Recent post
Cerita Seks Terbaru, Cerita Dewasa Hot, Cerita Mesum Seru - Cerita Sex Dewasa Bergambar - Udara
pagi ini terasa sejuk sekali, seakan menyambut baik datangnya hari
Minggu ini. Secerah wajah tante Ivone yg tengah bercengkrama dengan
bunga bunga ditaman. Meskipun nampak angkuh, namun kecantikan wajahnya
tak dapat disembunyikan. Aku baru saja selesai mandi dan berniat ngeteh
diteras rumah sambil mnghirup udara pagi yg segar. Akan tetapi mataku
melihat tante Ivone tengah asyik menikmati keindahan bunga ditaman depan
rumah. Dengan gaya ala petani bunga Cibodas, tante Ivone nampak srius
mmperhatikan tanaman itu. ” Pagi tan ” sapaku. ” Hmm… ” balasnya tanpa
berpaling dari rumpunan bunga. ” Mau aku buatin minum nda tan!? ”
tanyaku lagi setengah menawarkan jasa. ” Nda usah!! ” jawabnya juga
seraya membelakangiku. Aku tak melihat tante Rita, Hendri ataupun Nita
pagi ini. ” Ach, pada lari pagi kali? ” fikirku dalam hati. Aku kmbali
mmperhatikan tante Ivone yg mmblakangiku. Mulai dari betisnya yg putih
mulus mskipun nampak kurus, pahanya yg lebih mulus dari betisnya,
bokongnya meskipun terbalut clana pendek, namun trlihat jelas
lekukannya. ” Coba dia bisa aku tiduri sperti tante Rita ya? ” gumanku
dalam hati. Belum habis lamunanku,tiba tiba kulihat tubuh tante Ivone
trhuyung lemah ingin trsungkur. Dengan cepat aku mloncat dan mmegangi
tubuhnya yg nyaris trsungkur itu, mninggalkan sisa lamunan cabulku.

Tante Tak Lagi Sombong Setelah Keenakan Dientot
Kurangkul
tubuhnya yg mulus dan trlihat lemas sekali. “Ga papa kan tan??” tanyaku
penuh rasa khawatir, sraya mmapah tubuh tante Ivone. “Kpalaku trasa
pusing Fad” jawab tante Ivone lemah. “Ya udah, istirahat aja didalam”
saranku sambil terus memapahnya ke dalam rumah. “Akhirnya aku bisa
mrangkulmu Vone” ucapku dalam hati. Ada sjuta kebahagian dihatiku karna
mampu mrangkul tubuh si angkuh trsebut. Stelah brada didalam rumah,
dengan perlahan kududukan tante Ivone disofa ruang tamu. Dengan mnarik
nafas tante Ivone duduk dan brsandar pada sandaran sofa. Stelah itu aku
melangkah mninggalkannya sendiri. Tak brapa lama aku kembali dngn sgelas
air hangat dan mnghampiri tante Ivone yg tengah brsandar disandaran
sofa. “Minum dulu tan, biar enakan!” ujarku sambil mnyerahkan gelas
brisi air hangat yg kubawa. Tante Ivone pun mminum air hngt yg
kuberikan. “Makasih ya Fad” ucapnya lemah sambil mletakan gelas dimeja
yg ada didepannya. “Kpalanya masih pusing ga tan!?” tanyaku. Tante Ivone
hanya mnganggukan kpalanya. “Mau dipijatin ga!?” tanyaku lagi. “E, em”
jawab tante Ivone prlahan seakan tengah mnahan sakit. Aku pun sgera
memijat mulai dari kpalanya dngn prlahan lahan, kmudian dahinya yg dia
bilang mrupakan pusat rasa sakitnya. “Wah, knapa tante Fad!?” tanya Nita
yg baru saja pulang. “Tadi si tante hampir jatuh, kpalanya pusing Nit!”
jawabku. ” Trlalu capek kali!? ” ujar Nita sambil mlangkah kedapur.
“Dah aga mndingan Fad” jelas tante Ivone dngn mata terpejam, menikmati
pijatan pijatan jariku. Terasa hangat dahinya brsamaan dngn rasa hangat
yg menjalari tubuhku. Harum aroma tubuh tante Ivone trasa mnusuk kedua
lobang hidungku. Mmbuat aku ingin lebih lama lagi memijat dan dekat
dngnnya. “Masuk angin kali tan, dahinya aga anget ne!? ” jelasku,
brupaya memancing agar niatku tercapai. “Iya kali? “ujarnya pula, seakan
mngerti akan arti ucapanku. Membuatku makin brani lebih jauh. “Mau
dikerikin ga!?” tanyaku dngn penuh haraf kepadanya. “Memang kamu bisa!?”
tante Ivone balik brtanya. Membuat hatiku trasa brdebar tak karuan. “Ya
bisa… ” jelasku dngn cepat, takut tante Ivone brubah fikiran lagi. “Ya
udah, tapi dikamar ya…, ga enak disini” pinta tante Ivone. Mmbuat hatiku
brdebar makin cepat. Dengan prlahanku papah dia mlangkah mnuju
kamarnya. Akupun brusaha untuk menahan dan menenangkan hatiku. Yang
mulai dirasuki niat dan fikiran kotorku. Setelah brada didalam kamar,
kusarankan agar dia istrahat diranjangnya. Tante Ivone pun mrebahkan
tubuhnya sraya brnafas panjang. Seolah olah ada beban berat yg
dibawanya. Aku sgera brlalu mngambil obat gosok dan coin untuk mengerik
tubuh tante Ivone. Stelah kudapati smua yg kubutuhkan, aku kembali
mnghampiri tante Ivone yg tengah menanti. Dengan mmbranikan diri aku
memintamya agar dia mlepaskan pakaian yg dipakainya. Dia pun prlahan
melepaskan pakaian atau baju yg dipakainya. Shingga tante Ivone kini
hanya mngenakan bra yg brwarna pink dan clana pendek saja. Ada getaran
hangat mnjalari sluruh tubuhku, saat menyaksikan tante Ivone mmbuka
bajunya. Hingga mmbangunkan kjantanan dan hawa nafsuku. Yang memang
telah mngendap dibenakku sejak awal, ketika memprhatikan dia ditaman.
Dengan prasaan yg tak mnentu dan dibayangi nafsu dibenakku. Akupun mulai
mngusap … ..usap punggung mulus yg mmblakangiku, dngn hati hati sekali.
“Tali branya dibuka aja ya tan??” pintaku pnuh haraf sambil trus
mngusap dan mengerik punggung bagus dihadapanku. “Iya… ” jawabnya lirih.
Menahan kerikan dipunggungnya, entah sakit atau geli aku tak tau. Yang
pasti tanganku sgera melepaskan kait tali branya, sehingga mmbuat branya
mlorot mnutupi sbagian payudaranya yg bulat dan berisi. Sperti payudara
milik gadis kebanyakan. Stelah tiada lagi penghalang dipunggungnya,
akupun membalurinya dngn minyak gosok. Dan jari jemarikupun menari
mmbentuk garis dipunggung tante Ivone. Sambil sekali kali mataku melirik
kearah payudaranya yg brusaha ditutupi dngn bra dan kedua tlapak
tangannya. Tapi hal trsebut mmbuatku smakin terangsang didorong rasa
pnasaran yg tramat. Smentara tante Ivone hanya trdiam sraya mmejamkan
matanya yg bulat dan indah. ” Pelan pelan ya Fad!? ” pintanya masih dngn
mata yg trpejam. Tiba tiba pintu kamar prlahan terbuka, nampak Nita
tengah brdiri dimuka pintu. “Tan aku mo kerumah tman dulu ya!?” ujar
Nita brpamitan sraya matanya mlirik kearahku. “Iya Nit… ” balas tante
Ivone tanpa brpaling kearahnya. Kmudian scara prlahan Nita mnutup pintu
kembali dan brlalu pergi. Jari tanganku mulai nakal trhadap tugasnya,
jariku trkadang nyelinap dibawah ketiaknya brusaha meraih benda yg bulat
dan padat brisi yg ditutupinya. Tapi tangan tante Ivone terkadang
brusaha mnghalanginya, dngn merapatkan pangkal lengannya. “Jari kamu
nakal ya Fad!? ” ucap tante Ivone stengah berbisik seraya mlirik ke
arahku. Membuatku trsipu malu. “Habis ga kuat sich, tan…” jawabku jujur.
Tapi tante Ivone malah melepaskan branya shingga kini payudaranya
nampak polos tanpa plindung lagi. Dan langsung menjadi santapan kedua
mataku tanpa brkedip. Langsung mmbuat hatiku brdebar debar mnyaksikan
pemandangan trsebut. “Sekarang bisa kamu plototin pe puas dech!!” ujar
tante Ivone tak lagi mnutupit buah dadanya dngn kedua tlapak tangannya
lagi. Jantungku trasa bgitu cepat brdetak dan mmbuat lemas sluruh
prsendianku. Kontolku brlahan tapi pasti mulai brdiri tegak mngikuti
dorongan hasratku. “Memang dah selesai ngeriknya Fad!?” tegur tante
Ivone mngingatkanku. Mmbuat aku sgera mlanjutkan prkerjaanku yg trtunda
sesaat. Hampir sluruh bagian belakang tubuh tante Ivone telah kukerik
dan brwarna merah brgaris garis. Hanya bagian bokongnya yg luput dari
kerikanku karna trhalang dngn clana pendek serta CD yg dikenakannya.
Tapi belahan bokongnya telah puas kuplototin. Akhirnya pekerjaanku
selesai juga. Kemudian dngn prlahan jari jariku memijati pundaknya.
Tante Ivone mnundukan kpalanya, sekali sekali trdengar suara dahak dari
mulutnya. “Sudah Fad!” printahnya, agar aku mnyudahi pijatanku. Dengan
prasaan malas akupun mnghentikan pijatanku dan sgera mmbrsihkan sisa
sisa minyak dikedua tlapak tngnku. ” Cuci tanganmu dulu biar bersih
sana!!” pinta tante Ivone skaligus printah. Akupun branjak pergi kekamar
mandi yg memang ada didalam kamar trsebut. Stelah usai mncuci sluruh
tanganku hingga bnar bnar bersih. Akupun kembali menghampiri tante Ivon
yg tengah telentang diatas ranjang masih dngn keadaan sparuh bugil.
Sperti saat aku tinggalkan kekamar mandi. Hingga payudaranya yg bulat
dan brisi nampak mmbusung besar didadanya, dngn puting yg brwarna coklat
susu. “Ayo Fad, kamu mau mainin ini kan!?”. “Aku juga mau kok!?” ucap
tante Ivone sambil mremas salah satu payudaranya hingga putingnya
mnonjol kearahku. Akupun mndekat mnghampirinya dngn perasaan nafsu.
Membuat kontolku kian brdiri dan mngeras kencang dibalik clanaku. Akupun
tak mnunggu lebih lama, sgeraku remasi payudaranya yg mnantang. Tante
Ivone brgelinjang saat tlapak tanganku mndarat dan meremas kedua
payudaranya. ” Achh.., iya Fad trussss ” rintihnya prlahan. Jari
jemariku kian liar mremasi sluruh daging bulat yg padat brisi. JariQ
juga memainkan putingnya yg mulai mngeras. ” Iya,.., ayo diisep Fad..,
aaaayooo “pinta tante Ivone dngn nafas taj tratur. Akupun sgera mnjilati
dan mengisapi puting payudaranya. “Aduhhh…, enaaaak, trusss….” desah
tante Ivone sraya mmegangi kpalaku. Aku smakin brnafsu dngn puting yg
kenyal sperti urat dan mnggemaskan. Smentara tante Ivone smakin mndesah
tak karuan. Tangan kananku meluncur kearah slangkangan dibawah pusar,
trus mnyusup masuk diantara clana dan CD tante Ivone. Hingga jari jariku
trasa mnyentuh rumput halus yg cukup lebat didalamnya. Tante Ivone
mmbuka pahanya tak kala jari tlunjukku brusaha masuk kedalam lobang yg
ada ditengah bulu bulu halus miliknya. “Aowww…” jerit kecil tante Ivone
saat tlunjukku brhasil memasuki lobang memeknya. Dia pun mnggeliatkan
tubuhnya penuh gairah nafsu. Smentara kontolku smakin mngeras hendak
kluar dari bahan yg mnutupinya. Cukup lama jari tlunjukku kluar masuk
didalam memek tante Ivone, hingga lobang itu mulai trasa basah dan
lembab. Sampai akhirnya tangan tante Ivone menahan gerakan tanganku dan
mminta mnyudahinya. “Aaaachhh.., udaahhh., Faddh.., aaachh” rintih tante
Ivone. Akupun menarik tanganku dari balik clananya dan mlepaskan
putingnya dari mulutku. “Buka pakaianmu dong, Fad!!” seru tante Ivone
sraya bangkit dan mlepaskan clana pendek serta CDnya. Shingga dia bugil
dan nampak rumput hitam ditengah slangkangannya yg baru saja ku obok
obok. Akupun mlepaskan smua pakaianku dan bugil sperti dirinya. Dengan
senyum manis kearahku, tante Ivone mendekat dan brjongkok tepat didepan
slangkanganku. “Aouw, gede banget..!!” seru tante Ivone sraya tlapak
tangannya mraih kontolku yg telah brdiri dan keras. Dngn tangan kanan
dia mmegang erat batang kontolku, sedangkan tlapak kirinya mngelus elus
kpalanya. Hingga kpala kontolku trasa brdenyut hangat. Kmudian dimasukan
kontolku kedalam mulutnya sraya matanya mlirik ke arahku. “Agghhh… “aku
mlengguh tak kala sluruh kontolku tnggelam masuk kedalam mulutnya.
Darahku brdesir hangt mnjalari sluruh urat ditubuhku. Aku hanya dapat
memegangi kpala tante … …Ivone, mremas serta mngusap usap rambutnya yg
ikal sebahu. Smentara tante Ivone smakin liar, sbentar mngulum dan
mngemud seakan dia ingin melumat sluruh kontolku. Trnyata dia lebih buas
dari tante Rita. Trkadang dia mnjilati dari batang hingga lobang
kencing dikpalanya. ” Aaaaaaa… ” erangku menahan rasa nikmat nan tramat.
Trasa tubuhku melayang jauh tak menentu. Entah brapa lama tante Ivone
mngemut, mnjilat dan mngulum kontolku. Yg jelas hal ini mmbuat tubuhku
brgetar dan hampir kejang. ” Gantian dong tan, aQ juga mau jilatin
memekmu! ” rengekku, hampir tak mampu mnahan nafsuku. Ingin rasanya
memuntahkan keluar sebanyak banyak. Agar tante Ivone mandi dngn air
maniku. Tante Ivone sgera bangkit brdiri meninggalkan kontolku yg masih
brdiri tegak. Kmudian aku mminta agar dia duduk dikursi tanpa lengan yg
ada. Akupun brjongkok mnghadap memeknya yg dihiasi bulu lebatnya. Kedua
kaki tante Ivone trtumpu pada kedua bahuku. Maka mulutku mulai mnjarah
memek yg tlah mnganga terkuak jari jemariku, hingga nampak jelas lobang
memek yg brwarna merah dan lembab. Lidahku pun mulai mnjelajahi dan
mnjilati lorong itu. “Aaaaowwh…, aaaa…, iyyyaaa.., trussss, aassstttssh”
desah tante Ivone saat lidahku brmain mnjilati lobang memeknya.
“Aduuuhh,…, truuusss, lebihhh daallaaamm, aaah,… enaaakhh, agh, agh,
aghhhh” rintihnya pula sambil mremas dan mnjambaki rambut dikpalaku.
Lidahkupun smakin liar dan brusaha masuk lebih dalam lagi. “Aaaaghh,..,
gilaaaa…, enaaaksss,.., ubss,.., aaaaachghhh” suara tante Ivone tak
karuan. Lidahku brhenti mnjilati dinding lobang memek, kini brpindah
pada daging mungil sbesar biji kacang hijau. Ku jilati itil yg brwarna
merah dan basah dngn air mazinya dan air liurku. “Aughh…..” suara tante
Ivone sperti tersedak sambil mrapatkan kedua pahanya, hingga mnjepit
leherku, ketika ku isap itilnya. ” Aaaaa.., auwghhh…., yaaaaa ” ucap
tante Ivone lirih. ” Udahhh…, Fad…, udddaah Faadd ” rengek tante Ivone
sraya mndorong kpalaku dngn kakinya yg trkulai lemas dibahuku. Akupun
mlepaskan isapan mulutku pada itil tante Ivone dan bangkit brdiri
dihadapannya dngn kontol yg masih tegak dan keras. Kemudian mminta tante
Ivone agar bangkit dari duduknya. Kini aku yg mnggantikan posisinya
duduk dikursi. Tante Ivone naik keatas pahaku dan tubuhnya mnghadap
kearahku, hingga tubuh kami saling brhimpitan. Kmudian tante Ivone
mmbimbing kontolku masuk kelobang memeknya dngan jarinya. ” Aagghhsss.. ”
rintih kecil tante Ivone ketika kontolku masuk menusuk memeknya. Tak
lama kmudian bokongnya mulai turun naik, mngesek gesek kontolku
didalamnya. Aqpun mngimbanginya dngn mmegangi pinggulnya mmbantu
bokongnya turun naik. ” Aachhh.., yaaaa, oohhh, enaaak Fadd “. ”
Auwwghhh…., aaaaaa…, oohhhh, yaaa ” racau tante Ivone tak karuan jika
tubuhnya turun mnenggelamkan kontolku dimemeknya. ” Aauwww, aku ga tahan
ne Fadd,…, aaaauwww, yessss ” rintih tante Ivone sraya mnggerakan
bokongnya dngn cepat. Akupun mmbalas reaksinya, dengan melumat lagi
payudaranya .”Aaaaaawhhh……..”erang tante Ivone sambil mnekan bokongnya
lebih rapat dengan slangkanganku. Akupun mengejang mnahan tekanan bokong
tante Ivone. “Aaaachhhh…….” akhirnya aku tak mampu lagi mmbendung
cairan kental dari dalam kontolku. Kamipun saling brpelukan dngn erat
beberapa saat dngn brcampur peluh masing masing. Stelah cukup lama kami
brpelukan, kamipun bangkit dngn malas, enggan branjak dari suasana yg
ada. Stelah itu kamipun mandi mmbrsihkan tubuh kami masing masing yg
basah dngn peluh syurga. Akhirnya aku bisa menidurimu dan menaklukan
keangkuhanmu Ivone Gienarsih. END
Aku
menginginkan sebenarnya ini hanya menjadi rahasiaku sendiri. Namun
amatlah bagus kiranya hal ini kuberikan kepada teman teman semua. Boleh
dibilang aku yang kata orang bilang – mengidap penyakit oedipus complex,
yakni lebih terangsang dengan wanita yang berusia lebih tua dariku.
Saat ini aku berusia 37 tahun dan sudah berkeluarga. Ceritaku ini
berlangsung kurang lebih dimulai 10 tahun yang lalu. Setelah lulus
kuliah aku diterima di sebuah perusahaan. Aku memulainya sebagai
Management Trainee. Beberapa waktu kemudian aku diangkat sebagai
manager. Karena perusahaan ini adalah perusahaan yang sudah establish,
maka bawahan-bawahanku banyak yang sudah berumur, dalam arti kata rata
rata umur anak buahku diatas umurku. Aku mempunyai seorang anak buah
yang sudah bersuami dengan 1 orang anak.

Selingkuh Dengan Tante Bohay
Aku tidak
mengetahui bahwa setiap kupanggil, dia menampakkan wajah yang berbeda
dibanding dengan teman temannya. Senyumnya yang enawan seringkali
dilemparkannya kepadaku. Akupun hanya membalas seadanya saja (maklum
untuk menjaga wibawaku). Suatu saat pernah dia menumpang pulang
bersamaku, karena kebetulan rumah kami satu jurusan. Itupun dilakukannya
beramai ramai. Umurnya sebenarnya sudah menginjak 35-an waktu itu
(sehingga selisih hampir 7 tahun denganku). Makin lama dia sering pulang
bareng denganku. Suatu saat kami diberikan kesempatan pulang bareng
hanya berdua saja. Supaya nggak diketahui oleh teman temannya aku
janjian disuatu tempat yang telah kami tentukan. Bertemulah aku di
tempat yang telah ditentukan. Sepanjang perjalanan di dalam mobilku,
kami lebih banyak diam. Kulirik dia, dia lebih banyak melihat ke
wajahku. Perlahan lahan kutanyai dia tentang kehidupan pribadinya. Dia
menjawab dengan sekenanya saja – dan aku rasakan dia malas untuk
mengungkapkan kehidupan pribadinya. “Ada apa sih..”, sambil kuberanikan
untuk memegang pahanya. Eh ternyata dia diam saja. “Pak.., aku
sebenarnya sangat mengagumi Bapak”, begitu kata dia memujiku. “Ah..
nggak.., biasa saja koq”, begitu balasku”. Pelan pelan tanganku langsung
meraba ke pahanya. Gesekan- gesekan di pahanya membuat dia menepiskan
tanganku. Kemudian kudiamkan saja dan tanganku kembali memegang kemudi.
Kembali kami terbalut dalam kebisuan lagi. Kemudian tangannya aku
letakkan di pahaku. Eh.., ternyata dia menurut. Dia kemudian aku bimbing
untuk mengelus elus elus pahaku. dan dia menurutinya. Aku naikkan
tangannya supaya memegang lebih keatasnya, yakni ke batang kemaluanku
(yang masih ditutupi celana tentunya). Tanganku kemudian kembali
mengelus elus pahanya. Pelan pelan tanganku kumasukkan ke dalam roknya.
Dia diam saja, malahan elusan ke penisku makin ditingkatkan
frekuensinya. Tanganku masih terus saja mengelus elus pahanya, dan
kuberanikan untuk naik ke atasnya. Aku tidak melihat bagaimana bentuk
dan warna CD yang dia pakai. Kulihat speedometer di mobilku hanya
berjalan dengan kecepatan 40 km/ jam. Elusanku makin menjadi jadi dan
kumasukkan jari telunjukku ke dalam celena dalamnya. Kurasakan labio
mayoranya basah. Jariku terus berpetualang lebih ke dalam lagi. Kulihat
matanya terpejam dan menggeloyorkan badannya. Gerakan masuk keluar masuk
keluar kulakukan. Erangan-erangan kecil yang di timpali suara mesin
mobil menenggelamkan suaranya. Tanganku kemudian kucabut dari jepitan
selangkangannya. Aku memegang kepalanya dan kubuka resluitingku,
kukeluarkan kemaluanku. Aku benamkan kepalanya, untuk mengulum batang
kemaluanku. Dia ternyata menuruti kemauanku. “Agh.. ohh.. agh.. ohh..”,
erangannya. Tanganku kemudian aku masukkan kembali ke selangkangannya.
Dimainkannya mulutnya untuk memutar mutar penisku. Karena aku tidak kuat
lagi, maka di pinggir jalanan yang agak sepi, maka kupinggirkan
mobilku. Dia isap terus kemaluanku.., ditimpali dengan erangannya. “Ogh
Pak.., terus Pak.. enak Pak”. Aku sendiri berkelonjotan tidak karuan
karena nikmatnya. Eranganku semakin tinggi, begitu pula dengan
ngebornya, dimana ujung jari tengahku yang menjadi mata bornya. “Ogh..
ahh.. ogh ahh.. Aku nggak kuat lagi Pak”. Dilepaskannya kulumannya di
penisku dan di pegangnya erat-erat kedua tanganku dengan tangannya. “Pak
cepetin Pak.. ahh.. ahh.. ahh”. Dicengkeramnya badanku makin erat.
Kupegang tubuhnya, dan aku rasakan tubuhnya makin menegang, menegang dan
akhirnya lemas. Kemaluanku masih dipegangnya dengan erat. Karena dia
mengatakan bahwa sudah orgasme, maka kutarik kepalanya agar melanjutkan
tugasnya. Dia kulum-kulum ujung kemaluanku, aku menggelinjang dengan
kondisi tempat yang sempit sekali karena di jok depan mobil. Isapannya
makin kencang dan kenikmatan yang tidak terperikan aku rasakan. Bijiku
dikulum- kulumnya juga. Rasanya aku ada di ujung langit. Melayang
layang. Mataku merem melek merasakan kenikmatan yang tak terperikan
tersebut. “Cepat sayang, ogh.. cepat.. cepat sayang. Iya bagian situ
yang enak.., iya sayang.. terus.. terus.., ahh.. ahh aku nggak kuat lagi
sayang.. ohh..”, maka muncratlah seluruh air maniku. Tahu-tahu di
belakangku sudah ada mobil yang mau parkir. Aku kemudian menstarter
mobilku dengan kondisi yang masih acak- acakan. Oleh dia (oh ya saya
lupa menyebut namanya – dia bernama Bu Risma), resluitingku
dibetulkannya. Penisku dibetulkannya letaknya. Begitulah ceritaku. Lama
akhirnya kami menjadi sering pulang bareng. Kalau berangkat kerja aku
tidak pernah, karena rumahnya lebih jauh tempatnya dibandingkan jarak
rumahku ke tempat kerja. Sejak saat itu, setiap pulang kami melampiaskan
hasrat dengan melakukan seperti itu. Dan apabila ada waktu, kami
menyewa hotel sort time untuk melakukan coitus. ***** Suatu ketika,
karena keterbatasan waktu dan beban pekerjaan, pernah kami melakukannya
di kantor. Saat itu hari Sabtu, dimana jam kerja hanya sampai dengan
pukul 2 siang. Aku lihat pegawaiku yang lain sudah pada pulang. jam
kulihat sudah menunjukkan pukul 14.20. Kemudian tidak kemudian lama
bosku pulang. Yang tertingal hanya 2 office boy. Saat aku melihat ke
ruang sebelah (meja stafku) Kulihat Bu Risma belum pulang. Rupa-rupanya
dia sedang menungguku. Timbul pikiran yang bukan-bukan di benakku.
Perusahaanku adalah salah satu penyewa ruangan di sebuah gedung pencakar
langit di Jakarta ini. Aku panggil kedua office boy yang sedang
mengepel lantai. “No.. sini”, pintaku. “Kamu dengan Ratmo tolong belikan
nasi bungkus. Ini uangnya” Sengaja kuberikan uang yang berlebih. “Kamu
sudah makan belum?”, tanyaku. “Belum Pak”, jawabnya. “Kalau begitu, kamu
makan saja di warung belakang”, dia menunjukkan raut muka kegirangan.
Maka langsung saja digamitnya tangan Ratmo, sambil menunjukkan muka
cerah dengan uang 50 ribuan di tangannya. Setelah kulihat ruangan sepi,
maka kuhampiri meja Bu Risma. Aku tarik tangannya, dan langsung kulumat
bibirnya. Lumatanku belum berhenti, tapi ada dering telepon berbunyi.
“Udah jangan diangkat”, ujar Bu Risma. Tanganku langsung meraba raba ke
gundukan payudaranya. Kami masih dalam pakaian komplit. Aku buka
resluiting celanaku, dan kukeluarkan batang kemaluanku. “Bu tolong
diisep..”, dan kubimbing kepalanya untuk turun kebawah. Sambil
berjongkok dia mengulum penisku. Posisiku berdiri dengan agak gemetar
menahan kenikmatan yang tak terperikan. Dikulum dan disedotnya habis-
habisan pucuk kemaluanku. Hal ini berjalan kurang lebih 5 menit.
Kuangkat dia, dan berganti aku yang jongkok dan dia pada posisi berdiri.
Kuangkat roknya, dan kulepaskan celana dalamnya. Belum sampai CD- nya
merosot ke bawah, aku langsung menjilati kemaluannya. Ujung lidahku
kutempelkan dan kukulum-kulum clitorisnya. “Ahh.. Pak.. enak.. Pak..
enak.. enak”. Ditimpali dengan erangannya, maka makin menjadi jadi
kulumanku. “Pak cepat masukkan Pak.. aku sudah nggak kuat Pakk..”.
Langsung aku berdiri dan kusandarkan dia ke pinggir meja. Kuarahkan
ujung kemaluanku ke permukaan memeknya. Kemaluanku yang sudah menegang
ini kuputar-putar dengan tanganku ke permukaannya. “Ahh.. ahh..”, hanya
itu saja erangan kenikmatan yang keluar dari mulutnya. Karena sudah
tidak tahan, maka dipegangnya kemaluanku dan langsung dibimbingnya untuk
menembus ke lubang kemaluannya. Aku langsung menekannya. “Ahh..”,
terdengar teriakan kecil yang diucapkannya. Aku melihat ke pintu
sejenak, jangan-jangan kedua pesuruhku tadi sudah kembali. Kulihat sejak
awal permainanku tadi, baru berjalan 45 menit. Aku gerakkan pantatku
maju mundur, kuputar-putar, maju mundur. Kadang kukeluarkan dan langsung
aku tancapkan lagi. Di antara erangannya, tangannya mendekap erat
tanganku. Makin lama gerakanku makin kupercepat. Makin erat pula
pegangannya ke tubuhku. Bibirnya kulumat, lehernya kujilat demikian pula
tengkuknya. Gelinjang-gelinjang kenikmatan melandanya. Makin lama
gerakannya makin dia percepat, pinggulnya maju mundur. Makin cepat dan
akhirnya dia terpagut diam dan berteriak histeris, sambil memegang erat
tubuhku. Kurasakan jepitan di kemaluanku yang demikian keras dan
lemaslah dia. Aku menghentikan gerakanku. Beberapa saat kemudian
kugerakkan lagi, karena aku belum keluar. Kulihat bajunya sudah
teracak-acak, walaupun kami masih berpakaian lengkap. Beberapa saat
kemudian, aku merasakan kedut- kedut di ujung penisku, dan aku tahu
bahwa spermaku akan segera keluar. “Sayang, kamu kulum dong..”, sambil
langsung kukeluarkan kemaluanku dari vaginanya dan kutekan kepalanya
kebawah. “Ohh.. ohh.., aku keluar sayang”, isapannya makin kencang dan
kuat. Akhirnya aku tak berdaya beberapa saat disertai dengan kenikmatan
yang tiada taranya. Dia telan semua spermaku, dan dikulum-kulumnya lagi
penisku. Aku berpikir, wah ini sudah tidak perlu dibersihkan lagi.
Beberapa saat kemudian dia lepas kulumannya. Dia kemudian menuju ke
kamar mandi, dan aku membetulkan letak pakaianku. Beberapa saat
kemudian, si No dan Ratmo baru kembali. Aku kemudian makan, dan setelah
selesai makan aku langsung pulang disertai dengan Bu Risma.
Cerita Dewasa 2016|
Pesugihan Membawa Nikmat | Cerita Dewasa - Kisah ini terjadi sepuluh
tahun silam, ketika aku baru kelas satu SMU, semua itu terjadi karena
usaha bisnis ibu tiriku sepeninggalan almarhum ayahku yang semakin
menurun. Sementara aku anak satu-satunya belum bisa berbuat banyak untuk
membantu beban ibu tiriku itu.
Cerita Dewasa Terpanas 2014 | Tibalah suatu ketika ibu tiriku mengajakku
ke daerah Jawa Tengah dimana konon katanya disana ada sebuah kuburan
yang memiliki kekuatan, dan apabila diyakini akan mengabulkan segala
keinginan kita dengan syarat bersedia melaksanakan semedi serta segala
persyaratan lainnya.
Tibalah aku dan ibu tiriku di daerah tersebut, terbayang rasa ngeri
seperti yang biasa kulihat di tayangan-tayangan televisi dan film-film
horror. Namun ibu tiriku memberi tahuku agar bersikap tenang, dan selalu
ingat tujuan kami kesana, memang untuk merubah nasib.
Cerita Dewasa Terpanas 2014 | Sesampainya disana kami disambut oleh
seorang laki-laki yang bertubuh agak tinggi besar, yang dikenal sebagai
penunggu gunung tersebut. “Tentu orang sakti nih”pikirku dalam hati.
Aku dan ibu tiriku diarahkan menuju sebuah rumah kecil menyerupai gubuk
ditengah hutan, saat itu hari sudah senja, sehingga suasana mulai sepi
dan hanya ada pelita kecil untuk penerangan di rumah itu.
Kami pun istirahat di gubuk itu sambil menunggu Mang Karsim si penunggu
kuburan yang memandu kami tadi.
Tak seberapa lama Mang Karsim pun datang, lalu dia menjelaskan syarat
yang harus kami penuhi, memang dari pengalaman yang sudah-sudah banyak
yang sukses sepulang semedi di sini asalkan bersedia memenuhi segala
persyaratan yang dikehendaki oleh kekuatan gaib disitu dengan sepenuh
hati.
Tampak ibu tiriku berbincang-bincang dengan Mang Karsim dalam bahasa
daerah, intinya kami harus berada di gubuk itu selama lima hari sambil
melaksanakan semedi di kuburan yang ada di puncak gunung itu. Menjelang
jam dua belas aku dan ibu tiriku bersiap-siap menuju ke kuburan keramat
itu dengan membawa sesajen dan sebuah tikar, aku sedikit heran saat itu
ibuku mengenakan kain batik putih garis-garis hitam dan baju kebaya,
seperti mau ke undangan saja pikirku dalam hati.
Kamipun berangkat menyusuri kegelapan dengan diterangi sebuah lentera
kecil. Sesampainya di kuburan, Mang Karsim langsung memimpin ritual
khusus di atas kuburan keramat itu. Setelah berlangsung sekitar empat
puluh lima menit, Mang Karsim menggelar tikar yang dibawanya, lalu
mendekat ke arah kami sambil mengatakan bahwa syarat terakhir sudah bisa
dilaksanakan, yaitu aku harus menyetubuhi ibu tiriku diatas tikar itu.
Ya ampun kenapa harus seperti itu sih, mana mungkin bisa begitu, pikirku
dalam hati. Aku saling menatap dengan ibu tiriku.
“Ya sudahlah….kalau memang itu syaratnya..!” kata ibu tiriku dengan nada
pasrah. Mendadak tatapanku jadi kabur sesaat, dan agak limbung rasanya.
Kulihat ibu tiriku seperti bukan sosok yang biasanya, aku tidak
mengerti kenapa pikiranku jadi berubah seperti itu, saat itu ibu tiriku
seperti sosok perempuan yang menggairahkan birahiku. Dalam keadaan
seperti setengah sadar ibu tiriku, membisikkan sesuatu padaku.
“Kamu nggak usah takut, ikuti saja yang ibu lakukan” ungkapnya dengan
nada pelan sambil membaringkan tubuhku di atas tikar itu.
Lalu dia lucuti semua celana dan bajuku, aku diam seperti terkesima,
saat ibu tiriku mulai mengusap-usap kontolku, aku mulai merasakan
rangsangannya, perlahan-lahan kontolku mulai dikocoknya, akhirnya
kontolku ngaceng juga di tangan ibu tiriku. diapun hanya tersenyum
melihat kontolku yang dalam sekejap sudah tegang dan keras.
Sungguh tidak pernah kubayangkan sebelumnya, aku diperlakukan seperti
itu oleh ibu tiriku.
“Punyamu lumayan gede juga ya….”sambil terus menggenggam batang kontolku
sambil sesekali mengocoknya. Gila ternyata nikmat sekali rasanya,
tangan ibu tiriku, ingin sekali rasanya meremas-remas seluruh lekuk
tubuhnya, tapi mana mungkin pikirku.
Dia pun mulai memasukan seluruh batang kontolku ke dalam mulutnya,
sampai mentok. “Aaakh…buuu…saya geli….!!” jawabku spontan.
“Iya…ibu tahu…baru kali ini kamu merasakannya..!” ungkap ibu tiriku,
yang terus menjilati batang kontolku berulang-ulang, sambil diselingi
dengan kocokan, sampai-sampai aku kelojotan menahan rasa geli bercampur
nikmat.
Tanpa kusadari ternyata kejadian itu tak luput dari pemantauan Mang
Karsim, kira-kira dari jarak du meter Mang Karsim memperhatikan gerakan
ibu tiriku yang tengah mengulum batang kontolku, lalu di memberi kode
kepada ibu tiriku agar segera memulai persetubuhannya denganku. Ibu
tiriku perlahan melepas kancing baju kebayanya dan melepas bra yang
membungkus payudaranya. Woow bulat, mulus dan masih kencang, mungkin
karena ibu tiriku cukup lama menjanda, sehingga payudaranya tidak pernah
tersentuh tangan laki-laki makanya terlihat masih utuh dan montok
sekali.
Aku semakin bergairah, dan sangat terangsang ketika ibu tiriku mulai
melonggarkan lilitan kain batik putih yang dipakainya, dan melilitkannya
kembali secara asal-asalan di pinggangnya, anggap saja memberi
keleluasaan agar dapat menyingkapkannya dengan mudah. Ternyata benar
dugaanku, ibu tiriku langsung terlentang dengan posisi kedua pahanya
yang sudah mengangkang.
“Ayo naik kesini…!”ungkapnya, sambil mengarahkan tangannya agar aku
segera menuju ke tengah-tengah selangkangannya itu.
“Gimana bu…saya nggak ngerti..?”ungkapku bingung.
“Ya uda sini…ibu yang masukin anumu ke punya ibu..!” ungkapnya dengan
manja.
“Blepp…plepp..cluppp..” dalam sekejap saja batang kontolku terbenam
seluruhnya ke dalam memek ibu tiriku yang masih sempit dan empuk itu.
“Aaaakhh…..aaahh….ssshh…ooouh… ibuuu…!”aku mendesis merasakan nikmat dan
hangatnya lobang memek ibu tiriku.
“Nggak apa-apa kan…..?”ungkap ibu tiriku sambil mengusap-usap
punggungku.
“Ya uda jangan ragu-ragu….terus teken yang dalam..!”kata ibu tiriku
mengajari aku.
Akupun mulai menggenjot kontolku keluar masuk lobang memek ibu tiriku,
lama-lama aku jadi terbiasa dan bisa menikmatinya. Luar biasa sekali
nikmatnya pikirku. Saat itu tak terpikir lagi kalau yang sedang
kusetubuhi itu adalah ibu tiriku, yang pernah juga ditiduri oleh ayahku.
Sebelumnya tidak pernah terlintas dipikiranku untuk bersetubuh dengan
ibu tiriku, walaupun beberapa tahun silam sering kulihat ayahku saat
lagi mencumbu ibu tiriku ini. Setelah kami tinggal di rumah berdua pun
tidak pernah terlintas pikiran kotorku terhadap ibu tiriku, sekalipun
dalam kesehariannya di rumah, ibu tiriku selalu berpakaian seksi,
seperti mengenakan daster yang sangat pendek, bahkan tidak jarang ibu
tiriku tidur bersamaku dengan dasternya yang tersingkap kemana-mana
sehingga dari paha sampai pantatnya terlihat jelas tanpa sehelai
benangpun menutupinya, namun hal tersebut tidak pernah mengganggu
pikiranku, apalagi sampai membuatku ingin menyetubuhinya.
Tapi kali ini aku benar-benar terangsang sekali, bahkan aku tengah
menyetubuhinya dengan penuh nafsu. Mang Karim pun ikut terbelalak
matanya sambil berkali-kali terlihat menelan ludahnya, saat ibu tiriku
berganti posisi menungging sambil menyingkapkan kain batik yang menutupi
bagian pantatnya, sehingga terlihat jelas dua bulatan pantatnya yang
menonjol, padat, putih, mulus. Akupun tidak menyia-nyiakan kesempatan
itu, segera kuelus-elus batang kontolku lalu kembali kuarahkan ke lobang
memek ibu tiriku dari belakang.
“Aaah…ssshhh…ooohh…ibuuu…nikma t sekaliii..buu..!” ungkapku sambil terus
meremas-remas bulatan pantat ibu tiriku yang tengah menungging
kearahku. Ibu tiriku memaju mundurkan pantatnya sehingga terlihat
kontolku seperti sedang diasah dalam memek ibu tiriku.
Aku heran juga melihat Mang Karim yang kelihatan gelisah sambil
mengelus-elus kontolnya sendiri, rupanya di terangsang melihat adeganku
tadi. Dia pun mendekatkan posisinya ke sebelahku, nampaknya dia
penasaran ingin melihat dari dekat adeganku dan mulusnya pantat ibu
tiriku yang lagi ku remas-remas dan kugenjot dengan kontolku itu.
Tiba-tiba saja Mang Karim pun menurunkan celana kolornya, lalu dia
keluarkan kontolnya yang sudah tegang mengacung ke atas, sorot matanya
terus tertuju ke pantat ibu tiriku yang lagi ku genjot itu.
”Saya nggak tahan juga Mas….!”katanya kepadaku, sambil mengocok
kontolnya yang sudah ngaceng.
Kulihat ibu tiriku yang lagi nungging menoleh kebelakang sambil
tersenyum geli melihat tingkah Mang Karim yang ikut-ikutan terangsang
oleh tubuh montoknya.
Kukembalikan segera konsentrasiku pada tubuh ibu tiriku yang sedang
kutunggangi dengan penuh nafsu itu. Genjotanku semakin kupercepat, aku
tidak tahan seakan batang kontolku lagi diremas-remas oleh dinding memek
ibu tiriku, seperti dipijit-pijit, rasa geli bercampur nikmat, apalagi
saat ibu tiriku memainkan lobang memeknya menjepit batang kontolku saat
kubenamkan seluruhnya ke dalam.
“Aaaah….oouuw…iii..buuu…saa..y a…nggak tahaan…buuu…!”aku mengerang
dengan penuh nikmat.
“Iyaaa….ayo terusin..sayang…sampai keluar ya…!” ungkap ibu tiriku
terbata-bata karena hentakanku pada pantatnya.
Aku mulai merasakan dorongan yang kuat yang hendak meletus, air maniku
seakan sudah di ujung kontolku, yang akan segera memuntahkannya ke dalam
lobang memek ibu tiriku.
Tiba-tiba tubuhku terasa gemetar, darahku berdesir dengan cepat
diseluruh tubuhku, seakan menahan puncak birahi yang luar biasa
nikmatnya, seiring dorongan air maniku yang akan ku*kan keluar dari
batang kontolku.
“Aaaahh….ooouuhh…ibuuu…crott…c rottt..crottt…
oouuuww..!!” akhirnya air maniku muncrat, menyemprot keseluruh dinding
lobang memek ibu tiriku, sungguh betapa nikmatnya menyetubuhi ibu
tiriku. Tidak pernah terbayang olehku sebelumnya, kalau tubuh ibu tiriku
yang sehari-hari didepan mataku, ternyata bisa memberikan kenikmatan
yang luar biasa terhadapku.
Aku terkulai lemas diatas tikar, sementara ibu tiriku yang masih dalam
posisi nungging, terlihat membersihkan sisa air maniku yang berceceran
di atas memeknya dengan menggunakan kain batiknya, dia pun tersenyum
puas atas kebolehanku tadi, sambil mengusap-usapkan kain batik tadi ke
batang kontolku yang mulai kembali ke ukuran semula.
Tinggallah Mang Karsim saat itu yang terus mengocok kontolnya sendiri.
Melihat hal itu ibu tiriku segera bangun dan duduk di atas tikar, lalu
diraihnya batang ****** Mang Karsim yang sedang tegang-tegangnya itu.
Aku jadi tambah bingung, kok ibu tiriku mau megangin ****** Mang Karsim,
mungkin sekalian kotor barangkali, atau sebagai bonus saja buat dia
yang sudah memandu kami, pikirku dalam hati.
“Aduh bu….enak tenan…bu..!” Mang Karsim berguman sendiri. Karena sudah
tidak tahan sejak tadi melihat kemolekan dan kemulusan tubuh ibu tiriku,
Mang Karsim bagaikan ketiban durian runtuh, seumur-umur baginya tidak
pernah melihat tubuh semulus itu. Dia pun mengerang sekuatnya berusaha
menahan air maninya agar tidak segera keluar, dia ingin lebih lama
kontolnya dikocok oleh ibu tiriku, maklumlah bagi dia kesempatan seperti
ini belum tentu dia dapatkan sepuluh tahun sekali. Namun apa daya air
mani Mang Karsim tak bisa dibendung lagi, ibu tiriku memang sangat paham
sekali bagaimana cara memuncratkannya dengan cepat, melalui sedikit
sentuhan-sentuhan rahasia di bagian tertentu pada batang ****** Mang
Karsim, akhirnya air mani Mang Karsim tumpah ruah di kain batik putih
yang dipakai ibu tiriku, bahkan saking bernafsunya air mani Mang Karsim
sebagian menyemprot di payudara ibu tiriku, air mani Mang Karsim
terlihat kental sekali, mungkin karena sudah sepeluh tahun dia menduda.
Tidak lama kami pun bergegas kembali ke gubuk untuk istirahat, sementara
Mang Karim malam itu dengan setia menunggui kami sampai tertidur di
emper gubuk. Sementara aku berada satu kamar bersama ibu tiriku dalam
gubuk itu, tentu atas permintaan dari ibu tiriku sendiri agar aku
menemaninya. Malam ibu tiriku bertanya padaku bagaimana perasaanku,
sambil menghiburku agar tidak kaget atas kejadian di kuburan keramat
itu.
“Saya takut bu….sa..ya…bi…ngung…” sambil terbata-bata.
“Iya ibu tahu…ibu ngerti…tapi kamu hebat…” ibu tiriku memotong
pembicaraanku.
“Maksud ibu hebat gimana…?” ungkapku dengan penuh rasa heran.
“Itu lho…. ibu baru lihat…ternyata punyamu besar sekali..” ungkap ibu
tiriku sambil berbisik kepadaku. Aku diam saja mendengar pernyataan itu.
“Ibu jadi tertarik aja melihatnya tadi….sampe sekarang terbayang
terus…!”kenangnya.
“Iya bu, saya juga baru tadi aja melihat tubuh ibu dengan jelas…!”
ungkapku dengan malu-malu.
“Kamu suka nggak…seperti tadi dengan ibu…?” ungkap ibu tiriku sambil
berbaring menghadap ke arahku.
“Hhmm…iya..iya..bu..saya suka.., enak bu..saya baru merasakan begitu.!”
“Kalau kamu mau, ibu tidak keberatan kamu setubuhi ibu seperti tadi
kapan aja kamu mau, asal jangan ada orang lain yang tahu..ya…!”
tegasnya, sambil kembali meraih kontolku yang sudah mengecil, lalu di
usap-usapnya dengan lembut.
“Kamu suka nggak ibu ginikan…?” ungkapnya dengan nada yang genit, sambil
sesekali batang kontolku dikocoknya.
“I..ya..bu…ssshhh.. ge..li..buu..!” ungkapku terbata-bata.
Ibu tiriku pun semakin jadi memainkan kontolku, dikulumnya dalam-dalam,
lalu dijilat-jilat ujungnya dengan gemas.
“Aaahh…oouww…ibuuu…” aku mulai merintih menahan geli bercampur nikmat.
Dalam sekejap kontolku sudah mengacung tegang keatas, melihat hal itu
ibu tiriku semakin bergairah melumat habis batang kontolku mulai dari
bijinya sampai ke ujung, terus berulang-ulang.
“Kamu juga boleh pegang-pegang memek ibu…!” ungkapnya sambil menarik
tanganku dan menempelkannya di atas lobang memeknya persis. Rupanya ibu
tiriku sudah sejak tadi terangsang sewaktu melihat kontolku mulai
ngaceng, terlihat dari memeknya sudah terasa basah. Tanganku yang satu
lagi meraba payudara ibu tiriku yang begitu menggemaskan. Kain batik
putih yang dipakainya pun sudah terlihat acak-acakan karena rabaan dan
remasanku yang mulai berani ke seluruh bagian tubuhnya yang sangat
menggairahkan itu.
“Ayo masukin…..ibu udah nggak tahan nih…!” ungkapnya dengan nakal.
Tanpa pikir panjang lagi langsung kubenamkan seluruh batang kontolku ke
lobang memek ibu tiriku itu.
“Aaaah….oohhh…oooh…!!” aku mulai merancu tidak karuan saking luar biasa
nikmatnya. Aku langsung menggenjot batang kontolku keluar masuk di dalam
lobang memek ibu tiriku itu.
Ibu tiriku terlihat begitu seksi sekali dalam keadaan setengah bugil
seperti itu. Kain batiknya melorot ketarik oleh genjotanku. Tak lama
kubalikan tubuh ibu tiriku agar posisinya membelakangiku. Woow pantatnya
yang montok dan gempal terlihat menungging persis di depan kontolku
yang sudah sangat tegang, langsung saja kusodokkan ke lubang syurga ibu
tiriku.
“Aaw…aaw….ouww…nikmat sekaliii…!!” ibu tiriku merintih sambil menahan
hentakan batang kontolku yang makin dalam. Tiba-tiba pantat ibu tiriku
mulai terlihat gemetar seakan sudah mendekati orgasme.
“Aaaaw….ibu mau keluaaar….creekk crerkk creek” air mani ibu tiriku
muncrat sewaktu kontolku menusuk-nusuk memeknya yang empuk dan padat
itu.
Aku terus menggenjotnya, gerakanku semakin cepat, batang kontolku pun
terlihat semakin gencar menghunjam lobang memek ibu tiriku. Ibu tiriku
memang pandai, dia putar-putar pantatnya bergoyang berlawanan dengan
genjotanku, sampai akhirnya aku merasa seperti di pilin-pilin nggak
karuan.
“Aaaaw…oouhh….crottt..crottt…c rottt.. uuhh..!!” air maniku tiba-tiba
saja muncrat tak tertahankan dalam lobang memek ibu tiriku. Gila aku
benar-benar nggak kuat lagi menahannya, memang luar biasa permainan ibu
tiriku, tidak kuduga sampai seperti ini kenikmatan yang tersimpan dalam
tubuh montoknya, ungkapku dalam hati.
Puas sekali rasanya, akupun kembali terkulai lemas disebelah tubuh ibu
tiriku, begitu gencarnya permainan tadi, tanpa kusadari kain batik
panjang ibu tiriku telah melilit ketat dari kaki sampai kepinggangku,
mengikatku jadi satu dengan tubuh ibu tiriku, kami pun terbalut rapat
sehingga sulit bergerak, karena dinginnya udara malam di tengah hutan
saat itu, akhirnya aku dan ibu tiriku membiarkan tubuh kami dalam
keadaan berpelukan seperti itu sampai pagi harinya.
Aku lihat keluargaku dan keluarga Kokoku
sangat bahagia dengan lahirnya cucu pertama mereka, apalagi karena bayi
pertamaku ini adalah laki-laki yang punya arti penting dalam tradisi
chinese. Walaupun aku masih merasa letih akibat dari proses melahirkan
yang panjang, aku bersyukur bisa tetap melahirkan dengan proses alami.
Tetapi bagaimanapun kebahagiaanku terasa belum lengkap karena ayah
biologis dari anakku tidak bisa mendampingi aku saat aku mempertaruhkan
nyawa melahirkannya ke dunia. Ya memang betul, anak yang baru saja
kulahirkan bukanlah berasal dari benih koko atau suamiku sendiri tapi
dari benih mas Yanto, seorang pria pribumi yang merupakan partner bisnis
Koko dan sudah berkeluarga. Aku sempat khawatir apakah anakku nantinya
akan lebih mirip bapak biologisnya dibadingkan dengan ibunya, karena
kalau hal ini terjadi maka perselingkuhanku akan langsung ketahuan.

Partner Bisnis Suamiku Menggairahkan Selangkanganku
Tapi ketakutanku ternyata tidak
beralasan karena mata anakku tetap sipit dan berkulit putih walaupun
beberapa bagian wajahnya lebih mirip mas Yanto dari pada Koko. Aku
berharap akan bertemu mas Yanto nanti di jam besuk untuk memperlihatkan
kepadanya bahwa anak biologisnya itu sehat-sehat saja. Dalam
kegembiraannya Koko dan mertua perempuanku mengatakan bahwa mereka
berharap aku melahirkan 2 sampai 3 anak lagi agar rumah tidak sepi
katanya. Aku hanya tersenyum kecut karena aku tidak begitu yakin apakah
mas Yanto masih mau menghamiliku lagi ? Bahkan aku juga tidak tahu
apakah aku masih punya kesempatan untuk bercinta dengan mas Yanto lagi.
Namaku Syeni, umurku saat itu 29 tahun, aku keturunan Chinese yang masih
totok dan aku sekarang jadi ibu rumah tangga yang sehari-hari bertugas
merawat kedua mertuaku karena suamiku yang umurnya jauh lebih tua dariku
masih serumah dengan orang tuanya. Aku baru menikah satu tahunan dengan
Koko dari perjodohan antar keluarga. Sebenarnya bukan aku tidak mampu
mencari pacar sendiri untuk jadi suamiku tetapi kebanyakan pacarku tidak
sesuai dengan selera orang tuaku yang cukup kolot sehingga akhirnya aku
“terlambat kawin”. Menurut orang-orang wajahku sangat khas oriental
dengan kulit yang putih bersih, rambutku hitam lurus panjang sampai
melewati bahu. Walaupun badanku tidak bisa dibilang langsing, tapi juga
tidak bisa dibilang gemuk karena tidak ada lipatan-lipatan lemak pada
tubuhku. Keistimewaanku adalah ukuran dadaku yang ekstra besar tapi
padat demikian juga dengan pinggulku dan bulatan pantatku yang agak
besar. Bila koko sudah memintaku berpakaian yang seksi, maka sangat
sulit melarang laki-laki untuk tidak melihatku dengan pikiran jorok
mereka. Sebelum menikah, pergaulanku cukup bebas dalam artian aku selalu
tidur dengan pacar-pacarku sejak masih di SMA. Tidak kurang dari lima
orang cowok pernah meniduri aku, masing-masing antara satu sampai dua
tahunan lama berhubungannya. Tentu saja tidak banyak yang tahu
reputasiku kecuali bekas cowok-cowokku itu sendiri karena orang lain
tahunya aku adalah gadis yang baik dan aktivis gereja. Malahan dari lima
orang cowok yang pernah meniduri aku, tiga diantaranya justru aku yang
merenggut keperjakaan mereka. Menikah dengan Kokoku sekarang seolah-olah
hukuman bagi pergaulan bebasku sebelumnya, ruang gerakku menjadi sangat
terbatas karena hampir tidak bisa keluar rumah kecuali untuk belanja
atau ke gereja. Belanja keperluan keluarga sudah terlalu melelahkan bagi
mertuaku, sehingga aku bisa pergi sendiri karena koko juga tidak mau
mengantar. Kalau ke gereja apalagi, Kokoku dan keluarganya sangat
paranoid dengan gereja terutama pendeta-pendetanya tapi untungnya mereka
tidak melarangku untuk ikut aktivitas gereja terutama yang tidak harus
keluar sumbangan. Setelah setahun menikah, aku belum memperlihatkan
tanda-tanda akan hamil padahal kedua mertuaku terus-terusan bertanya
karena menganggap kesempatan untuk anaknya sudah semakin sempit. Aku
menjadi cukup stress memikirkannya karena kalau diperiksa ke dokter
semuanya baik-baik saja. Apakah ini karena dulu aku pernah menggugurkan
kandunganku sampai lima kali ? Tentu saja aku tidak pernah bisa
menceritakan hal ini ke dokter kandunganku. Malah aku bersyukur dokterku
tidak bisa menemukan bekas-bekas aborsi yang pernah aku lakukan. Dari
setiap hubungan dengan kelima orang pacarku, masing-masing pernah
membuatku hamil. Nafsu berahiku yang sangat besar sering membuatku lupa
tempat dan waktu untuk minta segera disetubuhi kepada pacar-pacarku.
Akibatnya ada beberapa persetubuhan yang memaksa pacarku melepaskan
spermanya di dalam tanpa memakai pengaman. Tentu saja hanya aku sendiri
yang tahu berapa kali aku pernah melakukan aborsi, bahkan sebagian besar
cowokku tidak tahu bahwa mereka telah membuatku hamil karena aku keburu
memutuskan hubungan dengan mereka. Hanya pada kehamilan pertama saja
yang diketahui cowokku karena saat itu juga aku sendiri panik dan
terjebak dalam kebingungan yang berlarut-larut sampai usia kandunganku
hampir tiga bulan sebelum akhirnya bisa digugurkan. Aku kenal dengan mas
Yanto karena diperkenalkan oleh Kokoku sebelum kami menikah. Mas Yanto
merupakan partner bisnis Kokoku sejak lama, mereka mendirikan perusahaan
sama-sama yang terus berjalan sampai sekarang. Sejak pertama kali
bertemu aku punya perasaan aneh tentang mas Yanto, bukan perasaan buruk
malah sebaliknya yaitu aku tertarik kepada mas Yanto sebagai wanita
terhadap pria. Kenapa aku bilang aneh karena aku biasanya tidak pernah
tertarik kepada pria beristri dan aku juga sebenarnya tidak pernah
tertarik pada pria pribumi. Umur mas Yanto lebih tua dari koko, sangat
ramah dan penuh perhatian, selalu mendengar lawan bicaranya tanpa pernah
meremehkannya walaupun ternyata dia lebih benar. Hal ini sangat berbeda
dengan kokoku yang tidak pernah menanggapiku kalau pendapatku sudah
dianggapnya salah. Secara fisik walaupun sudah umur 40an, mas Yanto juga
terlihat seksi dengan bulu-bulu tangannya yang lebat. Sedangkan kumis
dan jenggotnya yang lebat tapi beruban menunjukkan kematangannya dengan
asam garam kehidupan. Tekanan mertua dan suami ditambah rahasia masa
lalu yang tidak bisa aku ceritakan pada siapapun membuat aku sering
sakit-sakitan sampai akhirnya aku bisa berkomunikasi dengan mas Yanto.
Awalnya sederhana saja, aku memang sengaja mencari dan meng-add akun mas
Yanto di FBku. Rasa ketertarikanku pada mas Yanto membuatku nekat ingin
lebih mengenal dia dan berusaha bisa berkomunikasi. Ternyata mas Yanto
sama sekali tidak keberatan berkomunikasi denganku dengan catatan jangan
sampai diketahui oleh kokoku karena dia tahu persis adat buruknya. Oleh
karena itu kami hanya menggunakan identitas asli saat menggunakan akun
fesbuk tetapi untuk chatting masing-masing sudah punya nama samaran lain
Awalnya aku hanya berkomunikasi untuk berbasa basi saja atau
bertanya-tanya seputar pekerjaan kokoku supaya aku bisa lebih mengerti
dia. Kokoku benar-benar terlalu malas untuk menerangkan pekerjaannya
sendiri kepadaku karena aku Cuma lulusan SMA dibandingkan dia yang
lulusan S1 perguruan tinggi ternama dan S2 dari luar negeri. Tapi lama
kelamaan aku mulai berani curhat ke mas Yanto, tentu saja awalnya hanya
untuk hal-hal sepele tapi lama kelamaan karena jawaban-jawaban dari mas
Yanto begitu menyejukkan aku mulai memasuki daerah pribadi. Seperti
keluhanku saat bersetubuh dengan koko sampai kepada kehidupan seksku di
masa lalu. Sebenarnya sih aku “terjebak” oleh kecerdikan mas Yanto yang
mulai melihat bahwa pengalaman seksku lebih baik dari pada kokoku. Tapi
karena dia tidak pernah menghakimi sama sekali perbuatanku, maka aku
malah merasa benar-benar telah menemukan teman curhatku. Tentu saja aku
belum berterus terang bahwa aku pernah melakukan aborsi, bahkan sampai
lima kali, karena aku belum berani menebak reaksinya terhadap hal yang
satu ini. Chatting di internet memang memungkinkan orang untuk melewati
batas-batas yang hampir tidak mungkin dilakukan di dunia nyata oleh
orang-orang yang sebenarnya saling asing sama sekali. Awalnya aku yang
mencoba memancingnya untuk “menaikkan status” menjadi berpacaran di
dunia maya karena toh sekarang kami sudah menggunakan nama samaran
masing-masing. Ternyata mas Yanto bersedia saja selama kami menambah
beberapa kode “pengaman” untuk mencegah akun masing-masing diterobos
orang lain. Jadilah kami mulai berpacaran di dunia maya, seperti
pacaranku sebelumnya aku merasa bebas untuk “berhubungan seks” dengan
pacarku termasuk yang di dunia maya kali ini. Apabila aku belum orgasme
setelah disetubuhi koko, aku minta mas Yanto untuk memuaskanku sampai
orgasme melalui persetubuhan ala chatting. Apabila mas Yanto bilang “aku
remas remas payudaramu”, maka aku meremas-remas payudaraku dengan
membayangkan mas Yanto yang melakukannya. Biasanya hanya sampai
mengelus-elus vaginaku saja oleh chattingannya mas Yanto, aku sudah bisa
orgasme. Aku benar-benar mulai tergila-gila dengan mas Yanto dan
benar-benar mulai menganggap bahwa aku ini adalah pacar gelapnya dia.
Untuk semakin memudahkan komunikasi kami, mas Yanto lalu mengajarkanku
untuk memanfaatkan webcam dari netbookku sehingga sekarang kami bisa
saling melihat satu dengan lainnya. Tanpa malu-malu aku sering tampil di
depan webcam mulai dari berpakaian seksi, berpakaian minim,
bertelanjang bulat sampai beronani. Tentu saja hal itu hanya bisa aku
lakukan saat koko sedang tidak ada di rumah, sedangkan mertuaku tidak
mungkin bisa memergokiku karena kamarku ada di lantai 2. Bercumbu di
dunia maya lama kelamaan mulai tidak cukup buatku, aku mulai
menginginkan bercinta sungguhan dengan mas Yanto. Saat aku sampaikan
keinginanku ini, ternyata mas Yanto pun punya keinginan yang sama.
Walaupun begitu ternyata sangat sulit menemukan waktu yang pas untuk
bertemu karena mas Yanto ingin persetubuhan yang pertama harus penuh
kesan bukan persetubuhan singkat di mobil misalnya. Hal ini membuatku
hampir menjadi putus asa karena waktu yang tersedia bagiku amat terbatas
yaitu saat aku ke pasar atau ke gereja. Tapi akhirnya kesempatan itu
datang juga, karena suatu hal Koko tidak bisa pergi ke Singapura untuk
membeli obat buat mertuaku sehingga dia memintaku yang pergi ke sana.
Kesempatan ini tidak aku sia-siakan, aku sekalian membujuk Koko untuk
membiarkan aku berobat menyuburkan kandunganku di Singapura, terserah
itu dilakukan di rumah sakit atau ke shinshe yang ada di sana. Dasar
kalau sudah hoki, ternyata mertuaku sangat mendukung bahkan ikut
mencarikan informasi mengenai klinik yang bisa aku datangi. Akhirnya aku
dapat ijin untuk pergi ke Singapura selama lima hari karena memang
perawatannya sendiri memerlukan proses pengambilan sampel sebelum dan
saat memasuki masa suburku. Aku mengatur jadwal kepergianku bersama-sama
dengan mas Yanto, tentu saja tanpa sepengetahuan Koko. Kami akan
menginap di hotel yang sama tetapi berbeda kamar, mas Yanto sendiri
menyiapkan dua kamar untuk berjaga-jaga dari semua kemungkinan.
Penerbangan kami tadinya akan dibuat berbeda, tetapi mas Yanto khawatir
kalau ada sesuatu menimpaku karena aku tidak pernah benar-benar pergi
sendiri ke luar negeri sehingga akhirnya kami menggunakan penerbangan
yang sama. Pada hari H sesampainya di bandara aku segera bergegas ke
business lounge seperti yang diminta mas Yanto karena dia sudah menunggu
di sana. Setelah cipika cipiki kami mencoba mengobrol, ternyata semua
jadi kikuk lagi tidak selancar waktu ngobrol chatting di internet tapi
akhirnya mas Yanto berhasil mencairkan suasana dengan
gurauan-gurauannya. Walaupun kami berusaha bersikap sewajar mungkin tapi
tidak bisa dipungkiri tetap terlihat ada suasana kemesraan di antara
kami. Sebagian orang di sana sering melirik kami dengan pandangan heran
karena melihat pasangan pribumi sawo matang berbaju kasual dengan
Chinese putih yang sangat sipit yang berbaju seksi. Akhirnya waktu untuk
boarding tiba, sebelum kami berjalan ke boarding lounge mas Yanto
tiba-tiba berbisik padaku untuk melepas celana dalamku di toilet
business lounge sebelum naik pesawat. Mukaku sampai merah merona karena
jengah mendengarnya dan sempat protes karena aku sudah memakai rok mini
yang tinggal 1/3 paha kalau sedang duduk tapi mas Yanto keukeuh pada
permintaannya. Walaupun aku tidak mengerti tujuannya tetapi aku turuti
juga kemauan mas Yanto yang menungguku melepas celana dalamku di luar
pintu toilet dengan senyuman nakal. Entah bagaimana caranya mas Yanto
bisa mengatur kami duduk berdampingan di pesawat padahal waktu check-in
kami terpisah dan kami duduk di baris yang memang hanya ada dua kursi
saja. Aku kembali terheran-heran saat mas Yanto mengambil selimut yang
tersedia di bagasi cabin dan memakainya untuk menutupi pahaku yang hanya
tertutup rok mini. Pikirku mungkin mas Yanto tidak terbiasa berjalan
dengan wanita yang berpakaian seksi karena istri dan anak perempuan mas
Yanto sehari-harinya pakai jilbab. Hal itu berbeda dengan Kokoku yang
selalu menginginkan aku berpakaian seseksi mungkin, apalagi karena
payudaraku sangat besar dan bulat membuat dia selalu membelikan aku
baju-baju yang membuat kelebihan ukuran dadaku semakin terlihat. Di
dalam pesawat aku mulai berani bergelendotan manja dengan mas Yanto yang
membalasnya dengan kecupan-kecupan kecil di pipi dan bibirku. Jantungku
mulai berdebar kencang membayangkan apa yang akan kami lakukan selama
beberapa malam ke depan tanpa gangguan siapapun. Setelah pesawat
take-off tangan mas Yanto mulai masuk kebalik selimut yang menutup
pahaku. Sekarang aku jadi mengerti tujuan mas Yanto menyuruhku membuka
celana dalam dan kemudian menutupinya dengan selimut. Tanpa kusadari
kulit wajahku kembali merah merona dan nafasku mulai memburu, padahal
tangan mas Yanto baru memijat-mijat pahaku saja. “Hhhhhhhh ….” Aku
mendesah pelan sekali saat tangan mas Yanto mulai mengusap-usah pangkal
pahaku. Secara naluriah aku membuka pahaku selebar yang memungkinkan di
kursi pesawat dan merubah posisi dudukku agak sedikit melorot pada
sandaran kursi supaya seluruh bagian vaginaku lebih mudah dijangkau.
“Ahhhh …mmmassshhhhh….” Aku mendesah tertahan sambil memeluk tangan mas
Yanto ketika kelentitku mulai diusap-usap jari tangannya dan mebuat
cairan vaginaku mulai membasahi lubang senggamaku. “Masukin massh…
ohhh…masukiiiinnnn …aja…massshhhh…” Erangku karena sudah tidak tahan
lagi kalau jari-jari mas Yanto hanya menggesek di luar lubang senggamaku
saja. CLEEPPP ….. kurasakan salah satu jari mas Yanto sudah masuk ke
dalam liang senggamaku Srrtt..srrttt ….srrrtt … dengan cepat jari itu
keluar masuk liang senggamaku di balik selimut. “A…a…a….a…” aku berusaha
bertahan sekuat tenaga supaya tidak mengeluarkan jeritan kenikmatanku
hingga akhirnya tanpa sadar aku menggigit-gigit lengan mas Yanto yang
dari tadi sudah aku peluk. “Ooohhh Tuhaann ….oohh Tuhann … nikmat
sekali…ohhhh …” Gumamku saat kurasakan orgasmeku hampir tiba.
“Oucccchhhhhhhh…..masss….ahhhhhh….” Tanpa sadar aku menggeliat di kursi
saat orgasmeku datang dan membuat selimutnya melorot walapun mas Yanto
masih sempat menariknya kembali. “Aduuuh enak sekali mas … terima kasih
ya …” Kataku sambil membantu mas Yanto membersihkan jari-jari tangannya
yang belepotan oleh cairan vaginaku sampai ke punggung dan telapak
tangannya. Aku juga sempat mencubit mas Yanto karena cemburu ketika
seorang pramugari mencoba bermain mata dengannya sambil memasukkan
jarinya kedalam bibirnya walaupun mas Yanto hanya menanggapinya dengan
senyum ramah biasa. Mungkin pramugari itu bisa menduga apa yang
dilakukan mas Yanto kepadaku dari balik selimut yang menutupiku.
Fantasiku mulai melayang ke mana-mana, bayangkan saja dalam waktu kurang
dari 5 menit dan hanya dengan jari tangannya saja mas Yanto bisa
membuatku orgasme. Padahal selama ini setiap cowok yang sudah meniduri
aku jarang sekali yang bisa membuatku orgasme. Aku jadi makin tidak
sabar ingin segera berhubungan badan dengan mas Yanto, kata beberapa
temanku penis orang pribumi rasanya lain dan gaya mereka bercinta juga
berbeda. Dari pengalamanku berhubungan badan dengan Koko maupun kelima
pacarku yang semuanya Chinese, semua rasanya sama saja kalau sudah di
dalam liang senggamaku walaupun ukuran penisnya beda-beda. Beberapa
menit kemudian pesawat sudah mendarat di Changi Airport dan kembali saat
kami jalan berdua menuju imigrasi orang-orang sering memandang kami
dengan pandangan ganjil atau senyum nakal. Waktu aku tanya ke mas Yanto
apakah dia melihat seperti yang aku lihat atau itu hanya perasaanku saja
karena pertama kalinya kami bepergian bersama. Mas Yanto menjawab bahwa
dia juga melihat apa yang aku lihat, menurutnya selain perbedaan ras
penampilan kami memang jauh berbeda. Mas Yanto berpenampilan dewasa dan
kalem, sedangkan aku terlihat seksi dan nakal karena mungkin sudah
dibiasakan oleh Kokoku. Saran dari mas Yanto adalah aku merubah sedikit
penampilanku agar kami tidak jadi terlalu mencolok. Walaupun tidak
dikatakannya langsung, aku juga mengerti bahwa dia tidak ingin aku
dianggap sebagai wanita bayaran yang mendampingi pengusaha atau pejabat
pribumi yang sedang berlibur. Tanpa terasa kami sudah sampai di hotel
Grand Hyatt di Scotts Road yang biasa di pakai Koko kalau dia ke
Singapore. Kamar-kamar kami selain berbeda juga berada di tower yang
terpisah dengan lift sendiri-sendiri. Mas Yanto sudah memperhitungkan
semuanya dengan cukup teliti karena dia tahu betul sifat Kokoku. Mas
Yanto juga sudah membeli SIM Card lokal untuk kami pakai berkomunikasi
satu sama lain selama di Singapore. Begitu sampai ke kamar aku mulai
gelisah karena sangat kangen dengan mas Yanto, apalagi dengan kejadian
di pesawat tadi. Tapi mas Yanto pesan bahwa aku jangan mengontak dia
tapi harus menunggu dia yang mengontak aku karena dia belum
mempersiapkan HPku untuk diisi nomor lokal tadi. Ting…toooooong …
tiba-tiba bel kamarku berbunyi Ternyata mas Yanto yang ada di luar
pintu. Aku segera membukakan pintu untuknya dan menyambutnya dengan
gembira karena benar-benar tidak menyangka mas Yanto akan ke kamarku
secepat ini. Hhhhhhmmmmmpppphhhh …. Aku langsung mencium bibirnya dengan
penuh rasa rindu sampai lupa menutup pintu kamarku. “Kok lama sekali
datangnya .... ?” Kataku manja setelah kami selesai berciuman, padahal
aku sendiri baru saja meletakkan koper dan bersih-bersih sedikit tapi
belum sempat ganti baju. “Saya tadi harus cari tahu dulu siapa pemilik
benda ini …” jawab mas Yanto sambil memperlihatkan celana dalam hitam
transparan yaitu celana dalam yang aku copot di Cengkareng. Rupanya mas
Yanto berhasil mencomotnya dari tasku tanpa aku ketahui. “Aduuuuh kok
jadi ada di sana sih ?” Mukaku langsung berubah merah karena malu. Waktu
aku berhasil merebutnya malahan mas Yanto kembali memelukku dengan satu
tangannya sedangkan tangan yang lain langsung merogoh masuk kedalam rok
miniku yang tentu saja masih belum memakai celana dalam lagi. Aku
segera melepas rok miniku itu sehingga sekarang bagian bawahku sudah
telanjang. Mas Yanto langsung meresponnya dengan melepaskan celana yang
dipakainya dan kemudian celana dalamnya. “Iiiiiihhhhhhhh …. !!!” Spontan
aku berteriak kaget waktu melihat penis mas Yanto yang sudah mengacung
ke arahku. Penis mas Yanto ukurannya biasa-biasa saja, tapi yang sangat
berbeda adalah warnanya yang hitam kemerahan dan bentuknya yang pipih
bukan bulat. Di sekeliling penisnya terlihat banyak urat-urat pembuluh
darah yang menggelembung sehingga penis itu seperti batang pohon yang
dililit oleh akar-akar bahar disekelilingnya. Aku merasakan liang
senggama di vaginaku berkontraksi dan mulai lembab karena bentuk penis
Yanto yang sebenarnya agak menyeramkan bagiku tetapi mulai membangkitkan
gairah berahiku dengan seketika. “Kenapa sayang ?” Tanya mas Yanto
keheranan. “Aku belum pernah lihat penisnya pri … eh … seperti ini”
Jawabku kagok “Maksudnya belum pernah liat penis orang pribumi ya ?”
Canda mas Yanto “Mau cicipin sekarang ?” “Mauuuuu ….” Kataku manja
sambil mencium mas Yanto, sedangkan tangan kananku memegang penisnya.
Vaginaku semakin lembab oleh cairan dan mulai terasa berdenyut-denyut
karena aku terangsang sendiri saat menggenggam penis mas Yanto. Ketika
menggenggam penisnya yang pipih, aku seperti sedang memegang ikan lele
yang besar yang berontak ingin lepas. “Masukkin langsung aja masss ….
Aku udah ga tahan pengen diijut” kataku memakai istilah dalam bahasa
sunda jalanan untuk bersetubuh. Tanpa menunggu lagi mas Yanto langsung
mendorong tubuhku ke dinding kamar hotel, kemudian dengan menekuk kedua
lututnya penisnya mulai diarahkan vaginaku untuk mencari lubang
senggamanya. Kepala penis mas Yanto aku pegang dengan jari-jariku untuk
membantunya mencapai liang senggamaku. Terus terang aku belum pernah
bersetubuh sambil berdiri dengan cowok-cowokku sebelumnya, apalagi
dengan Kokoku. “Aaaaahhhhhh ……” Aku mendesah saat kepala penisnya masuk
kedalam liang senggamaku, mas Yanto tidak langsung memasukkan seluruh
batangnya tapi memutar-mutar dulu kepala penisnya seolah-olah ingin
mengenali situasinya dulu. BLESSSSSSSS …… Pelan-pelan batang penis mas
Yanto masuk ke dalam liangku sampai masuk seluruhnya dengan mulus karena
vaginaku benar-benar sudah siap menerima tamu. “Adddddaaaawwwwwwww
…..auhhhhhh…aaaahhhhhh ….” Aku mengerang kenikmatan. Sambil tangannya
menyangga kedua pantatku, mas Yanto meluruskan kembali kakinya yang tadi
ditekuk sehingga otomatis aku terangkat ke atas seperti melayang dan
terasa nikmat sekali. Kemudian aku diminta untuk melingkarkan kaki di
pinggulnya sedangkan tanganku memeluk lehernya. Mas Yanto mulai memompa
penisnya keluar masuk vaginaku dengan gerakan pelan sambil sedikit
menekan sehingga aku merasa sedang dipaku di dinding dengan penis
sebagai pasaknya. Cairan vaginaku mengalir dengan derasnya sampai keluar
dan membasahi bulu kemaluan kami berdua. “Ahhh ….ahhhh
…hehhhh…hehhhh…ahhhh…ahhh” aku terus mengeluarkan desah nikmat mengikuti
irama gerakan penisnya dengan mata sipitku yang terpejam. Pakaian
bagian atasku yang masih lengkap dengan BH karena belum kulepas mulai
kusut dan basah oleh keringat, pakaian mas Yanto juga sudah mulai
acak-acakan. Posisi bersetubuh kami memang hanya melekatkan tubuh pada
bagian pinggul kebawah sehingga tidak terlalu mengganggu. “Aduuuhhhh
massshh … enak sekali ….ahhhh ….enak terusshhh…shhhh…” Aku mulai meracau
bersamaan denga semakin memuncaknya rasa nikmatku.
“Aaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhh ………masssssssss…….akuuuu…dappppaaaaaaaattt”
aku menjerit saat orgasmeku meledak dengan tiba-tiba. Kaki dan tanganku
langsung menjepit tubuh mas Yanto dengan kencang, mukaku terasa memerah
dan mata sipitku tiba-tiba melotot saat mencapai puncak kenikmatanku
dari penis orang pribumi pertamaku. Setelah klimaks orgasmenya berlalu,
aku langsung merasa lemas sehingga kakiku tidak kuat lagi menjepit
pinggangnya dan terjuntai lemas. Mas Yanto menghentikan pompaannya,
kemudian memelukku dan menyandar kepalaku di bahunya lalu aku
dibopongnya ke ranjang dengan penisnya masih ada di dalam vaginaku.
“Uuuuuuuuhhhhhhhhhhh …..” aku melenguh nikmat saat penis mas Yanto
terlepas dari vaginaku setelah membaringkanku di tempat tidur. Dengan
telaten mas Yanto melepas baju dan BH yang tersisa, kemudian dia
melepaskan juga bajunya sendiri sehingga sekarang kami berdua sudah
telanjang bulat. Aku lihat penis mas Yanto masih tegak melengkung ke
atas dan berkilat-kilat terkena cahaya dari layar TV. Rupanya mas Yanto
masih belum ejakulasi, padahal biasanya cowok-cowokku ejakulasi duluan
sebelum aku orgasme atau paling tidak bersamaan datangnya. Kakiku
direntangkannya lebar-lebar dengan satu tangannya sedangkan tangannya
yang lain mengocok-ngocok penisnya sambil diarakan ke liang senggamaku.
BLESSSSS ….. dengan sekali genjotan pada pinggulnya seluruh batang
penisnya langsung masuk ke dalam vaginaku sampai kepangkalnya.
“Auuuuuhhhhhhhhhhhhh…..Masshh …pelan-pelan” jeritku karena merasa
sedikit ngilu pada vaginaku akibat persetubuhan kami yang sambil berdiri
tadi. Dengan lembut mas Yanto mulai menggerakkan penisnya maju mundur
di dalam liang senggamaku yang belum terlalu basah setelah tadi rehat
untuk mengulum penis itu tadi. Walaupun begitu bukan berarti
kenikmatannya berkurang, apalagi mas Yanto memang sangat telaten
mencari-cari area di dalam rongga liang senggamaku yang lebih sensitif
apabila disentuh dengan penisnya. “Aduh mas enak sekali di situ ….ohhhh
….ohhhh….oohhhhhhh” Reaksi spontanku terhadap titik sensitif yang
disentuh penisnya juga menjadi sangat membantu mas Yanto untuk mengerti
kebutuhanku. Tanpa harus menunggu lama vaginaku mulai basah lagi …
CROK…. CROK …. CROK …. CROK ….CROK ….mulai terdengar bunyi nyaring dari
cairan vaginaku yang terpompa keluar oleh gerakan penis mas Yanto.
“Ohhhhhh….enak sekali…ahhhh….ahh…..ahh….” Aku terus mendesah nikmat Mas
Yanto menaikkan kakiku ke bahunya dan merubah posisi badannya menjadi
setengah berjongkok sehingga pinggulku otomatis agak terangkat juga.
Dalam posisi ini tanpa ampun mas Yanto memompakan penisnya dengan sangat
cepat membuatku tubuhku bergoyang-goyang sesuai irama pompaannya.
Penisnya terasa melesak sangat dalam ke arah rahimku membuatku ingin
meraung raung kenikmatan kalau tidak malu sama mas Yanto, akhirnya aku
meremas-remas dan menggigit-gigit bantal yang ada di kepalaku sebagai
pengalihannya. “Arrrrkkkhhhhh ….arrrkkkkkhhhh ….arrrkkkkhh …” Akhirnya
aku hanya mengeluarkan erangan tertahan dengan badan yang
melenting-lenting di ranjang. CROK…CROK …CROK….CROK …CROK … Bunyi becek
dari vaginaku semakin keras terdengar
“AAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH……” Aku melolong kenikmatan saat aku
kembali mendapat orgasme. Mataku yang sipit membelalak sejenak sebelum
berputar sampai hanya kelihatan putih matanya saja. Pompaan penis mas
Yanto makin lama makin pelan mengikuti redanya puncak orgasmeku, kakiku
juga diturunkan dari bahunya lalu tubuhnya direbahkan sambil menindih
tubuhku. “Kamu bisa menikmatinya sayang ?” Bisik mas Yanto sambil
mencium bibirku dan mengecup-ngecup pipi serta leherku “Aku belum keluar
lhooo…” “Enak sekali mas, benar-benar merupakan pengalaman yang sama
sekali baru” Jawabku sambil membalas ciuman dan kecupannya. “Mas mau
minta Syeni ngapain supaya mas bisa keluar ?” Aku menawarkan bantuan
agar mas Yanto bisa ejakulasi. Mas Yanto minta kami merubah posisi
dengan aku ada di atasnya tanpa melepaskan penis dari vaginaku terlebih
dahulu. Akhirnya sambil berciuman kami berguling di ranjang sampai
posisi kami berbalik di sisi lainnya. Aku lihat bed cover tempat kami
bersetubuh sebelumnya sudah basah oleh cairan vaginaku sehingga
meninggalkan noda yang cukup lebar. “Ahhhh ….” Aku mendesah pelan saat
payudaraku dicium dan diremas oleh mas Yanto. Dengan lahap putting
payudaraku di hisap-hisapnya, sedangkan payudaraku yang lainnya di
remas-remas dengan tangannya. Payudaraku sangat besar, sehingga telapak
tangan mas Yanto yang sudah lebarpun hanya bisa meremas tidak sampai
setengah bagiannya. Sambil menikmati permainan mas Yanto pada payudaraku
dalam kondisi setengah tengkurap aku mulai bergerak memaju mundurkan
pinggulku untuk menggesekan penis Yanto dalam lubang seggamaku.
“Ohhhhh….shhhhh…” Aku kembali mendesah menikmati hasil dari pergerakanku
sendiri. Makin lama aku aku bergerak makin cepat dan diimbangi oleh mas
Yanto dengan gerakan pinggulnya yang menekan penisnya makin kedalam
saat gerakan mundurku membuatku menjerit-jerit nikmat. “AAAAHHHH
….AHHHHH…..AHHHHHH ….AAmmmpppphhhhhh” Jeritanku kadang disumpal mas
Yanto dengan ciumannya, mungkin dia khawatir jeritanku “mengganggu”
tamu-tamu lain. Aku kemudian diminta untuk mengambil posisi dengan badan
yang lebih tegak seperti sedang menaiki kuda sehingga gerakanku
sekarang adalah naik turun. Mas Yanto tetap mengimbangiku dengan
menaikkan pinggulnya untuk menyambut setiap gerakan turunku yang membuat
seolah penisnya menancap dalam-dalam tembus sampai jantungku. Belum
lagi aktivitas tangannya yang meremas payudaraku, mempermainkan
putingnya atau mempermainkan kelentiku. “Mass…enak mashhh…. Kontolnya
enak sekali….mashhh kontolnyaaaahhh” Aku meracau dengan pilihan
kata-kata yang sudah tidak terkontrol lagi. Maklum sebagai orang yang
berasal dari keluarga cina totok, aku hanya bergaul dengan buruh pribumi
level bawah di toko atau perusahaan kami yang pilihan bahasanya sering
kali kasar. “Ohhhh….ohhhhh…ohhhhh….ohhhh…..” Gelombang orgasme terasa
mulai muncul lagi sehingga aku mulai mempercepat gerakanku. Butir-butir
keringat mulai muncul di sekujur tubuhku membuat tubuhku menjadi kuning
berkilatan. Rambutku yang asalnya panjang terurai sampai ke punggung
mulai acak-acakan menutupi sebagian mukaku sampai ke dadaku.
“Mass….aaakkkuuu udaaah mau dappaaatthhhh …..” Teriakku dengan tubuh
mulai bergetar karena diterjang gelombang orgasme yang begitu nikmat.
“Syeniii….saya juga akan keluarrrr ….” Sambut mas Yanto sambil menahan
pinggulku dibawah dan dia sendiri melentingkan tubuhnya untuk membuat
penisnya tertancap dalam-dalam. “Ouuhhhhh …keluarkan semua pejunya
masshhh ….untukkuu…..” Keluarnya air mani di dalam tubuhku seperti bonus
bagi kenikmatan sebelumnya. SROOOOTTT….SROOOTTT ….SROOOTTTT
….SROOOTTT….SROOOOTTT …srrrt …srrttt…srttt Lima semprotan air mani yang
kuat aku rasakan membanjiri rahimku diikuti beberapa semprotan kecil
sesudahnya. Untuk sejenak aku seperti tidak sadarkan diri, tidak ada
yang bisa aku ingat selain kenikmatan puncak yang sedang aku rasakan
sekarang. Orgasme yang dibarengi dengan semprotan air mani mas Yanto
merupakan orgasme pamungkas yang sempurna bagiku. Setelah berahiku mulai
reda badanku ambruk di atas tubuh mas Yanto yang segera memelukku
dengan mesranya. Rambutku yang acak-acakan dirapikannya dan kemudian
menciumi aku dengan hangat. “Syeni, kamu sangat luar biasa …. Saya
benar-benar dipuaskan oleh kamu” Bisik mas Yanto kepadaku dengan suara
yang mesra. “Mas Yanto juga hebat sekali…aku sangat menikmati ijutannya
bikin ketagihan” Jawabku malu-malu dengan nafas masih belum teratur.
“Apalagi semprotan pejunya juga sangat enak, nikmat sekali ….” Lanjutku
sambil tersenyum manis. “Kamu mau aku cariin pil anti hamil untuk
berjaga-jaga ?” Mas Yanto berbalik tanya seperti teringat sesuatu
setelah aku bicara soal semprotan air maninya di dalam tubuhku tadi. “Ga
usah mas, malah lebih baik kalau aku bisa punya anak dari mas …” Kataku
manja hingga jadi malu sendiri dan membenamkan mukaku di dadanya. Mas
Yanto kemudian mengangkat mukaku dan memandangku dengan lembut tapi
terlihat serius “Syeni kamu pikirkan baik-baik dulu, jangan sampai
omongan kamu itu hanya bawaan emosi karena kita habis bercinta” “Tapi
saya tidak keberatan kalau Syeni memang ingin dibuahi dengan benihku “
Lanjut mas Yanto Aku hanya mengangguk sebagai jawabannya karena tekadku
sudah bulat, bahkan sebelum pergi ke sini aku memang sudah bertekad
untuk punya anak dari mas Yanto saja dari pada dibilang tidak subur oleh
keluarga kokoku. “Aaaahhhhhhhhhhhhhh ….” Aku kembali mendesah saat mas
Yanto melepas penisnya yang mulai lunak kembali. Dia kemudian mengambil
handuk kecil dari kamar mandi yang sudah di beri air hangat, dengan
lembut dibasuhnya vaginaku dengan handuk hangat tadi sampai bersih baru
dia membersihkan penisnya sendiri. Setelah membuka bed cover yang basah
oleh keringat kami dan cairan vaginaku, kami berbaring kembali di
ranjang dengan tetap bertelanjang bulat. Saat itu kami pergunakan untuk
“lebih mengenal” perabotan masing-masing yang sebelumnya dipergunakan.
Bulu vaginaku yang hitam tipis dan berbentuk pohon palm merupakan
favorit mas Yanto selain kelentitku yang panjang. Mas Yanto juga bisa
menebak bahwa aku udah pernah hamil lebih dari dua bulan sebelum
digugurkan hanya dari bentuk putingku yang memang sudah membesar dan
berwarna lebih gelap saat aku masih perawan. Aku hanya bisa mengiyakan
dan minta maaf karena tidak berterus terang sebelumnya sambil jantungku
jadi berdebar takut perasaan mas Yanto jadi berubah terhadapku. Mas
Yanto ternyata tidak marah, hanya dia berpesan kalau memang ingin serius
tentang dihamili olehnya, maka dia tidak ingin aku menggugurkan
kandungannya lagi. Saat aku bertanya mengenai kenapa penisnya berbeda
dengan penis-penis yang pernah aku kenal apakah ada hubungan dengan ras.
Dia bilang perbedaan utama adalah karena sebagai muslim penisnya sudah
disunat sejak kecil sehingga pertumbuhannya berbeda dengan penis-penis
yang tidak disunat atau disunat setelah dewasa. Penis cowok-cowokku
memang ujungnya tertutup kulit saat sedang tidak berereksi sedangkan
kepala penis mas Yanto langsung terbuka dengan lekukan miring dilehernya
sehingga menjadi batas yang jelas dengan batang penisnya. Aku coba
kulum penis mas Yanto sampai berereksi lagi sehingga sekarang aku bisa
melihat dari dekat benda yang tadi membuatku meraung-raung kenikmatan.
Tanpa sadar aku terhanyut untuk menghisap dan menjilati kepala penis mas
Yanto sampai mas Yanto akan mendapat ejakulasi lagi. Dia minta aku
untuk menelan seluruh air maninya dan tentu saja aku mau melakukannya
dengan senang hati walaupun sebelumnya aku tidak pernah mau kalau
disuruh melakukannya oleh cowokku yang pertama dan juga Kokoku. Mas
Yanto bukan hanya sekedar berbeda rasa penisnya, tapi juga berbeda dalam
gaya bercintanya yang selalu mengutamakan kepuasanku terlebih dahulu.
Dia juga membuat aku tetap punya harga diri walaupun hanya sebagai pacar
gelapnya atau wanita simpanannya. Padahal selama ini aku selalu
diperlakukan tak lebihnya sebagai obyek pemuas syahwat bagi cowok-cowok
yang meniduriku. Pada saat aku memang membutuhkan hal itu tidak terlalu
terasa, tapi sangat menyakitkan pada saat mereka membutuhkanku karena
umumnya mereka tidak mau tahu apakah aku sudah siap dipenetrasi atau
tidak. Selama di Singapore kami bercinta sebanyak 3 sampai 4 kali dalam
sehari, saat bercinta di pagi hari kami sepakat untuk mengeluarkan air
maninya di luar supaya saat diperiksa di klinik tidak masuk ke dalam
medical recordku. Tapi untungnya metoda terapi mereka tidak melarang aku
bercinta selama menjalankan pengobatan. Beberapa teknik bercinta kilat
juga kami coba praktekkan walaupun sebenarnya tidak perlu kalau melhat
situasi selama kami di sana, tapi mas Yanto yakin bahwa setelah kembali
ke Bandung kesempatan untuk bercinta memang akan sangat terbatas.
Bercinta di mobil atau di motel-motel short time akan menjadi sering
kami lakukan dan mas Yanto ingin memastikan bahwa aku bisa mencapai
orgasme sedikitnya satu kali. Sesaat setelah mendarat di bandara
Cengkareng, mas Yanto kembali mengajakku bercinta di hotel Bandara
sebanyak dua kali untuk memastikan pembuahanku dengan benihnya karena
saat itu aku memasuki fase masa suburku sebelum akhirnya kami pulang
dengan menumpang travel yang berbeda. Begitu aku sampai rumah Koko
langsung menyetubuhiku tanpa memperdulikan apakah aku sedang kelelahan
atau tidak. Tiga malam selanjutnya seperti siksaan bagiku karena Koko
terus menerus ingin menyetubuhiku, katanya untuk memanfaatkan masa
efektif terapi yang aku jalani. Akhirnya memang aku hamil dan naluriku
meyakini bahwa benih jabang bayiku adalah mas Yanto bukan suamiku. Aku
dan mas Yanto masih sering bertemu untuk bercinta sampai kandunganku
berusia 8 bulan, pengelola motel sering memandang kami dengan heran
melihat ada wanita hamil besar masih sewa short time di motelnya dia.
Walaupun begitu keluarga suamiku menjadi sangat gembira dan tidak ada
kecurigaan sama sekali bahwa benih cucunya berasal dari orang lain …
mitra bisnis suamiku sendiri.
Kisah ini
merupakan pengalaman pertamaku bermain cinta dengan wanita selain istri,
peritstiwa itu sendiri terjadi kira-kira 3 bulan yang lalu disuatu
daerah di Jawa Tengah, diawali dari adanya tugas kantor yang
mengharuskan aku untuk melakukan suatu training untuk beberapa cabang di
daerah. Saat itu menginap di hotel kota S dan kadang tidur
dikantor/unit yang ada di desa, Kejadian ini bermula secara tidak
sengaja waktu aku nginap di desa A, yaitu paginya hari Sabtu yang
ternyata merupakan hari pasaran untuk desa A sehingga aku tidak
melepaskan kesempatan untuk melihat keramaian di pasar…begitu asiknya
memperhatikan barang dagangan yang ada tanpa sengaja menabrak ibu yang
belanja, sehingga semuanya tumpah termasuk gelas yang baru dibelinya….

Nikmatnya Memek Wanita Desa
karena
merasa bersalah maka saya memaksa untuk mengganti gelas tersebut, nama
ibu itu sebut saja Ibu Misna dengan usia kira2 41 tahun dan setelah
menyebutkan letak rumahnya yaitu di ujung jalan desa belok ke kiri, saya
berkata akan datang sore nanti untuk mengganti gelas yang pecah. Jam 4
sore setelah mandi, langsung berangkat ke rumah Ibu Misna dan ternyata
rumah tersebut terletak di ujung jalan yang cukup sepi, ditemui oleh
seorang lali-laki yang berusia kira2 50 Th yaitu bapak Najib yang
ternyata suami Ibu Misna setelah menjelaskan maksud kedatangan saya,
terjadilah obrolan yang semakin akrab. Setelah dipanggil keluarlah ibu
Misna membawa minuman dan kue, dan tanpa sengaja saya memperhatikan dan
tergetarlah hati, karena dengan memakai kebaya yang sedikit ketat dan
rambut basah sehabis mandi, terlihat kecantikan khas wanita desa dengan
kulit putih dan bodi yang kencang walau telah berusia 41 tahun, dan yang
membuat mata melotot adalah belahan buah dadanya yang kelihatan montok
sekali. Tanpa terasa waktu makan malam telah tiba, dan mereka memaksa
saya untuk ikut makan malam, stelah makan Pak Najib pamit untuk
menghadiri pertemuan di desa sebelah untuk urusan pengairan sawah, dan
saya dipersilakan untuk berbincang dengan ibu. Rumah tersebut sepi
karena anak pertama yang sudah kelas 1 SMA sedang camping, anak kedua
yang SMP sedang belajar dirumah teman dan sikecil sedang di rumah
Saudara, suatu kebetulan yang tidak terduga. Sepanjang obrolan mata
tidak pernah lepas dari tubuh dan dada ibu Misna, dan akhirnya ibu Misna
bertanya, Dik Irfan matanya ngeliat apasih ? sambil malu saya berkata
jujur bahwa saya kagum akan kecantikannya. Orang desa gini kok dikatakan
cantik, dikota pasti bayak yang cantik ? kata bu Misna Iya sih bu…tapi
ibu lain, karena walau udah punya anak tiga tapi badan masih bagus,
khususnya…….? Saya berhenti berkomentar. Khususnya apa dik ? desaknya
Maaf bu…itu tetek ibu besar dan masih kencang ? Ibu Misna terlihat malu
sambil berusaha menutup dengan tangannya…..dan akhirnya pembicaraan
mengarah ke hal yang berbau porno. Oh ya dik Irfan punya anak berapa dan
istri usia berapa ? tanya bu Misna Satu usia 2 tahun, dan istri usia 27
tahun saya sendiri 29 tahun? jawab saya Wah sedang panas-panasnya dong ?
lanjutnya Panas apanya bu ? saya berusaha memancing pembicaraan ke arah
yang lebih hot, karena saya merasa horny dan bagaimana caranya bisa
merasakan bersetubuh dengan wanita setengah baya. Ah dik Irfan berlagak
nggak tau…..? kata bu Misna sambil tersipu. Ibu juga kelihatan segar,
pasti kebutuhan itunya juga hot ? pancing saya terus Tapi ibu Misna
malah kelihatan sedih….sehingga saya bertanya, kok jadi kelihatan sedih
bu ? Akhirnya bu Misna cerita bahwa kebutuhan bathinnya sejak dua tahun
ini jarang terpenuhi, yaitu sejak suaminya jatuh dari pohon kelapa,
kejantanan suaminya jarang sekali bisa maksimal. Maaf bu…..padahal
menuru saya orang seusia ibu pasti sedang puber kedua ? Yah memang
begitu dik…..tapi harus ibu tahan ? Gimana caranya ? lanjut saya Ya
dengan mencari kesibukan di ladang…..sehingga malamnya capek terus
tertidur? Lanjutnya. Wah kalo saya bisa pusing….karena saat ini baru
pisah 4 hari dengan istri saya juga udah gak tahan ???? kata saya sambil
bergeser duduk mendekat. Dik Irfan sih gampang, kan di hotel pasti juga
nyediain ? katanya Dik Irfan kok gak dengerin sih….kata bu Misna sambil
menepuk paha saya ? Tangan bu Misna saya pegang… sambil berkata abis
ada pemandangan yang lebih bagus, sambil mata terus memandang ke belahan
dadanya ? Ah nakal dik Irfan ini ? kata bu Misna Akan tetapi tangannya
tatap saya pegang sambil saya remas, karena diam saja berarti kesempatan
nih ? Terus tangan saya beralih kepahanya….jangan dik ? kata bu Misna
tanpa berusaha menolak. Dan akhirnya saya beranikan untuk menciumnya, bu
Misna mundurkan kepalanya berusaha menolak… tetapi setelah saya pegang
kedua tangannya sambil menatap, akhirnya bu Misna memejamkan matanya
sambil mulutnya sedikit terbuka. Langsung saya cium bibirnya
perlahan…dan lama kelamaan ibu Misna memberikan respon dengan membalas
ciuman saya. Tangan saya langsung tidak bisa diam membiarkan tetek yang
begitu menggairahkan, perlahan saya pegang teteknya..sambil sedikit
meremas….ah..ah jangan dik ? tapi tangan bu Misna malah menekankan
tangan saya ke teteknya. Ciuman saya terus turun ke lehernya sambil
berusaha memasukkan tangan ke belahan dadanya, bu Misna semakin mendesah
? ah…uh…ah terus dik, enak ? kata bu Misna. Saya semakin
bernafsu…sehingga kancing baju bu Misna langsung saya lepas ? jangan
dik…ntar keterusan ? kata bu Misna. Oh bu…saya udah gak bisa nahan bu,
tolonglah ? kita sama-sama butuhkan bu ? kata saya. Akhirnya bu Misna
menyerah..membiarkan mulut saya menyedot putting susunya yang semakin
menegang……ah… ah….ahhhh dik nikmat dik, terus dik ? desahnya Sementara
tangan kanan meremas susu sebelah kanan, mulut terus menjilat dan
menyedot yang sebelah kiri…..ahhhhh… uhhh…..ahhhhh dik udah dik ? ibu
nggak tahan. Tapi tangan bu Misna malah mengandeng tangan saya ke arah
pahanya, yang entah kapan kebayanya udah disingkapkan…..tangan saya
langsung ke gundukan memeknya yang masih tertutp cd, dan terasa
jembutnya keluar dari samping cdnya. Tangan saya terus menggosok- gosok
memek bu Misna……..ah… ahhhh…ahhhh dik terus dik terus… enak banget ?
desahnya dengan logat jawa yang kental. Akhir dengan seijin bu
Misna…..cd itu saya pelorotin, sehingga terpampanglah memek bu Misna
yang menggunung dan empuk tersebut, dengan bernafsu langsung saya gesek
memek tersebut… sambil berusaha menemukan itilnya, tersedengar ibu Misna
semakin mendesah tidak karuan…..dik ahhhh enaaaaak dik… enaaaaaakkkkk
banget. Dan ciuman saya terus bergerak turun…..akhirnya terciumlah bau
khas memek wanita, yang membuat saya semakin bernafsu, dan langsung saya
jilat memek yang kemerah-merahan tersebut, ahhh berhenti
dik…jangannnnn? kata bu Misna setelah tahu saya telah menjilat
memeknya……saya berhenti dan bertanya, kenapa harus berhenti bu ? Jangan
dijilat dik memek ibu….jijik dan jorok ? kata bu Misna Emang bapak dulu
ndak pernah jilatin memek ibu ? kata saya Ndak…? kata bu Misna Wah rugi
bu ? kataku sambil terus meremas tetek dan menusukkan jari tengah saya
ke lubang memek. Rugi kenapa dik ? tanya bu Misna Rasnya nggak kalah
sama ngentotin memek ibu….dan juga bikin tambah nafsu ? kata saya sambil
langsung menjilat memek bu Misna…..setelah menjilat bibir memek
langsung lidah saya masuk mengelitik lubang memek yang semakin basah
oleh lender kenikmatan…….lidah terus kuputar dirongga memek sehingga
menambah kenikmatan….ahhh… ahhhhhh dik…….uhhhhh….ahhhhh… nikmat banget
dik ? terus dik… terus..jilatin memek ibu….ya disitu dik…terus ….terus
saat itil bu Misna aku jilatin dan aku sedot…….ahhhhh…
ahhhhhh….uhhhh…..uuuuuhhhhh dik Irfaaannnnnn ibu mau keluar… ahhhhhhhhh
dikkkkkkkkkkk ibu keluar….kepala saya langsung ditekan kememek bu Misna
dengan keras…..dan terasa dilidah lendir hasil dari orgasme ibu Misna.
Ibu Misna memejamkan mata merasakan kenikmatan yang baru
didapatnya…….sambil berkata, benar dik Irfan ternyata memek kalo
dijiliat dan disedot rasanya nikmat banget…..tiba-tiba ada suara orang
datang dari halaman rumah, dan tergesa-gesa kami merapikan
baju…….sedangkan cd bu Misna langsung diumpetin kekolong
kursi,….ternyata anak bu Misna yang kedua pulang dari tempat belajarnya.
Setelah anaknya masuk…..langsung bu Misna ngomel kenapa kok anaknya
pulang cepat nggak sperti biasanya ? Ibu belum puas ya…? Goda saya, ibu
tersipu sambil berkata…….iya sih abis sudah lama ibu tidak merasakan hal
seperti ini……..apalagi memek ibu pengin dientot pakai kontol dik Irfan
biar sama2 bisa puas…kan dik Irfan belum keluar ? kata bu Misna. Iya sih
bu….nanggung rasanya kontolku ini ? tapi udahlah bu… karena malam ini
saya harus ke kota nginep di hotel, dan lagian anak ibu juga sudah
pulang. Tapi yang jelas saya senang bisa memuaskan hasrat ibu…..sambil
tangan saya meremas buah dadanya. Ahhhh..dik Irfan, tapi rasanya tidak
adil kalo Cuma ibu yang mendapat kepuasan…..kalo gitu ibu besok ke kota
dan mampir ke hotel boleh nggak dik ? kata bu Misna Boleh…boleh bu ?
tapi benar ya bu….iya besok jam 10. pagi kata bu Misna sambil tersenyum.
Jam 10 pagi, pintu kamar hotel diketuk orang dan ternyata bu Misna
menepati janji datang, langsung saya peluk dan saya cium…..ah dik Irfan
kok gak sabaran sih ? kata bu Misna. Saya nggak peduli…langsung saya
lucuti semua pakaian yang dikenakan ibu Misna, hingga terpampang tubuh
telanjang yang begitu menggairahkan, kubimbing ibu Misna ke ranjang dang
langsung saya emut dan saya remas buah dada yang begitu montok dan
empuk tersebut ? aaaaaaahhhhhhhh dik……..dilepas dong bajunya kata bu
Misna sambil tanggannya melepas baju yang saya kenakan, sekarang kami
sama2 telanjang. Kembali saya cium bibir bu Misna… terus turun kesemua
lekuk tubuhnya..ahhhhh….uhhhhh…hisap tetek ibu ……hisap ? mulutku
langsung pindah ke susu bu Misna….sambil tangan menggesek- gesek memek
yang terasa kenyal dan hangat, ahhhhh…..uhhhhhh…..dik……nikmat
……dik…..ib….uuu sudah lama nggak merasakan ngentot…
terus…..teruuuuuusssss dik ? Ciuman saya terus turun ke perut dan
akhirnya sampai ke gundukan memek yang begitu merangsang…..langsung saya
jilat….dan saya sedot itil bu Misna, sambil menggeser posisi ke 69, dan
bu Misna pun tanpa diminta langsung menngemut kontol saya…..uhhhhh
nikmat sekali buuuuu ? kontol saya terus diemut keluar masuk mulut bu
Misna sambil dipijat…..uhhhhh….ahhhhhhh….enak sekali buuuuu, saya juga
tidak mau kalah, langsung saya putar lidah saya di memek bu
Misna……sambil tangan saya sedikit menusuk- nusuk anusnya……aduhhhhhh
dik….apalagi ini……enaaaaaak banget dik…..ahhhhhhhh…….ahhhhhhhhhh, tiba2
ibu Misna mengejang dan terasalah cairan yang keluar membasahi bibir,
yang langsung aku sedot hingga habis. Aku biarkan bu Misna istirahat
sejenak…sambil terus memainkan putting susunya yang masih
menegang……setelah beberapa saat, mulai saya hujami tubuh bu Misna dengan
ciuman sehingga ibu Misna kembali memberikan reaksi yang lebih
panas……..ahhhhhh….uuuhhhhhhh….dik, ayao dik entotin memek ibu…..ibu
sudah kangen dientot…..ahhhhhhhhh, sayapun memutar tubuh bu Misna untuk
mengambil posisi doggy, hingga tampaklah gundukan memek ibu Misna yang
menantang…dengan perlahan kumasukkan batang kontol secara
perlahan…karena terdengar ibu Misna menjerit seraya berkata perlahan
dik…..memek ibu sudah lama gak dientot……perlahan aku masuk dan keluarkan
kontol….hingga akhirnya semuanya amblas ke dalam memek bu Misna ……dan
reaksi bu Misna sungguh diluar perkiraan karena dengan goyangan
pantatnya yang besar…kontol saya terasa ditarik dan dipijit dengan
nikmatnya…..ahhhhhh….uuuuuuuhhhhhhhh… buuuuu…ueenna aaak sekali memek
ibu ? Dan saya pun tak mau kalah dengan mengambil strategi 3:1, tiga
kali tusukan setangah kontol dan sekali tussukan kontol hingga amblas ke
memek bu Misna……sepuluh menit kemudian desahan bu Misna semakin
keras…..ahhhhhhh dik… memek ibu enak banget…..uhhhhhh kontol adik enaakk
banget…… uhhhh..ahhhhhh.uuuuuuuuu..ahhhhhh Terus dik…memek ibu udah
nggak kuat…….dik…..dik …dik Irfan……ibu kekkeeluaaaarrrrrr…..ahhhhhhhhhh,
desahan bu Misna semakin panjang seiring keluarnya lendir kenikmatan.
Setelah istirahat sejenak…bu Misna langsung mengurut kontol…dan
mengemutnya dengan lincah sekali…..ahhhhh bu……uuuhhhhhh nikmat sekali bu
? desah saya…… kemudian bu Misna berhenti sambil berkata….dik Irfan
sesuai janji ibu semalem….maka hari ini ibu akan memberikan kenimatan
yang tidak terlupakan bagi kontol dik Irfan ? Ibu Misna langsung
mengambil posisi di atas…setelah mengurut kontolku beberapa saat….bu
Misna langsung ngangkang dengan membimbing kontolku untuk memasuki
lubang memeknya……..terasa sekali perbedaan dengan entotan yang pertama
tadi, kali ini memek bu Misna terasa lebih seret dan terasa lebih
hangat……oooooohhhhhh…… ahhhhhh……uhhhhhhhh bu enankkkkkk sekali memeeeeek
ibu……..ohhhhhh kontol saya ibu apain…..uuhhhhhh nikmat banget bu ? Ibu
Misna hanya menjawab dengan desahan nafsnya…… ahhhhhhh…….uuuuuuhhhhhh
dik… memek ibu juga nikmat sekali…….pantat bu Misna masih terus
bergoyang dengan sekali-kali diangkat,….sehnggga membuat kontolku terasa
sangat nikmat…..melebihi yang aku rasakan dengan istri……
ooooooohhhhhhhh…..uuuuuuhhhhhh ennnnnaaakkkk sekali bu……… nggak percuma
aku menginginkan entot dengan wanita berumur 35-42 tahunan karena memang
berbeda permainan sex mereka, mungkin karena lebih berpengalaman…
sepsrti bu Misna yang memeknya terasa sekali empotannnya kataku dalam
hati. Ahhhhhhhh…..uuuhhhhhhhhhibu aku udah gak tahan…….sebentar dik
Irfan, bareng sama ibu…kata bu Misna sambil terus menggoyang pantat dan
menaikkan turunkan sambil mendesah….ahhhhh…..dikkkk ..uuuuuuuhhhhh ibu
enaaak sekali….ahhhhhh dik ibu juga mau keluar……..ya bu aku
juga…….ahhhhhhhhh………ibu Misna mengejang dan terasa lendir membahasi
kontol…..terus goyang…bu ….terus ….nikmat buuuuuuuu…ahhhhhhhhhhhhh aku
menyemprotkan pejuhku kedalam memek bu Misna secara kuat……… akhirnya
kami tertidur, hingga jam 12 siang kami makan dan terus melanjutkan ke
babak kedua. Karena waktu tugas di kota S tinggal 3 hari… maka dua hari
kemudian kami janjian untuk mengulangi kenikmatan seperti
kemarin……itulah pengalaman saya yang pertama dan mungkin yang terakhir,
karena saat ini saya sudah tidak bekerja di tempat yang lama, saya
sendiri tidak menyangka akan mendapat senasi kenikmatan yang luar biasa
dengan mengentot wanita usia 35 – 42 tahunan, sehingga kontol saya yang
normal ukuran orang Indonesia hingga saat ini masih menginginkan hal
tersebut terulang, tapi karena tempat bu Misna yang jauh dan untuk jajan
rasanya takut….terpaksalah melakukan onani apabila melihat wanita
setengah baya yang menggairahkan.
Aku sedang
menyantap makan siang di sebuah cafe yang terletak di lantai dasar
gedung kantorku. Hari itu aku ditemani Pak Erwan, manajer IT
perusahaanku dan Lia, sekretarisku. Biasanya aku makan siang hanya
dengan Lia, sekretarisku, untuk kemudian dilanjutkan dengan acara bobo
siang sejenak sebelum kembali lagi ke kantor. Tetapi hari itu sebelum
aku pergi, Pak Erwan ingin bertemu untuk membicarakan proyek
komputerisasi, sehingga aku ajak saja dia untuk bergabung menemaniku
makan siang. Aku dan Pak Erwan berbincang-bincang mengenai proyek
implementasi software dan juga tambahan hardware yang diperlukan. Memang
perusahaanku sedang ingin mengganti sistem yang lama, yang sudah tidak
dapat memenuhi kebutuhan perusahaan yang terus berkembang. Sedangkan Lia
sibuk mencatat pembicaraan kita berdua. Sedang asyik-asyiknya menyantap
steak yang kupesan, tiba-tiba HPku berbunyi. Kulihat caller idnya..

Nikmatnya Cumbu Istri Konglomerat
Dari
Santi. "Hallo Pak Robert. Kapan nih kesini lagi" suara merdu terdengar
diseberang sana. "Oh iya. Nanti sebentar lagi saya ke sana. Saya sedang
makan siang nih. Bapak tunggu sebentar ya" jawabku. "He.. He.. Sedang
nggak bisa ngomong ya Pak" Santi menggoda. "Betul Pak.. OK sampai ketemu
sebentar lagi ya" kataku sambil menutup pembicaraan. "Dari klien"
kataku. Aku sangat hati-hati tidak mau affairku dengan Santi tercium
oleh mereka. Hal ini mengingat Pak Arief, suami Santi, adalah manajer
keuangan di kantorku. Kebetulan Pak Arief ini sedang aku kirim training
ke Singapore, sehingga aku bisa leluasa menikmati istrinya. Seusai
menikmati makan siang, aku berkata pada Lia bahwa aku akan langsung
menuju tempat klienku. Seperti biasa, aku minta supaya aku tidak
diganggu kecuali kalau ada emergency. Kamipun berpisah.. Mereka kembali
ke lantai atas untuk bekerja, sedangkan aku langsung menuju tempat
parkir untuk berangkat mengerjai istri orang he.. He.. Setelah kesal
karena terjebak macet, sampai jugalah aku di rumah Santi. Hari sudah
menjelang sore. Bayangkan saja, sudah beberapa jam aku di jalan tadi.
Segera kuparkirkan Mercy silver metalik kesayanganku, dan memencet bel
rumahnya. Santi sendiri yang membukakan pintu. Dia tersenyum gembira
melihat kedatanganku. "Aih.. Pak Robert kok lama sih" katanya. "Iya..
Tadi macet total tuh.. Rumah kamu sih jauh.. Mungkin di peta juga nggak
ada" candaku. "Bisa aja Pak Robert.." jawab Santi sambil tertawa kecil.
Dia tampak cantik dengan baju "you can see" nya yang memperlihatkan
lengannya yang mulus. Buah dadanya tampak semakin padat dibalik bajunya.
Mungkin karena sudah beberapa hari ini aku remas dan hisap sementara
suaminya aku "asingkan" di negeri tetangga. Kamipun masuk ke dalam rumah
dan aku langsung duduk di sofa ruang keluarganya. Santi menyuguhkan
orange juice untuk menghilangkan dahagaku. Nikmat sekali meminum orange
juice itu setelah lelah terjebak macet tadi. Dahagakupun langsung
hilang, tetapi setelah melihat Santi yang cantik, dahagaku yang lainpun
muncul. Aku masih bernafsu melihat Santi, meskipun telah lima hari
berturut-turut aku setubuhi dia. Kucium bibirnya sambil tanganku
mengelus-elus pundaknya. Ketika aku akan membuka bajunya, dia menahanku.
"Pak.. Santi ada hadiah nih untuk bapak" "Apaan nih?" jawabku senang.
"Ini ada teman Santi yang mau kenal sama bapak. Orangnya cantik banget."
Lalu dia bercerita kalau dia berkenalan dengan seorang wanita, Susan,
saat dia sedang berolahraga di gym. Setelah mulai akrab, merekapun
bercerita mengenai kehidupan seks mereka. Singkat cerita, Susan
menawarkan untuk berpesta seks sambil bertukar pasangan di rumah mereka.
"Dia ingin coba ini bapak. Katanya belum pernah lihat yang sebesar
punya Pak Robert" kata Santi sambil meraba-raba kemaluanku. "Saya sih OK
saja" jawabku riang. "Oh ya.. Nanti pura-pura saja Pak Robert suamiku"
kata Santi sambil pamit untuk menelpon kenalan barunya itu. Aku dan
Santi kemudian meluncur menuju rumah Susan di kawasan Kemang. Untung
jalanan Jakarta sudah agak lengang. Tak lama kamipun sampai di rumahnya
yang luas. Seorang satpam tampak membukakan pintu garasi. Santipun
menjelaskan kalau kami sudah ada janji dengan majikannya. Susan
menyambut kami dengan ramah. "Ini perkenalkan suami saya" Seorang
laki-laki paruh baya dengan kepala agak botak memperkenalkan diri.
Namanya Harry, seorang pengusaha properti yang sukses. Santipun
memperkenalkan diriku pada mereka. Aku kagum pada rumah mereka yang
sangat luas. Dengan perabot-perabot yang mahal, juga koleksi
lukisan-lukisan pelukis terkenal yang tergantung di dinding. Bayangkan
saja betapa kayanya mereka, karena orang sekelas aku saja kagum melihat
rumahnya yang sangat wah itu. Tetapi aku lebih kagum melihat Susan.
Wanita ini memang cantik sekali. Terutama kulitnya yang putih dan mulus
sekali. Ibaratnya kalau dihinggapi nyamuk, si nyamuk akan jatuh
tergelincir. Disamping itu bodynya tampak seksi sekali dengan buah dada
yang besar dan bentuk tubuh yang padat. Sekilas mengingatkan aku pada
bintang film panas di jaman tahun 80-an.. Entah siapa namanya itu.
Merekapun menyuguhkan makan malam. Kamipun bercerita basa-basi ngalor
ngidul sambil menikmati hidangan yang disediakan. Ditengah makan malam
itu, Santi pamit untuk ke toilet. Dengan matanya dia mengajakku untuk
mengikuti dia. "Pak, habis ini pulang aja yuk" kata Santi berbisik
perlahan setelah keluar dari ruang makan. "Kenapa?" tanyaku. "Habisnya
Santi nggak nafsu lihat Pak Harry itu. Sudah tua, botak, perutnya buncit
lagi". Aku tertawa geli dalam hati. Tetapi aku tentu saja tidak
menyetujui permintaan Santi. Aku sudah ingin menikmati istri Pak Harry
yang cantik sekali seperti boneka itu. Kupaksa saja Santi untuk kembali
ke ruang makan. Setelah makan, kamipun ke ruang keluarga sambil nonton
video porno untuk membangkitkan gairah kami. Tak lama, seorang gadis
pembantu kecil datang untuk menyuguhkan buah-buahan. Tetapi mungkin
karena kaget melihat adegan di layar TV home theater itu, tanpa sengaja
dia menjatuhkan gelas kristal sehingga pecah berkeping-keping. Kulihat
tampak Susan melotot memarahi pembantunya itu, sedangkan si pembantu
kecil itu tampak ketakutan sambil meminta maaf berkali-kali. Adegan di
TV tampak semakin hot saja. Tampak Pak Harry mulai mengerayangi tubuh
Santi di sofa seberang. Sedangkan Santi tampak ogah-ogahan melayaninya.
"Sebentar Pak.. Santi mau lihat filmnya dulu" Aku tersenyum mendengar
alasan Santi ini. Sementara itu Susan minta ijin ke dapur sebentar.
Akupun mencoba menikmati adegan di layar TV. Meskipun sebenarnya aku
tidak perlu lihat yang seperti ini, mengingat tubuh Susan sudah sangat
mengundang gairahku. Tak lama akupun merasa ingin buang air kecil,
sehingga akupun pamitan ke belakang. Setelah dari toilet, aku berjalan
melintasi dapur untuk kembali ke ruang keluarga. Kulihat di dalam, Susan
sedang berkacak pinggang memarahi gadis kecil pembantunya tadi. "Ampun
non.. Sri nggak sengaja" si gadis kecil memohon belas kasihan pada
majikannya, Susan yang cantik itu. "Nggak sengaja nggak sengaja. Enak
saja kamu bicara ya. Itu gelas harganya lebih dari setahun gaji kamu
tahu!!" bentak Susan. "Gajimu aku potong. Biar tau rasa kamu.." Si gadis
kecil itu terdiam sambil terisak-isak. Sementara wajah Susan
menampakkan kepuasan setelah mendamprat pembantunya habis-habisan.
Mungkin betul kata orang, kalau wanita kurang dapat menyalurkan hasrat
seksualnya, cenderung menjadi pemarah. Melihat adegan itu, aku kasihan
juga melihat si gadis pembantu itu. Tetapi entah mengapa justru hasrat
birahiku semakin timbul melihat Susan yang sepertinya lemah lembut dapat
bersikap galak seperti itu. "Dasar bedinde.. Verveillen!!" Susan masih
terus berkacak pinggang memaki-maki pembantunya. Dengan tubuh yang putih
bersih dan tinggi, kontras sekali melihat Susan berdiri di depan
pembantunya yang kecil dan hitam. "Ampun non.. Nggak akan lagi non.."
"Oh Pak Robert.." kata Susan ketika sadar aku berada di pintu dapur.
Diturunkannya tangan dari pinggangnya dan beranjak ke arahku. "Sedang
sibuk ya?" godaku. "Iya nih sedang kasih pelajaran ik punya pembantu"
jawabnya sambil tersenyum manis. "Yuk kita kembali" lanjutnya. Kamipun
kembali ke ruang keluarga. Kulihat Santi masih menonton adegan di layar
sementara Pak Harry mengelus-elus pahanya. Aku dan Susanpun langsung
berciuman begitu duduk di sofa. Aku melakukan "french kiss" dan Susanpun
menyambut penuh gairah. Kutelusuri lehernya yang jenjang sambil
tanganku meremas buah dadanya yang membusung padat. Susanpun melenguh
kenikmatan. Tangannya meremas-remas kemaluanku. Dia kemudian jongkok di
depanku yang masih duduk di sofa, sambil membuka celanaku. Celana
dalamku dielusnya perlahan sambil menatapku menggoda. Kemudian
disibakkannya celana dalamku ke samping sehingga kemaluankupun mencuat
keluar. "Oh..my god.. Bener kata Santi.. Very big.. I like it.." katanya
sambil menjilat kepala kemaluanku. Kemudian dibukanya celana dalamku,
sehingga kemaluankupun bebas tanpa ada penghalang sedikitpun di depan
wajahnya. Dielus-elusnya seluruh kemaluan termasuk buah zakarku dengan
tangannya yang halus. Tingkah lakunya seperti anak kecil yang baru
mendapat mainan baru. Kemaluankupun mulai dihisap mulut Susan dengan
rakus. Sambil mengulum dan menjilati kemaluanku, Susan mengerang,emmhh..
emhh, seperti seseorang yang sedang memakan sesuatu yang sangat nikmat.
Kuelus-elus rambutnya yang hitam dan diikat ke belakang itu. Sambil
menikmati permainan oral Susan, kulihat suaminya sedang mendapat handjob
dari Santi. Tampak Santi mengocok kemaluan Pak Harry dengan cepat, dan
tak lama terdengar erangan nikmat Pak Harry saat dia mencapai
orgasmenya. Santipun kemudian meninggalkan Pak Harry, mungkin dia pergi
ke toilet untuk membersihkan tangannya. Sementara itu Susan masih dengan
bernafsu menikmati kemaluanku yang besar. Memang kalau kubandingkan
dengan kemaluan suaminya, ukurannya jauh berbeda. Apalagi setelah dia
mengalami orgasme, tampak kemaluan Pak Harry sangat kecil dan tertutup
oleh lemak perutnya yang buncit itu. Tak heran bila istrinya sangat
menikmati kemaluanku. Tak lama Santipun kembali muncul di ruang itu, dan
menghampiriku. Susan masih berjongkok di depanku sambil mempermainkan
lidahnya di batang kemaluanku. Santi duduk di sampingku dan mulai
menciumiku. Dibukanya bajuku dan puting dadakupun dihisapnya. Nikmat
sekali rasanya dihisap oleh dua wanita cantik istri orang ini. Seorang
di atas yang lainnya di bawah. Sementara Pak Harry tampak menikmati
pemandangan ini sambil berusaha membangkitkan kembali senjatanya yang
sudah loyo. Kuangkat baju Santi dan juga BHnya, sehingga buah dadanya
menantang di depan wajahku. Langsung kuhisap dan kujilati putingnya.
Sementara tanganku yang satu meremas buah dadanya yang lain. Sementara
Susan masih mengulum dan menjilati kemaluanku. Setelah puas bermain
dengan kemaluanku, Susan kemudian berdiri. Dia kemudian melepaskan
pakaiannya hingga hanya kalung berlian dan hak tingginya saja yang masih
melekat di tubuhnya. Buah dadanya besar dan padat menjulang, dengan
puting yang kecil berwarna merah muda. Aku terkagum dibuatnya, sehingga
kuhentikan kegiatanku menghisapi buah dada Santi. Susan kemudian
menghampiriku dan kamipun berciuman kembali dengan bergairah. "Ayo isap
susu ik " pintanya sambil menyorongkan buah dada sebelah kanannya ke
mulutku. Tak perlu dikomando lagi langsung kuterkam buah dadanya yang
kenyal itu. Kuremas, kuhisap dan kujilati sepuasnya. Susanpun mengerang
kenikmatan. Setelah itu, dia kembali berdiri dan kemudian berbalik
membelakangiku. Diapun jongkok sambil mengarahkan kemaluanku ke dalam
vaginanya yang berambut tipis itu. Kamipun bersetubuh dengan tubuhnya
duduk di atas kemaluanku menghadap suaminya yang masih berusaha
membangunkan perkakasnya kembali. Kutarik tubuhnya agak kebelakang
sehingga aku dapat menciumi kembali bibirnya dan wajahnya yang cantik
itu. "Eh.. Eh.. Eh.." dengus Susan setiap kali aku menyodokkan
kemaluanku ke dalam vaginanya. Aku terus menyetubuhinya sambil
meremas-remas buah dadanya dan sesekali menjilati dan menciumi pundaknya
yang mulus. Sementara itu Santi bersimpuh di ujung sofa sambil
meraba-raba buah zakarku, sementara aku sedang menyetubuhi Susan.
Terkadang dikeluarkannya kemaluanku dari vagina Susan untuk kemudian
dikulumnya. Setelah itu Santi memasukkan kembali kemaluanku ke dalam
liang surga Susan. Setelah beberapa menit, aku berdiri dan kuminta Susan
untuk menungging di sofa. Aku ingin menggenjot dia dari belakang.
Kusetubuhi dia "doggy-style" sampai kalung berlian dan buah dadanya yang
besar bergoyang-goyang menggemaskan. Kadang kukeluarkan kemaluanku dan
kusodorkan ke mulut Santi yang dengan lahap menjilati dan mengulumnya.
Benar-benar nikmat rasanya menyetubuhi dua wanita cantik ini. "Ahh..
Yes.. Yes.. Aha.. Aha.. That's right.. Aha.. Aha.." begitu erangan Susan
menahan rasa nikmat yang menjalari tubuhnya. Hal itu menambah suasana
erotis di ruangan itu. Sementara Pak Harry rupanya telah berhasil
membangunkan senjatanya. Dihampirinya Santi dan ditariknya menuju sofa
yang lain di ruangan itu. Santipun mau tak mau mengikuti kemauannya.
Memang sudah perjanjian bahwa aku bisa menikmati istrinya sedangkan Pak
Harry bisa menikmati "istriku". Sementara itu, aku masih menggenjot
Susan secara doggy-style. Sesekali kuremas buah dadanya yang
berayun-ayun akibat dorongan tubuhku. Kulihat Pak Harry tampak bernafsu
sekali menyetubuhi Santi dengan gaya missionary. Tak beberapa lama
kudengar erangan Pak Harry. Rupanya dia sudah mencapai orgasme yang
kedua kalinya. Santipun tampak kembali pergi meninggalkan ruangan.
Sementara aku masih menyetubuhi Susan dari belakang sambil berkacak
pinggang. Setelah itu kubalikkan badannya dan kusetubuhi dia lagi, kali
ini dari depan. Sesekali kuciumi wajah dan buah dadanya, sambil terus
kugenjot vaginanya yang sempit itu. "Ohh.. Aha.. Aha.. Ohh god.. I love
your big cock.." Susan terus meracau kenikmatan. Tak lamapun tubuhnya
mengejang dan dia menjerit melepaskan segala beban birahinya. Akupun
sudah hampir orgasme. Aku berdiri di depannya dan kusuruh dia menghisap
kemaluanku kembali. Sementara, aku lirik ke arah Pak Harry, dia sedang
memperhatikan istrinya mengulumi kemaluanku. Kuremas rambut Susan dengan
tangan kiriku, dan aku berkacak pinggang dengan tangan kananku. Tak
lama akupun menyemburkan cairan ejakulasiku ke mulut Susan. Diapun
menelan spermaku itu, walaupun sebagian menetes mengenai kalung
berliannya. Diapun menjilati bersih kemaluanku. "Thanks Robert.. I
really enjoyed it" katanya sambil membersihkan bekas spermaku di
dadanya. "No problem Susan.. I enjoyed it too.. Very much" balasku.
Setelah itu, kamipun kembali mengobrol beberapa saat sambil menikmati
desert yang disediakan. Kamipun berjanji untuk melakukannya lagi dalam
waktu dekat. Dalam perjalanan pulang, Santi tampak kesal. Dia diam saja
di dalam mobil. Akupun tidak begitu menghiraukannya karena aku sangat
puas dengan pengalamanku tadi. Akupun bersenandung kecil mengikuti
alunan suara Al Jarreau di tape mobilku. "We're in this love together.."
"Kenapa sih sayang?" tanyaku ketika kami telah sampai di depan
rumahnya. "Pokoknya Santi nggak mau lagi deh" katanya. "Habis Santi
nggak suka sama Pak Harry. Udah gitu mainnya cepet banget. Santi
nanggung nih." Akupun tertawa geli mendengarnya. "Kok ketawa sih Pak
Robert.. Ayo.. Tolongin Santi dong.. Santi belum puas.. Tadi Santi horny
banget lihat bapak sama Susan make love" rengeknya. "Wah sudah malam
nih.. Besok aja ya.. Lagian saya ada janji sama orang". "Ah.. Pak Robert
jahat.." kata Santi merengut manja. "Besok khan masih ada sayang"
hiburku. "Tapi janji besok datang ya.." rengeknya lagi saat keluar dari
mobilku. "OK so pasti deh.. Bye" Sebenarnya aku tidak ada janji dengan
siapa-siapa lagi malam itu. Hanya saja aku segan memakai Santi setelah
dia disetubuhi Pak Harry tadi. Setidak-tidaknya dia harus bersih-bersih
dulu.. He.. He.. Mungkin besok pagi saja aku akan menikmatinya kembali,
karena Pak Arief toh masih beberapa hari lagi di luar negeri. Kukebut
mobilku mengarungi jalan tol di dalam kota. Semoga saja aku masih dapat
melihat film bagus tayangan HBO di TV nanti. TAMATNavigation