah
dadanya yang besar. Rambutnya yang hitam panjang selalu di jepitnya di
belakang kepalanya dengan pembawaan yang tenang dan ramah. Kalau sedang
dirumah Bu Limah paling sering memakai daster tipis yang menerawangkan
bentuk tubuhnya membuatku selalu mencuri-curi pandang kepadanya. Buah
dadanya yang besar itu juga sering ku lihat terkadang tanpa di dibungkus
BH sehingga tampak menggantung bergoyang-goyang saat badannya menunduk.
Suatu hari ketika itu aku masuk siang, jadi agak santai. Setelah
membeli koran aku kembali ke kamar untuk membacanya, pintu kamar
kubiarkan saja terbuka agar udara segar dapat masuk. Dari dalam kamar
lewat pintu yang terbuka kulihat ibu kost berjalan sambil membawa
handuk, rupanya mau mandi. Dia berhenti sejenak di depan kamarku dan
menyapaku. ”Kok belum berangkat? ” Sapanya . ”Iya Bu, hari ini masuk
siang”. Jawabku. ”Wah enak dong bisa santai..,” Kata Bu Limah lagi
sambil tersenyum dan meneruskan langkahnya menuju kamar mandi. Dari
kamar mandi ku dengar Bu Limah bersenandung kecil di timpali bunyi air.
Saat itu pikiranku jadi ngeres dengan membayangkan Bu Limah telanjang
membuat kemaluanku mengeras dan timbul keinginanku untuk mengintipnya.
Segera kututup pintu kamarku dan dengan berhati-hati ku cari celah
sambungan papan antara kamarku dengan kamar mandi. dan ternyata ada
sedikit lubang tipis dari cat yang sudah terkelupas, tempatnya tepat
agak dibawah dekat bak mandi. Dengan hati berdegub keras, ku tempelkan
sebelah kelopak mataku pada lubang tipis itu, tampak Bu Limah yang sudah
telanjang bulat, badannya yang montok dihiasi dengan kedua payudara
besar yang biarpun sudah agak turun tapi tetap menantang, sedangkan pada
selangkangannya, kemaluannya yang membukit ditutupi bulu cukup lebat.
Bu Limah menyabuni teteknya agak lama, dia permainkan putingnya dengan
memilin-milinnya, sedang tangan yang satu lagi menyabuni memeknya, jari
telunjuknya dimasukan berulang-ulang sedangkan matanya tampak
terpejam-pejam mungkin sedang menikmati, gerakannya itu kulihat seperti
layaknya orang bersenggama. Bu Limah lalu menghentikan kegiatannya lalu
berjongkok persis menghadapku untuk mencuci BH dan celana dalamnya
sehingga memeknya dengan jelas ku lihat membuat gairahku menyala-nyala.
Ku keluarkan penisku yang sudah tegang berdiri, kumainkan dengan
tanganku tak kuperdulikan lagi kemungkinan seandainya Bu Limah
mengetahui apa yang aku lakukan. Semakin lama nafsu seks ku semakin tak
terkendali kepalaku sudah tidak bisa berfikir jernih lagi, yang ada di
kepalaku bagaimana caranya bisa menikmati tubuh Bu Limah. Bu Limah pun
akhirnya selesai mandi, setelah mengelap tubuhnya dengan handuk,
dililitkannya handuk itu menutupi tubuhnya, sedangkan pakaiannya di
masukannya ke dalam ember yang ada di dalam kamar mandi. Aku pun segera
bersiap-siap dengan rencanaku. pun keluar dari kamar mandi. Ketika Bu
Limah melewati kamarku cepat ku buka pintu kamarku dan tanpa
berkata-kata lagi kupeluk tubuh Bu Limah dari belakang sambil menarik
handuk yang di pakai Bu Limah hingga ahirnya Bu Limah telanjang,
tanganku ku remaskan ke buah dadanya. ”Aw, aduh.., apa-apaan nih..,”
Pekik Bu Limah terkejut. ”Aduh Dal, jangan Dal ah…,” Bu Limah mencoba
menghindar. Aku tetap tak perduli, tangan kanan ku malah ku arahkan ke
memeknya, ku kobel-kobel dan kucolokan jariku masuk ke dalamnya sambil
ku ciumi tengkuk dan leher belakang Bu Limah. Tubuh Bu Limah mencoba
berontak agar lepas tapi aku tak memberikan kesempatan dengan semakin
mempereret pelukanku. ”Aduh.., dal ingat dal, ah.., Ibu sudah tua Dal.
Lepasin Ibu Dal.” Kata Bu Limah memohon. ”Hhh.., Ibu masih seksi koq,
buktinya saya nafsu sama Ibu. Udah deh mendingan ibu nikmatin aja lagian
kan ibu sudah lama nggak beginian.” Kataku memaksa. ”Tapi Ibu malu Dal,
nanti kalau ada orang yang tahu gimana…?” Hiba Bu Limah. ”Ya makanya,
mending ibu nikmatin saja, kalau begitu kan orang nggak bakalan ada yang
tahu.” Tangkisku. Akhirnya Bu Limah pun terdiam, tubuhnya tidak
berusaha memberontak lagi aku semakin leluasa menjelajahi semua bagian
tubuh Bu Limah, kadang kuelus-elus terkadang kuremas-remas seperti pada
pantatnya yang besar dan montok itu. Menyadari sudah tidak ada penolakan
dari Bu Limah, aku semakin mengintensifkan gerakanku ke bagian-bagian
tubuh Bu Limah yang dapat membuat gairah Bu Limah semakin tinggi agar
tidak kehilangan momen. ”Ahh.., ssshh…, aahh…, geli Dal, ahh..,” Bu
Limah mendesah-desah pelan pertanda nafsu seksnya sudah bangkit. Ku
putar tubuhku menghadap Bu Limah, sambil tetap ku peluk, ku ciumi
bibirnya, dan lidahku kumasukan ke dalam mulutnya. Bu Limah ternyata
mulai mengimbangiku, di balasnya ciuman ku dengan ketat aku dan Bu Limah
bergantian saling menghisap bibir dan lidah. Sambil begitu ku tuntun
tangan Bu Limah ke kemaluanku dan ku selipkan tangannya ke dalam celana
pendek training yang ku pakai. Tanpa ku minta Bu Limah menarik ke bawah
celanaku hingga kontolku bebas mengacung. Digenggamnya kontoku, dengan
jempolnya kepala penisku dielus-elusnya kemudian dikocoknya. Pelerku pun
tak luput di jamahnya dengan meremasnya pelan, sesekali jarinya terasa
menelusuri belahan pantatku melewati anus, sensasi seks yang ku rasakan
benar-benar lain. Leher Bu Limah ganti ku ciumi lalu turun ke bagian
dadanya. Buah dada Bu Limah yang besar itu kuciumi, kuremas-remas,
kusedot-sedot dan ku jilati sepuasnya sedangkan pada putingnya selain ku
pelintir-pelintir aku hisapi seperti bayi yang sedang menetek pada
ibunya, yang ternyata membuat Bu Limah kian hot. Tangannya mengerumasi
rambutku dan terkadang menekan kepalaku ke payudaranya. Desahanannya
semakin sering terdengar. ”Aduh.., ahh.., sshh.., terus dal, aahh..,”
Dengan posisi tubuh Bu Limah yang tetap berdiri, aku merendahkan
badanku, kuarahkan mulutku ke selangkangannya, Bu Limah ternyata tau apa
yang akan kulakukan, di renggangkannya kedua kakinya hingga sedikit
mengangkang yang membuat ku lebih leluasa menciumi memeknya. Ku sibak
bulu jembut di permukaan memeknya lalu ku dekatkan bibirku ke permukaan
memeknya. Lidahku ku julurkan mengulas-ulas bibir memek Bu Limah,
itilnya ku terkadang kujepit dengan bibirku sebelum kuhisap-hisap. Tak
ketinggalan jariku ku colokan masuk ke dalam memek Bu Limah sambil ku
pitar-putar. Apa yang ku lakukan itu membuat Bu Limah
menggelinjang-gelinjang dengan mulut tak berhenti berdesah-desah
kenikmatan. ”Ahh.., aww.., yahhh.., sshh.., terus Dal, iyaahh..” Begitu
bernafsunya aku dan Bu Limah bercinta, hingga aku dan Bu Limah sudah
tidak perduli lagi kalau waktu itu kami bergelut di udara terbuka di
belakang rumah Bu Limah. Tapi akhirnya kekhawatiranku muncul juga. Ku
hentikan sejenak aktifitasku. ”Bu, sebentar yah, saya mau ngunci pintu
dulu, takut ada yang datang.” Kataku sambil berdiri. ”Oh iya, untung
kamu ingat, tapi cepet yah Dal, Ibu sudah nggak tahan nih,” Jawab Bu
Limah nakal. Aku hanya tersenyum, sambil berlalu kuremas dulu tetek Bu
Limah. Sebenarnya jarak ke pintu hanya beberapa meter saja, berhubung
aku dan Bu Limah sedang diliputi kenikmatan seks hingga tak mau
kehilangan waktu meski sekejap. Setelah mengunci pintu aku kembali,
kontolku terayun-ayun waktu berjalan karena celanaku sudah terlepas
meskipun aku masih memakai kaos. ”Kalau pintu depan dikunci nggak Bu?”
Tanyaku ketika sudah dekat Bu Limah. ”Dikunci, dari pagi Ibu belum
membukanya.” Jawab Bu Limah sambil merengkuh tubuhku ke pelukannya. ”Dal
kita pindah ke kamar yuk!” Pinta Bu Limah. ”Disini aja deh bu, cari
suasana lain, pasti Ibu belum pernah kan ngewe di sama bapak dulu di
tempat terbuka seperti ini.” ”Ah, kamu ini ada-ada saja.” Elak Bu Limah
sambil membuka kaosku. Aku dan Bu Limah kembali berpagutan di atas kursi
yang ku tari dari depan kamarku, tubuh Bu Limah ku pangku di atas
pahaku, Bu Limah semakin aktif menciumi ku, pentilku pun di hisap dan di
jilatinya sedangkan tanganku menggerayangi memeknya yang semakin basah.
Bu Limah kemudian berdiri lalu berjongkok di hadapanku, di hadapkannya
mukanya ke arah kontolku lalu lindahnya menjulur mengulas-ulas kepala
kontolku beberapa saat kemudian di masukannya kontolku ke dalam
mulutnya, di hisap-hisapnya dengan menggerakan kepalanya maju mundur,
kemudian pelirku di hisapnya juga. Gerakan lidah Bu Limah benar-benar
membuatku di penuhi kenikmatan. ”Ahh, enak Bu..,” Erangku penuh nafsu.
Tanganku mempermainkan buah dadanya yang menggantung bergoyang-goyang,
sesekali ku remas rambutnya dan ku tekan kepalanya agar semakin dalam
mulutnya melahap kontolku. Bu Limah lalu menghentikan hisapannya pada
kontolku. ”Dal, ayo kontolmu masukin, memek Ibu sudah kepengen banget di
ewe.” Pintanya sambil membaringkan tubuhnya di atas tikar dengan kedua
kakinya dilebarkan memperlihatkan memeknya yang mumplu. Tanpa berkata
lagi aku menyusul Bu Limah dan ku kangkangi tubuhnya dari atas. Bu Limah
meraih kontolku lalu di arahkannya ke lubang memeknya. Setelah pas lalu
ku tekan perlahan-lahan hingga kontolku masuk seluruhnya ke dalam memek
Bu Limah lalu ku tarik dan ku masukan lagi dengan gerakan semakin
cepat. Mulut Bu Limah terus berdesis-desis menahan nikmat. Tubuh Bu
Limah terhentak-hentak karena dorongan tubuhku, buah dadanya yang
bergerak-gerak indah kuremas-remas penuh nafsu, sambil terus bergerak
aku dan Bu Limah berpelukan erat, mulutku dan mulutnya saling hisap. Bu
Limah lalu memintaku berganti posisi di atas, aku berbaring dan Bu Limah
duduk di atas selangkanganku setelah kontolku di masukannya ke dalam
memeknya. Bu Limah menggoyang-goyangkan pantatnya, terasa seperti
memeknya memilin-milin kontolku. Dari bawah tetek Bu Limah ternyata
tampak lebih indah menggantung bergoyang-goyang. Aku dan Bu Limah
kembali ke posisi semula. Gerakan aku dan Bu Limah semakin liar. Tusukan
kontolku semakin cepat yang diimbangi dengan gerakan pantat Bu Limah
yang kadang bergoyang ke kiri dan ke kanan kadang ke atas dan ke bawah
menambah semakin panasnya permainan seks yang aku dan Bu Limah lakukan.
Hingga akhirnya ku rasakan cairan spermaku segera keluar. ”Bu saya mau
ke luar..,” Erangku. ”Ibu juga mau keluar, Dal..,” Desah Bu Limah. Aku
dan Bu Limah saling berpelukan dengan ketatnya, bibirku dan bibir Bu
Limah saling hisap dengan erat dan spermaku pun menyemprot di dalam
memek Bu Limah. Beberapa saat aku dan Bu Limah saling diam menikmati
sisa-saisa kenikmatan. Sambil berbaring di atas tikar di bawah pohon
rambutan yang rindang dengan tubuh sama-sama telanjang aku dan Bu Limah
melepas lelah sambil ngobrol dan bercanda. Tanganku mempermainkan tetek
Bu Limah entah mengapa aku suka sekali dengan tetek Bu Limah itu. Aku
dan Bu Limah lalu membersihkan badan di kamar mandi, saling gosok dan
sambil remas hingga gairah ku dan gairah Bu Limah kembali bangkit, aku
dan Bu limah kembali bersetubuh di kamar mandi sampai puas. Wanita
seusia Bu Limah memang sangat berpengalaman dalam memuaskan pasangannya,
mereka tidak egois dalam menyalurkan gairah seksnya, bahkan yang
kurasakan Bu Milah cenderung memanjakanku agar mendapatkan kenikmatan
yang setinggi-tingginya. Maka karena itulah akupun merasa di tuntut
untuk bisa mengimbanginya. Gairahku terhadap Bu Milah entah kenapa
selalu menyala., maunya setiap hari aku bisa menggaulinya, dan ternyata
Bu Milah pun demikian. Hal ini kudengar sendiri ketika aku mengajaknya
untuk bersetubuh padahal ketika itu teman kostu sedang ada di kamarnya.
Saat Bu Milah sedang mencuci piring ku dekap dia dari belakang, tapi
dengan halus Bu Limah menolaknya. ”Jangan sekarang Dal, nanti temanmu
tahu.” Kata Bu Limah. ”Tapi Bu, saya sudah nggak tahan..,” Sanggahku.
”Ibu juga sama, malahan ibu pengennya tiap hari begituan sama kamu.”
Akhirnya aku mengalah dan kembali ke kamarku dengan kepala penuh hasrat
yang tak terlampiaskan. Sudah 4 hari ini gairahku tak tersalurkan, aku
dan Bu Milah hanya bisa saling bertukar kode tanpa bisa berbuat lebih,
hingga ketika itu sore, mendadak temanku pulang ke kampungnya setelah
dapat telepon bapaknya sakit. Setelah temanku pergi ku kunci pintu lalu
segera aku mencari Bu Limah. Di dalam rumah tampak Bu Limah baru keluar
dari kamarnya. Bu Limah ketika itu memakai baju kurung berkerudung
sepertinya Bu Limah mau pergi. ”Mau ke mana Bu?” Tanyaku mendekatinya.
”Ibu mau ngaji dulu Dal..,” Jawab Bu Limah. ”..Bu, ayo dong, sudah lama
nih..,” Rujukku. ”Nanti aja yah Dal, Ibu cuma sebentar koq ngajinya.”
”Ayo lah Bu sebentar aja..,” Paksaku sambil ku peluk Bu Limah. Tanganku
segera saja menjalar ke balik baju Bu limah yang gombrong. Buah dada Bu
Limah yang besar yang selama beberapa hari ini ku rindukan, jadi
mainanku. ”..Dasar kamu, nggak sabaran banget.., tapi sebentar aja yah!”
Rengek Bu Limah akhirnya pasrah. Ternyata Bu Limah juga sudah panas,
ciuman bibirku segera di balasnya dengan bergelora. Meskipun waktu itu
Bu Limah memakai kerudung tak menghalangi aku dan Bu Limah untuk saling
berbagi kenikmatan malahan aku merasa ada nuansa yang lain yang kian
membuat gairah bercintaku menjadi-jadi dan permintaan Bu Limah melepas
kerudungnyapun kularang. ”Dal, kerudungnya Ibu lepas dulu yah!” Pinta Bu
limah. ”Jangan Bu, biarin saja, saya semakin bernafsu melihat pakai
kerudung..”. Larangku. ”Ah kamu ini ada-ada saja.” Sambil terus
berciuman Bu Limah melepas Bhnya, lalu bajunya ku angkat ke atas dan ku
sorongkan wajahku menjamah buah dadanya. Ku ciumi dan ku jilati
sepuas-puasnya. Bu Limah merengek-rengek kecil sambil tangannya
mengerumasi rambutku. ”..Ah.., ngghh.., yah.., sshh.., ahh..,” Suara Bu
Limah pelan. Tangan Bu Limah menarik celanaku hingga kontolku yang sudah
keras itu mengacung bebas, lalu di permainkannya kontolku dengan
meremas-remasnya. Kain bawahan yang di pakai Bu Limah ku angkat dan ku
gelungkan di pinggangnya, lalu pantatnya ku remas-remas setelah kutarik
celana dalamnya. ”Dal.., ayo Dal cepet masukin..,” Pinta Bu Limah. ”Iya
Bu, disini aja ya Bu! Jawabku sambil membimbing tubuh Bu Limah ke kursi
panjang yang ada di ruang tamu. ”Tapi nanti kalau ada orang gimana Dal?”
Tanya Bu Limah khawatir. ”Tenang aja Bu, kan kita nggak telanjang” Aku
meyakinkan Bu Limah. ”Dal, Ibu di atas yah..!” Bu limah meminta posisi
di atas. Aku mengiyakan kemauan Bu Limah, ku dudukan tubuhku di atas
kursi panjang dengan posisi agak berbaring, selanjutnya Bu limah
menempatkan tubuhnya di atasku, dengan kedua kaki melipat sejajar
pahaku, lalu Bu limah menurunkan tubuhnya dan mengarahkan memeknya ke
kontolku. Kontolku di pegangnya agar pas dengan lubang memeknya. Setelah
itu Bu Limah menekan tubuhnya hingga kontolku masuk ke dalam memeknya
sampai dasar lalu diputar-putarnya pantatnya, lalu diangkatnya memeknya
dan di tekan lagi sambil di putar-putar dengan gerakan semakin cepat .
Buah dada Bu Limah yang besar bergoyang keras mengikuti gerakan tubuh Bu
Limah yang semakin liar itu segera ku sosor dengan mulutku, ku ciumi
dan ku hisapi hingga meninggalkan tanda merah, sementara tanganku
meremas-remas bongkahan pantatnya. Biarpun Bu Limah tidak melepas
pakaian dan kerudungnya persetubuhan aku dan Bu Limah tetap dahsyat
malah semakin membuatku bernafsu. Ku imbangi gerakan Bu Limah dengan
menghentakan pantatku ke atas apabila Bu Limah Menekan ke bawah sehingga
aku merasakan kontolku seperti menghujam ke dalam memek Bu Limah,
membuatnya semakin terhempas-hempas kenikmatan. ”Ahhh.., ssshh..,
mmhh.., Yaahh..,” Mulut Bu Limah tak berhenti merintih. ”Ayo Dal, terus
tusuk yang dalam memek Ibu.., iyyahh..,” Katanya di sela-sela
rintihannya. Setelah beberapa saat aku dan Bu Milah saling menggenjot
dengan posisi Bu Milah tetap di atas, kurasakan spermaku mau keluar. ”Bu
saya mau keluar.., Bu..,” Erangku. ”Ibu juga dal, mau kaluar..,
aahh..,” Balas Bu Limah. Gerakan tubuh ku dan tubuh Bu Limah sudah tidak
beraturan lagi, aku dan Bu Limah semakin liar menjelang klimaks.
Tubuhku dan tubuh Bu Limah saling peluk erat, bibir ku dan bibir Bu
Limah bertautan erat saling hisap, hingga akhirnya tubuhku dan tubuh Bu
Limah sama-sama mengejang, spermaku pun tumpah di dalam memek Bu Limah.
Aku dan Bu limah bersama-sama menikmati puncak permainan seks yang
bergelora walaupun tidak begitu lama. Aku dan Bu Limah sama-sama terdiam
dengan masih berpelukan menikmati sisa-sisa gairah. Setelah keadaan
dirasa normal Bu Limah mengangkat tubuhnya lalu berdiri, baru tampak
olehku kalau pakaian dan kerudung yang dipakai Bu Limah begitu
acak-acakan akibat pergumalan tadi. ”Udah ya Dal, Ibu mau berangkat.”
Kata Bu Limah sambil beranjak menuju kamar mandi. Aku lalu mengikutinya.
Aku dan Bu Limah sama-sama masuk kamar mandi untuk membersihkan cairan
sisa pergumulan. Sambil saling bercanda aku dan Bu Limah saling Basuh.
”Gara-gara ini nih Ibu jadi terlambat..,” Kata Bu Limah sambil meremas
pelan kontolku yang mulai layu. Aku hanya nyengir mendengar gurauan Bu
Limah. Setelah dirasa bersih aku dan Bu Limah keluar dari kamar mandi,
aku masuk ke dalam kamarku sedang Bu Limah berjalan ke dalam rumah. Ku
ganti kaos dan celanaku lalu aku duduk di depan kamarku, ngeroko sambil
baca koran. Dari dalam terlihat Bu Limah berjalan ke arahku dia sekarang
sudah rapi kembali. ”Dal, Ibu berangkat ngaji dulu yah.., kalau mau
istirahat jangan lupa pintu depan kunci dulu.” Kata Bu Limah. ”Iya Bu”.
Jawabku sambil berdiri dan berjalan mengikuti Bu Limah, iseng ku remas
pantat Bu Milah yang bergoyang-goyang dari belakang, Bu Limah hanya
mendelik manja. ”..ah nakal kamu Dal, belum puas yah..?” ”Nggak tahu nih
Bu, kalau ngelihat Ibu bawaannya jadi nafsu.” Setelah menutup pintu aku
kembali ke kamar untuk tidur siang. Malamnya aku dan Bu Limah nonton TV
berdua di rumahnya, kami hanya mengobrol dan bercanda saja, tak enak
juga untuk mengajak Bu Limah bersetubuh lagi kasihan sepertinya dia
cape. Ketika aku mau kembali ke kamar kudengar telepon Bu Limah
berdering yang ternyata dari cucunya Bu Limah yang mengatakan bahwa
besok siang mau berkunjung. Wah alamat gairahku bisa tak tersalurkan
lagi nih, kataku dalam hati. Esoknya, kira-kira jam setengah tujuh pagi,
aku bangun dan langsung mandi. Saat berjalan ke kamar mandi kulihat Bu
Milah sedang berada di dapur dengan hanya memakai daster tipis membuat
gairahku naik. Ketika mandi pikiranku terus tertuju ke Bu milah,
pikirku, kalau nggak sekarang menikmati tubuh Bu Limah bisa gigit jari
deh, soalnya cucu Bu Limah kalau datang bisa berhari-hari, dan acara
mandi pagi pun ku percepat. Setelah selesai mandi, aku segera masuk
kembali ke dalam kamarku lalu memakai kaos dan celana pendek biar
praktis. Aku lalu ke luar dari kamarku sambil mengendap-ngendap
mendekati Bu Limah yang sedang berdiri di depan meja dapur
membelakangiku. Setelah dekat dengan Bu Milah langsung ku susupkan
kepalaku ke bawah pantat Bu Milah setelah terlebih dahulu bagian bawah
dasternya aku angkat , ternyata Bu Milah tidak memakai celana dalam, dan
belahan pantat Bu Milah pun ku ciumi penuh nafsu. ”Aw!.., apaan nih..!”
Teriak Bu Limah terkaget-kaget merasakan sesuatu pada pantatnya, tapi
setelah tahu aku yang melakukannya Bu Limah pun tenang kembali. ”Iiih,
kamu ini ngapain sih, ngagetin Ibu aja, untung Ibu nggak Jantungan”.
Rutuknya, sambil membiarkan saja apa yang aku lakukan terhadapnya. Ku
ciumi sekeliling pantat Bu Milah yang masih berwangi sabun, rupanya Bu
milah juga baru habis mandi. Dari balik dasternya, tanganku ku julurkan
ke ke atas untuk meraih teteknya yang menggantung yang juga tidak
tertutup BH, setelah terpegang lalu ku remas-remas, sedangkan Bu Milah
sejauh ini masih cuek saja dengan terus memilih-milih sayuran. ”Dal, Ibu
sih sudah menebak kalau pagi ini kamu pasti minta jatah sama Ibu.” Kata
Bu Milah. ”Koq Ibu tahu..?.” Tanyaku dari balik dasternya. ”Kamu
semalam denger kan kalau cucu Ibu mau datang. Kasihan deh kamu Dal,
bakal nganggur beberapa hari, hi.., hi.., hi..,” Jawab Bu Milah sambil
tertawa mengikik membayangkan penderitaanku nanti. ”Iya Bu,
nasib-nasib.., ” Sesalku. Bu Limah kembali tertawa mendengar ratapanku
itu. Sambil terus menciumi pantat Bu Limah, kuminta dia melebarkan kedua
kakinya agar mengangkang, lalu ku geser tubuhku semakin kedalam dan ku
balikan badanku dengan wajah menghadap keatas persis di bawah memek Bu
Limah. Memek Bu Limah yang berbulu tebal itu lalu ku ciumi dan ku
jilati, lubang memeknya ku masuki dengan jari tanganku sambil ku
putar-putar di dalamnya. Bu Milah pun mengimbangi dengan
menggoyang-goyangkan dan menekan-nekankan pantatnya, sepertinya gairah
Bu Milah pun mulai naik. ”Dal berhenti sebentar, Dal” Pintanya. Dan
setelah aku menghentikan kegiatanku, dengan masih tetap berdiri di
tariknya kursi makan di sebelahku lalu diangkatnya satu kakinya dan di
letakan di atas kursi, dengan posisi seperti itu memungkinkan aku
semakin bebas menjelajahi memeknya. Memek Bu Limah pun kembali ku
jelajahi dengan rakus. Tak lama berselang, kurasakan tubuh Bu Limah yang
kini setengah berbaring dengan kepala menggeletak di atas meja,
mengejang, satu tangannya menekan kepalaku membuatnya tersuruk kian
dalam ke memeknya disertai dengan lenguhan panjang. Setelah itu
perlahan-lahan gerakan tubuh Bi Limah pun melemah, kemudian terhenti,
hanya dengus nafasnya saja terdengar masih cepat. Seiring dengan
melemahnya gerakan Bu Limah, aku pun menghentikan permainan ku pada
memek Bu Limah. Tanganku kini berpindah meremasi buah dada Bu Limah yang
menggantung bergoyang-goyang karena kepala Bu Milah masih tergeletak di
atas meja dan tubuhnya menjadi doyong ke depan. Mulutku ikut menyerbu,
buah dada Bu Milah dengan rakus ku ciumi, ku hisapi dan kuremas-remas.
Setelah merasa pulih, Bu Milah lalu bangkit, dan akupun kemudian duduk
di atas kursi. Bu Milah lalu memelukku dari arah depan hingga kedua
teteknya yang empuk menghimpitku karena saat itu aku masih duduk di
kursi. Bu Limah menciumi kepalaku lalu ciumannya turun ke wajah. Aku dan
Limah saling berpagutan dan bertukar lidah. Bu Limah Lalu jongkok, di
tariknya celana pendekku hingga kontolko yang sudah keras itu mengacung.
Dipermainkannya kontolku dengan mengocoknya lalu dimasukannya ke dalam
mulutnya sambil di hisap-hisapnya. Aku dan Bu Limah menuju ke menu utama
permainan, dengan menyingsingkan dasternya, Bu Milah lalu membaringkan
tubuhnya diatas meja dengan satu kaki tetap menginjak lantai sedang yang
satunya di angkat melintang sejajar tepian meja, menampilkan
pemandangan erotis pada memeknya. Terlihat memeknya sedikit mendongak.
Segera kuarahkan kontolku ke belahan memek Bu Limah, kemudian ku dorong
hingga amblas dan ku tarik lagi dengan lebih cepat. Tubuh Bu Milah
terhempas-hempas terdorong oleh hentakanku, untung saja meja makan yang
di jadikan tumpuan tubuh Bu Limah kuat, itupun sesekali beradu juga
dengan dinding hingga menimbulkan suara berdegup. Aku dan Bu Limah lalu
berganti posisi dengan berbaring di lantai dapur. Bu Limah memiringkan
tubuhnya, aku yang sudah berjongkok di depannya segera mengangkat dan
menahannya dengan pandak satu kaki Bu Limah hingga terpentang, lalu
kuarahkan kontolku ke memek Bu Limah yang tampak merekah itu dan ku
tusukan hingga dasar memek Bu Limah. Ketika kurasakan saat-saat puncak
sudah dekat, ku setubuhi Bu Limah dengan meniindihnya dari atas, mulutku
menciumi buah dada Bu Limah dan kedua kaki Bu Limah melingkar di
pinggangku. Setelah beberapa kali hentakan keras, a khirnya aku klimaks,
spermaku tumpah di dalam memek Bu Limah. Aku dan Bu Limah berpelukan
erat dengan bibir saling berpagutan, aku dan Bu Limah mengahiri
pergulatan dengan puas. Setelah itu aku dan Bu Limah segera bangkit
karena khawatir kalau-kalau cucu Bu Limah datang, dan benar saja tak
lama setelah aku tidur-tiduran di kamarku terdengar cucu-cucu Bu Limah
datang. Ternyata cucu Bu Limah tinggal lama karena sekolahnya sedang
libur panjang, tinggal aku yang sengsara menahan gairah sama Bu Limah
yang tidak dapat tersalurkan. Akhirnya aku tak tahan lagi, suatu sore,
ketika Bu Limah hendak mandi dan cucunya sedang main di depan, ku
hentikan langkah Bu Limah di depan kamarku dengan berpura-pura ngobrol
aku utarakan hasratku pada Bu Milah. ”Bu, saya sudah nggak tahan lagi
nih..,” Rengekku pelan pada Bu Limah. ”Sabar dong Dal, kamu kan tahu
sendiri ada cucuku, Ibu juga sama, sudah kepengen, tapi ya gimana.”
Jawab Bu Limah. ”Tuh Ibu juga sudah kepengen kan, ayolah Bu, sebentar
saja.” Desakku. ”Iya sih, tapi nggak ada kesempatannya, cucu Ibu itu
lho, maunya sama Ibu terus..” ”Bu, gimana kalau nanti malam, setelah
cucu Ibu tidur Ibu pura-pura saja sakit perut, atau setelah semua tidur
Ibu nanti ke sini.” ”Terus kalau pas kita lagi begitu ada yang ke kamar
mandi gimana?” Kata Bu Limah Khawatir. ”Kitakan begituannya tidak di
kamar mandi.” ”Habis dimana?, di kamarmu?” Tanya Bu Limah lagi. ”Ya
nggak lah itu sih resikonya sama, disitu aja tuh, tempatnya kan gelap,
orang nggak akan melihat kita, lagian kalau ada orang rumah yang keluar
kita bisa segera tahu.” Kataku sambil menunjuk tempat dekat pohon
belimbing di depan gudang yang kalau malam gelap gulita. ”Ya udah deh
kalau gitu, nanti malam ibu coba kesini, sudah ya nanti ada melihat.”
Jawab Bu Milah setuju. Saat Bu Limah berlalu, setelah melihat keadaan di
dalam rumah Bu Limah sepi, aku sempatkan meremas bongkahan pantatnya.
Bu Limah hanya merintih pelan sambil terus berjalan ke kamar mandi.
Untuk semakin mematangkan rencana, dari sehabis isya aku berpura-pura
tidur dan lampu kamarku pun ku matikan. Menjelang tengah malam sekitar
jam sebelas ku dengar pintu belakang rumah Bu Limah di buka, segera
kuintip dari celah jendela, seperti yang ku harapkan, terlihat memang Bu
Milah yang keluar. Segera aku bangun dan keluar. Tanpa mengeluarkan
kata, setelah menutup kembali pintu rumahnya dan melihatku keluar dari
kamar, Bu Milah langsung menuju tempat yang telah di rencanakan, aku
menyusulnya delangkah hati-hati. Setelah berdekatan, aku dan Bu Limah
langsung saling berpelukan sambil berciuman dengan panas. Bibirku dan
bibir Bu Limah saling pagut dengan liar dan penuh nafsu untuk
melepaskannya yang selama ini sama-sama di tahan. Tanganku dan tangan Bu
Limah sama sama sibuk saling menggerayangi. Ku selusupkan tanganku ke
balik daster Bu Limah hingga bagian bawah daster Bu Milah ikut terangkat
ketika tanganku mulai ku remaskan ke belahan pantatnya lalu berpindah
ke depan mengobel memeknya yang ternyata tidak bercelana dalam. Bulu
jembutnya yang lebat ku permainkan dulu dengan menarik-nariknya dengan
pelan sebelum menjamah memeknya. Memek Bu Limah yang tembam itu lalu
kepermainkan, itilnya kucubit-cubit halus, jariku lalu ku masukan ke
belahan memek Bu limah dan kuputar- putar di dalamnya. Sedangkan tangan
Bu limah segera menyongsong kontolku yang sudah tegang di kocok-kocoknya
perlahan batang kontolku seperti sedang mengurut, kemudian berpindah
meremas buah zakarku. Karena situasinya tidak begitu begitu kondusif aku
dan Bu Limah tidak berlama-lama melakukan cumbuan, segera saja aku dan
Bu limah bersetubuh. Dengan mencoba tetap waspada kalau-kalau ada orang
rumah yang keluar. Tubuh Bu Limah berdiri menyender di dinding dengan
ujung daster bagian bawah di tariknya ke atas, satu kakinya naikan ke
atas dan ku tahan dengan tanganku, tubuhku menghimpit tubuh Bu Limah ke
dinding dan setelah dirasa posisinya pas mulai ku hujamkan kontolku ke
memek Bu Milah. Biarpun dalam keadaan yang tidak begitu leluasa, aku dan
Bu Limah saling bergelut dengan liar. Aku dan Bu Limah sama-sama penuh
gairah dalam persetubuhan yang kami lakukan. Nafasku dan nafas Bu Limah
saling memburu. Dengan tetap menusuk-nusukan kontolku tubuh Bu Limah
sedikit ku angkat dengan tangan ku yang sebelumnya meremasa-remas
bongkahan pantat Bu Limah. Aku dan Bu Limah terus bergerak untuk saling
berbagi kenikmatan dengan mulut yang tanpa mengeluarkan suara angkat dan
kutahan. Dengan cara seperti itu ternyata aku merasakan sensasi
bersetubuh yang lain, yang tak kalah nikmat nya dengan persetubuhan
biasa. Aku dan Bu Milah menjadi lebih panas dan penuh gairah untuk
segera menuntaskan permainan penuh nafsu ini. Mukaku ku labuhkan di
tengah-tengah payudara Bu Limah setelah Bu Limah membuka kancing daster
nya, lalu ku permainkan buah dada Bu Limah dengan mulutku dengan
menciumi dan menghisapinya dan pada putingnya mulut ku menyosot seperti
sedang menyusu membuat Bu Limah meliuk-liuk penuk nikmat. Dan Akhinya
dengan tanpa merubah posisi kami yang tetap berdiri aku dan Bu Limah
sampai ke ujung klimaks, tubuhku dan tubuh Bu Limah bergelut kian rapat,
pantat Bu Limah menggeol-geol tak beraturan dengan semakin liar dan ku
hujamankan kontolku semakin kencang sedangkan bibirku dan bibir Bu Limah
terus berpagutan dengan ganasnya saling melumat dan bertukar lidah,
hingga pada akhirnya tubuhku dan tubuh Bu Limah sama-sama mengejang
menahan kenikmatan yang tiada tara itu, spermaku pun tumpah memenuhi
rongga-rongga memek Bu Limah. Tubuh Bu Limah setengah ku gendong saat
itu dengan kedua tanganku mencengkram pantat Bu Limah sekaligus menahan
tubuh Bu Milah. Aku dan Bu Limah sama-sama terdiam dengan tubuh tetap
berpelukan menikmati sisa-sisa gairah dan nafas yang saling menderu.
”Ternyata enak juga ya Dal bersetubuh begini.” Bu Limah berbisik pelan
di telingaku. ”Iya Bu.” Jawabku singkat. Kontolku yang mulai menciut pun
terlepas dengan sendirinya ketika ku renggangkan tubuhku untuk memberi
ruang kepada Bu Limah. ”Besok malam gimana Bu?” Tanyaku. ”Gimanan besok
aja deh Dal, kita cari cara yang lain, udah yah Ibu mau masuk” Jawab Bu
Limah. ”Sebentar Bu..,” Cegahku sambil membuka lagi belahan daster
bagian dada Bu Limah yang belum sempat di kancingkan lalu ku ciumi lagi
buah dada Bu Limah yang besar itu seperti tak ada bosannya. ”Iihh..,
kamu ini nggak ada puasnya ya..,”. Sahut Bu Limah manja. Tak berapa lama
sosoran ku kusudahi, dan Bu Limah lalu berjalan menuju pintu aku
mengikutinya dengan memeluknya dari belakang, sambil berjalan ku ciumi
tengkuk Bu Limah dan tanganku ku meremas-remas payudaranya. Setelah
meremas kontolku Bu Limah pun masuk ke dalam rumah. Hubungan
persetubuhanku dengan Bu Limah terus terjadi dan kian lama ku rasakan
kian hot saja hingga kalau tidak halangan bisa tiap hari aku dan Bu
Limah bersetubuh dengan gaya yang liar. Pergumulan penuh nafsuku dengan
Bu Limah itu terus berlangsung dengan aman sampai aku lulus dan diwisuda
dan berlanjut saat aku mulai kerja karena aku tetap kost/tinggal di
rumah Bu Limah. Bahkan hingga akhirnya aku menikah dan pindah rumah pun
sesekali aku tetap menyambangi Bu Limah untuk bercinta dengan Bu Limah,
entah kenapa aku tak pernah bosan untuk menyetubuhi Bu Limah, dan
sebaliknya Bu Limah pun dengan menggebu-gebu tetap melayaniku
bersenggama.